/ Rumah Tangga / Menantu yang Tersakiti / Makan Hati di Rumah Suami

공유

Makan Hati di Rumah Suami

작가: Icha1109
last update 최신 업데이트: 2022-12-28 16:08:55

Dengan langkah malas, aku menuju ke pintu dan membukanya.

[KRIET]

Benar saja, Ibu mertuaku sudah berdiri dengan tatapannya yang penuh amarah. Dengan kasar dia langsung menarik tanganku dengan kasar menjauh dari kamar, mungkin takut jika suaranya terdengar oleh suamiku.

"Heh, kamu tidak becus sekali ya! Semua makanan di meja di santap sama kucing!" Ucap Ibu mertuaku dengan tatapan tidak suka kepadaku.

"Tt -- tapi, aku sudah menutup semua makanan dengan tudung saji bu, jadi tidak mungkin kucing bisa memakannya," jawabku membela diri.

Sangat tidak masuk akal, aku sudah menutup makanan dengan tudung saji tetapi mengapa bisa kucing memakannya? Kecuali ada orang yang membukanya dan lupa menutupnya kembali, atau ada yang sengaja membiarkan kucing memakan semua makanan?

"Kamu sangat tidak becus! Udah sana kamu masak lagi! Ibu tidak mau tau!" bentak Ibu Mertuaku.

"Tapi bu,"

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Ibu mertuaku sudah kembali ke dapur dengan wajah yang melongos kesal.

"Aduh, padahal baru saja mau istirahat," keluhku karena merasa sangat lelah sekali.

Akhirnya dengan sangat terpaksa, aku masuk ke dapur kembali dan membuatkan kembali sarapan.

"Astaga, kenapa makanan diatas meja sangat berantakan?" Kakak iparku, Kak Rony berteriak kaget melihat meja yang sangat berantakan.

"Itu semua ulah si Kahiyang! Baru semalam dia menginap di rumah ini tapi sudah membuat masalah saja!" Tutur Ibu Mertuaku dengan bibir maju lima centimeter.

Aku hanya menari nafas panjang - panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Capek sekali rasanya diperlakukan seperti ini, baru saja bermalam di rumah suami satu malam tapi sudah makan hati.

"Kenapa diam saja? Cepat bereskan!" Bentak Kak Rony dengan suara tinggi hingga membuatku sedikit terkejut.

Aku langsung menurut dan membersihkan meja dan meninggalkan ayam yang sedang kugoreng diatas wajan.

"Astaga, ini ayam sudah hangus!" Keluh Ibu mertuaku yang baru saja datang dan melihat ayam yang kugoreng sudah hangus diatas wajan.

"Maaf bu, aku tadi sibuk membersihkan meja jadi lupa angkat ayamnya," jawabku sambil menunduk.

Pagi itu juga, aku diomeli oleh ibu Mertuaku hingga membuat kupingku panas.

"Kalau begini caranya, lebih baik aku tinggal di rumah saja!" Gumamku dalam hati.

Dengan terpaksa, aku menuruti semua perkataan mertua dengan hati yang kesal. Mau melawan juga tidak bisa, akhirnya aku hanya bisa pasrah saja.

"Sudah siap!" Ucapku dengan nada lantang.

Setelah selesai memasak, aku menghidangkan makanan di atas meja dan menutupnya dengan tudung saji supaya mertuaku tidak mengomeliku lagi.

Mertuaku hanya melihatku dengan tatapan sinisnya dan mulai makan dengan lahap.

Aku kemudian masuk ke kamar dan langsung merebahkan diri ke atas kasur.

"Selamat pagi sayang," ucap Mas Zidan suamiku yang langsung memeluk tubuhku.

"Selamat pagi Mas," ucapku dengan balas memeluknya.

Sebagai pengantin baru, tentu saja kami masih dalam suasana romantis, Mas Zidan memelukku dengan erat hingga membuatku sesak nafas.

"Lepas mas, aku mau mandi!" Seruku sambil melepas pelukan Mas Zidan suamiku.

"Tidak mau ah!" Tutur Mas Zidan yang tidak juga melepaskan pelukannya.

Dengan terpaksa, aku menggelitik tubuh Mas Zidan hingga membuatnya tertawa geli dan kesempatan bagiku untuk lepas dari pelukannya.

"Kamu curang sayang! Hahaha," ucap Mas Zidan sambil tertawa renyah.

Aku lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar mandi dan menjulurkan lidahku pada Mas Zidan.

"Awas kamu ya sayang! Tunggu pembalasanku malam nanti!" ujar Mas Zidan sambil tersenyum menggoda.

Aku tertawa geli dan akhirnya masuk ke kamar mandi. Masih pagi tetapi tubuhku sudah berkeringat saja.

"Ah segarnya," ucapku yang telah selesai mandi dan merasa sangat segar.

Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku sudah tidak mendapati Mas Zidan di kamar, kemungkinan ia sudah keluar dan sarapan.

Aku lalu bergegas mengenakan pakaian dan parfum agar membuat suamiku semakin jatuh cinta kepadaku.

"Sudah selesai, saatnya aku keluar," gumamku sambil tersenyum centil ke kaca.

[KRIET]

Aku membuka pintu dan langsung menuju ka dapur untuk sarapan, Mas Zidan sedang menonton televisi dengan santai di ruang tengah.

"Mas, sudah sarapan belum?" tanyaku.

"Wih, cantik banget istriku pagi - pagi!" ujar Suamiku menggoda.

Aku hanya tersenyum kecil kemudian berlalu menuju ke ruang makan untuk sarapan.

Betapa terkejutnya aku ketika membuka tudung saji dan mendapati semua makanan telah habis, begitu nasi, semuanya sudah habis dimakan.

"Kok makanan sudah habis semua?" Tanyaku denga sangat heran. Padahal aku memasak lumayan banyak dan menurutku cukul bagi semua anggota keluarga di rumah ini yang berjumlah lima orang termasuk diriku.

"Makanya, kalau sudah waktu makan itu langsung makan!" Tiba - tiba Ibu Mertuaku muncul dan menyemburku lagi.

"Tapi aku sudah masak banyak tadi bu," jawabku tidak ingin kalah.

"Alah, kalau banyak pasti masih ada sisanya!" jawab Ibu Mertuaku.

Aku hanya bisa mengelus dada untuk bersabar. Percuma meladeni orangtua seperti model Ibu mertuaku itu, aku akan kalah debat.

Aku melongos kemudian mulai memasak lagi, tetapi aku hanya membuat telur mata sapi saja karena bahan - bahan makanan sudah habis.

"Loh, sayang kamu baru makan ya?" Tanya Mas Zidan yang tiba - tiba masuk ke dapur.

"Begitulah nasib orang yang menunda - nunda waktu makan! Makanan sudah habis baru menyesal!" Baru saja aku ingin menjawab pertanyaan suamiku, tetapi Ibu Mertuaku sudah melambungku.

Mas Zidan membelaku dan mengatakan bahwa aku tadi sedang mandi, tetapi mertuaku tetap saja menyalahkanku. Aku hanya terdiam dan fokus menggoreng telurku.

"Ya sudah, nanti siang kita makan diluar ya sayang," ucap suamiku sambil mengecup keningku dengan lembut.

Sementara Ibu mertuaku hanya melirik dengan tatapan sinisnya dan pergi berlalu meninggalkanku berdua dengan Mas Zidan.

"Kupikir tadi kamu sudah makan sayang, karena ibu bilang kalau kamu sudah sarapan dari tadi," ucap suamiku.

"Belum mas, aku tadi cuma masak lalu kembali ke kamar untuk mandi," jawabku sambil menggeleng - gelengkan kepalaku.

"Ya sudah, kamu makan ya! Mas mau cuci mobil dulu," ujar Mas Zidan lalu kembali mengecup keningku dengan mesra.

Aku merasa bahagia karena ada Mas Zidan yang meredam emosiku.

Setelah masak, aku langsung makan karena perutku sudah keroncongan sedari tadi.

Saat aku tengah menikmati makananku, tiba - tiba Zenith muncul. Dia merupakan adik suamiku yang paling bungsu.

"Ma, minta uang dong!" Ucap Zenith sambil berteriak dengan lantang.

"Ibu tidak punya uang! Minta saja sama kakakmu si Zidan!" Jawab mertuaku yang juga berteriak dari dalam kamar.

Semenjak pertemuan pertamaku dengan Zenith, ia tidak pernah menyapaku bahkan tersenyum kepadaku juga tidak pernah. Zenith hanya lewat didepanku tanpa menyapaku sama sekali.

"Kak Zidan, minta uang dong!" Teriak Zenith dari ruang tamu.

"Berapa dek?" Mas Zidan langsung berhenti mencuci mobil dan mendekat kepada adiknya yang manja itu.

"Tiga juta saja kak! Aku mau pergi study tour ke Bandung!" Jawab Zenith.

Mendengar hal itu, seketika jantungku langsung mau copot. Tiga juta adalah nominal yang sangat besar dan bisa - bisanya Zenith dengan begitu enaknya meminta begitu saja. Jujur, diri ini merasa sangat keberatan.

"Aku tidak bisa membiarkan hal ini terjadi, nominal tiga juta itu sangat besar untuk sekedar dipakai untuk study tour," gumamku dalam hati.

Aku langsung melangkahkan kaki lebar menuju ke ruang tamu dan bergabung bersama Zenith dan juga suamiku yang tengah berbicara.

"Zenith, kamu meminta uang tiga juta sama Mas Zidan? Apa itu tidak terlalu banyak?" Aku langsung muncul dan berbicara dari belakang hingga membuat Zenith sedikit terkejut karena keberadaanku.

Zenith langsung menoleh kebelakang dan menatapku dengan tatapan penuh kebencian. Tiba - tiba Zenith langsung maju ke hadapanku dan langsung mendorong tubuhku sehingga aku terdorong ke belakang.

"KAMU TIDAK USAH IKUT CAMPUR, INI URUSANKU DENGAN KAKAK KU!"

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Menantu yang Tersakiti   Bertengkar

    "Astaghfirullah," Foto tersebut menunjukkan seorang pria yang begitu mirip dengan Suamiku, Mas Zidan tengah bercumbu dengan seseorang diatas mobil."Ya Allah, apa betul ini Mas Zidan?" Ucapku lagi.Berulang kali aku memperbesar gambar yang kulihat, mobilnya sama persis dengan mobil Mas Zidan, kemeja yang tadi dikenakan olehnya pun, nampak sangat sama."Ya Allah Mas, tega kamu berbuat begitu sama aku, hiks," Refleks ponselku jatuh dari genggamanku dan aku menangis."Mas, tega sekali kamu sama aku, hiks," Aku menangis berlinang air mata melihat foto Mas Zidan yang sedang bercumbu dengan perempuan lain diatas mobil."Tega sekali, Ya Allah,"Perih, sangat perih yang kurasakan. Hanya tangisan yang bisa kulakukan untuk menenangkan diriku. Suamiku telah berselingkuh diluar sana. Hal ini yang membuatku mantap untuk pergi dari rumah ini."Lihat saja Mas, aku akan pergi dari rumah ini, silahkan kamu urus perkawinanmu yang kedua, aku tidak peduli sama sekali dan aku tidak ingin ikut campur," G

  • Menantu yang Tersakiti   Sebuah Foto

    "Kahiyang, Zidan mana?" Tiba - tiba Ibu mertua muncul."Ada di kamar bu," Jawabku sambil mulai menyendokkan sepotong kue ke dalam mulut.Entah mengapa, bukannya menyusul Mas Zidan ke kamar, Ibu malahan memilih untuk ikut bergabung duduk bersamaku di ruang tengah.Aku tidak menggubris ibu dan tetap asyik menonton televisi sambil memakan kue kesukaanku. Biarkan saja dia merasa kesal karena aku terkesan cuek, aku tidak peduli lagi."Kahiyang, kira - kira pendapatmu bagaimana kalau Zidan menikah lagi? Suka atau tidak suka, kau harus menerimanya!" Tiba - tiba Ibu membahas hal itu lagi.Aku memutar kedua bola mataku karena merasa sangat kesal jika harus membahas hal itu lagi, bukankah mereka sudah tau kalau aku sama sekali tidak mau dimadu?"Sudah kukatakan berapa kali bu, aku tidak akan pernah menerima dan merestui pernikahan Mas Zidan yang kedua," Jawabku dengan malas.Tanpa kutatap wajah ibu, sudah kupastikan wajahnya berubah menjadi kesal dan cemberut."Kamu itu harus sadar, kamu tidak

  • Menantu yang Tersakiti   Mulai Cuek

    Aku mengelus dada mendengar jawaban dari ibu, jadi dia hanya membutuhkanku disini kurang lebih sebagai pembantu di rumahnya.“Tega kamu Mas!” Ucapku pelan namun penuh dengan penekanan. Kemudian aku memilih untuk beranjak dari sana. Ibu dan Mas Zidan masih terus memanggil – manggil namaku, tetapi aku memilih untuk tidak menoleh dan terus melangkah masuk ke dalam kamar.[PRANK]Aku membanting pintu kamar dengan sangat keras, kemudian menangis di dalam kamar.“Tega kamu mas, tega sekali kamu sama aku!”“Lihat saja Mas, aku akan menjadi seorang wanita yang sukses agar kamu tidak bisa menginjak – injakku begitu saja!” Gumamku dalam hati.Aku kemudian berniat untuk mencari pekerjaan sampingan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, siapa tahu aku bisa sukses dan mendapat banyak keuntungan, aku bisa menabungnya untuk membuat usaha yang lebih besar lagi seperti usaha rumah makan.Kali ini, aku tidak akan menumpahkan banyak air mata lagi, sudah cukup kutumpahkan air mataku untuk pria brengsek

  • Menantu yang Tersakiti   Kedatangan Tamu

    DEG!Seketika mataku yang tadi sayu - sayu sudah ingin tertidur, kini segar kembali ditambah jantungku berpacu dengan sangat cepat, semakin menambah ketegangan yang kurasakan.Setelah berbicara ditelfon, segera Mas Zidan menuju ketempat tidur dan baring membelakangiku.Tidak berani aku menegurnya, takut dia terganggu dan marah.Aku masih memikirkan perkataan Mas Zidan tadi, meskipun ia berbisik namun telingaku masih mampu mendengar suaranya. Apalagi perkataannya sangat mengundang rasa penasaranku."Aku harus mencari tau, apa yang sedang direncanakan oleh Mas Zidan dan Ibu!" Batinku.“Assalamu’alaikum!”Tiba – tiba ada ucapan salam dari seseorang yang baru saja dating.“Wa’alaikumsalam” Jawab Ibu.Kudengar suara riuh dari luar, sepertinya lumayan banyak yang datang ke rumah malam ini.Bergegas aku mengenakan baju sopan serta hijab andalanku dan segera meluncur keluar.“Eh, Mba Kahiyang!” Sapa Lina, adik iparku.“Eh, Mba Lina! Masha Allah!” Jawabku sambil melakukan ritual cipika – cipik

  • Menantu yang Tersakiti   Mandul

    "Nak? Ini pertama kali dia memanggilku dengan sebutan "nak" hal ini semakin menjadikan instingku tajam bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang sedang terjadi," Batinku.Saat aku masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, tidak sengaja aku mendengar pembicaraanku dengan Ibu."Apa kalian sudah melakukanya?" Tanya Ibu."Sudah, aku yakin dia pasti akan hamil," Jawab Mas Zidan."Semoga, kalau tidak maka dia akan ditendang dari rumah ini!" Ucap Mas Zidan DEG!Hatiku bagai tersayat belati tajam mendengar hal yang terucap dari mulut suamiku sendiri. Sudah kuduga kalau sikap baik mereka belakangan ini karena ada maunya.Aku hanya berharap kepada Allah semoga cepat dianugerahi malaikat kecil didalam perutku agar bisa membuktikan kepada mereka kalau aku juga merupakan wanita sempurna.Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan berlalu tetapi aku belum juga dipercayai oleh Allah diberi momongan.Karena segala cara alami sudah kulakukan, akhirnya aku dan Mas Zidan memutuskan

  • Menantu yang Tersakiti   Bersikap Aneh

    "Heh Kahiyang, ngapain kamu disitu? Kamu menguping pembicaraan saya ya?" Tuduh Ibu."Tidak kok bu, saya sedang menggoreng," Jawabku membela diri.Ibu langsung melongos kemudian pergi begitu saja dengan wajah angkuh.Malam pun tiba, Mas Zidan sudah pulang ke rumah, tetapi iya tidak menyapaku dan terkesan cuek kepadaku. Ah, biarkan saja kalau dia marah lagi pula semua yang ia katakan tidak benar dan itu fitnah.Disaat aku hendak tidur, Mas Zidan tiba - tiba masuk di kamar kemudian duduk dipinggir jalan, ia membelai rambutku membuatku sedikit kaget."Kahiyang, aku ingin segera punya anak," Bisik Mas Zidan dengan lembut ditelingaku."Apa - apaan ini? Kenapa Mas Zidan langsung berubah menjadi lembut? Bukannya tadi dia sangat marah kepadaku?" Gumamku dalam hati.Aku yang masih berbaring ditempat tidur memilih untuk berpura - pura tidur dan mengabaikan Mas Zidan."Kahiyang, Kahiyang ... Ayo bangun dong sayang!" Ucap Mas Zidan lembut sambil membelai rambutku.Aku tetap tidak bergeming sama se

  • Menantu yang Tersakiti   Ingin Punya Anak

    "Ibu kenapa tega sekali sama Kahiyang? Bisa - bisanya menyuruh suamiku untuk mendekati seorang perempuan lagi! Apa Ibu tidak punya perasaan? Dimana hati nurani ibu?" Ucapku dengan tubuh yang bergetar hebat.Kulihat, Ibu semakin menorehkan raut wajah marah dan sebentar lagi akan meledak, tiba - tiba ...[PLAK]Ibu menamparku dengan sangat keras hingga membuat tubuhku membentur tembok didekatku."BERANI - BERANINYA KAU MEMBENTAKKU! AKANKU ADUKAN KEPADA ZIDAN! LIHAT SAJA, KAU PASTI AKAN MENYESALINYA!" Bentak Ibu dengan wajah yang memerah akibat emosi."Aku tidak ada maksud membentak ibu, tapi aku cuman bertanya bu! Apa alasan ibu menyuruh Mas Zidan dekat dengan perempuan lain sedangkan ada aku? Lantas mengapa ibu tidak menyuruh saja Mas Zidan untuk menceraikanku?" Aku berusaha untuk membela diri dan terlihat kuat didepan Ibu supaya ia bisa tau kalau perbuatannya sudah sangat kelewatan."Untuk apa Zidan menceraikanmu? Kalau kau bisa dimanfaatkan?" Jawab Ibu dengan sangat angkuh.Aku mengg

  • Menantu yang Tersakiti   Istri Kedua?

    "Itu khusus untuk keluargaku, sedangkan kau bukan keluargaku!" Jawab Mas Zidan dengan santai.Meskipun nada bicaranya biasa saja tetapi ia sukses membuat hatiku teriris."Apa maksudmu Mas?" Protesku."Kamu tidak sadar? Selama ini aku tidak mencintaimu," Jawabnya dengan suara lantang."Tapi sikapmu ketika baru kenal dan awal menikah itu baik, lantas kenapa kamu langsung berubah tiga ratus enam puluh derajat seperti ini?" Tanyaku dengan serius.Mas Zidan kemudian mendekatiku yang sedang duduk diatas ranjang. Ia tiba - tiba memegang kedua pundakku dan berbisik ke telingaku ..."Karena selama ini aku hanya memakai topeng di depanmu, kalau kau ingin tahu sifat asliku ya seperti sekarang ini!" Ujar Mas Zidan tanpa rasa bersalah.Setelah mengatakan hal tersebut, aku menatap kedua sudut netra Mas Zidan dalam - dalam dan meneteskan air mata."Kenapa kamu tega berkata begitu Mas? Untuk apa kamu menikahiku jika aku tidak kamu anggap sebagai seorang istri!" Ucapku dengan nada tinggi.Seketika rau

  • Menantu yang Tersakiti   Gibahan Tetangga

    "Ya Allah sampai kapan aku harus seperti ini? Umur pernikahanku yang masih seumur jagung, pantaskah aku untuk pergi dan mengakhiri ini semua?" Gumamku dengan merasa bimbang.Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil air wudhu dan menunaikan shalat sunnah dua rakaat, itu menjadikanku kembali kuat dan merasa lega. Kucurahkan semua keluh kesah ini kepada sang khaliq.Ketika selesai shalat sunnah, aku kembali ingin merogoh ponselku dan menghubungi sahabatku untuk curhat, tetapi tiba - tiba saja dari luar terdengar suara benda yang jatuh dan pecah.[PRANK]"Suara apa itu?!" Ucapku dengan raut wajah panik.Dengan segera, aku loncat dari tempat tidur dan langsung melangkahkan kaki dengan lebar menuju ke asal suara tersebut."Astaghfirullah,"Betapa terkejutnya aku melihat vas bunga kesayangan Ibu yang jatuh berkeping - keping dilantai. Seekor kucing liar berhasil masuk menyelinap ke dalam rumah dan berhasil menghancurkan vas bunga serta mengotori lantai karena tubuhnya yang dipenuhi dengan lum

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status