Setelah kejadian dimana, ia mendapati dirinya di hotel tak memakai sehelai benang pun. Kayana pun seolah-olah lupa dengan semua itu dan merasa semua baik-baik saja. Tidak ada perasaan sedih atau menyesal karena bagi Kayana, mau masih gadis atau tidak. Itu akan sama saja. Kayana tidak akan pernah membangun sebuah komitmen yang bernama pernikahan jadi hilangnya kegadisannya itu bukanlah sesuatu yang harus ia tangisi dan sesali.“Selamat pagi, “ sapa Kayana ketika surya datang. Setelah pesta satu bulan yang lalu Surya pun resmi menjadi atasan Kayana yang menggantikan Dave yang pindah ke Jerman.“Butkan saya kopi,” pintanya kemudian duduk di kursi kebesarannya.Kayana yang mendapat perintah itu pun mengangguk dan segera membuatkan kopi yang selama ini biasa Kayana buat untuk Surya.“Permisi Pak ini kopinya,” Kayana pun meletakkan kopinya di meja Surya dan berpamitan untuk ke ruangnya.“Tunggu!” Kata Surya menghentikan langkah Kayana.“Selama saya di sini, kenapa baru kali ini kopi yang bu
Setelah Rossi, anak Rose dan Rizal mengajaknya untuk sarapan bersama. Kayana pun ikut bergabung. Dan hal itu membuat semua orang bahagia. Karena pada akhirnya setelah sekian lama Kayana ikut sarapan bersama.“Selamat pagi,” sapa Kayana dan menarik kursi untuk dirinya. Rendra yang melihat putri sulungnya ikut sarapan bersama setelah sekian lama pun mengembangkan senyumnya.“Pagi juga sayang,” balas Rendra.“Tumben biasanya juga sudah ada di kantor jam segini,” sindir Rose.“Rose jangan seperti itu. Ini adalah hal yang baik jika Yana bisa sarapan bersama kita. Hal ini sangat jarang bukan.” Tutur Fitri lembut kemudian menyiapkan sarapan untuk Kayana.“Anty mau calapan,” pinta Rossi pada Kayana.“Sini sayang sama Mommy aja,” kata Rose.“Mau cama anty,” ungkap Rossi.“Tapi sayang anty gak bisa.” Kata Rose melarang anaknya untuk berdekatan dengan kakaknya.“Nadk mau,” Rossi menggelengkan kepalanya.“Gak papa Rose aku bisa kok, hanya untuk menyuapi anak kecil,” ujar Kayana kemudian mengambil
“Maaf, Memang anda siapa di sini sehingga bisa datang seenaknya. Di sini kamu itu hanya seorang sekretaris bukan siapa-siapa” katanya menatap Kayana tajam. Kayana yang mendengar itu mencoba mengabaikan perkataan Surya. Bagi Kayana hari ini untuk pertama kalinya ia datang terlambat. Tapi walaupun begitu tidak sepantasnya Surya membentaknya seperti itu. “Maaf. Mr. Nugraha yang terhormat. Posisi saya memang hanya sekretaris. Tapi, pekerjaan saya konsisten jadi mohon maaf bila kali ini saya melakukan kesalahan. Selamat pagi.” Setelah mengatakan itu Kayana pun segera memulai pekerjaannya sebagai sekretaris yang mengatur jadwal Surya. “Buatkan saya kopi. Jangan sampai terlambat,” titah Surya kemudian meninggalkan meja Kayana. Sedangkan Kayana hanya bisa bergumam dengan sikap atasannya hari ini. Kayana pun segera beranjak dari duduknya dan menuruti keinginan atasannya untuk dibuatkan kopi. Waktu istirahat pun telah tiba, Kayana yang bisanya masih sibuk dengan kertas di mejanya. Entah men
Berbeda dengan Kayana yang tidak pusing memikirkan hasil benda pipih itu. Karena dirinya sangat yakin jika hasil itu salah.“Kenapa terlambat?” tanya Surya sambil menatap Kayana dengan tenang.“Saya tidak terlambat. Saya habis dari toilet,” balas Kayana santai dan memulai pekerjaannya.“Ada yang saya bantu Pak?” tanya Kayana. Ketika melihat atasannya masih saja berada di hadapannya.“Siapkan berkas-berkas untuk meeting siang ini.” Pintanya.“Semuanya sudah siap Pak,” balas Kayana dengan cekatan.“Baiklah,” Surya pun meninggalkan meja sekretarisnya. Dalam benak Surya, pantas saja Kayana bisa bertahan menjadi sekretaris di sini walaupun sikapnya yang bossy itu. Ternyata kerjanya cekatan dan siap kapanpun di minta walaupun itu sangat dadakan.Di ruangan Adella saat ini. Dirinya masih saja memikirkan kondisi Kayana. Apa ia harus percaya pada Kayana atau benda putih pipih yang sedang dipegangannya.“Dor!” Teriak Reina membuat Adella kaget dan menjatuhkan benda pipih yang dipegangnya.“Asta
Sementara Kayana yang mendapat pertanyaan tersebut. Seketika, detak jantungnya bekerja tidak normal. Keringat dingin mulai menjalari tubuhnya. Kayana mencoba mengingat sesuatu agar semuanya jelas. Dan setelah mengingat semuanya Kayana pun mengangguk dengan ragu. Adella yang melihat anggukan kepala Kayana pun melebarkan matanya. “Kapan?" baru saja Adella akan bertanya tentang kapan Kayana melakukan hal itu tapi tidak jadi lantaran dokter telah memotong ucapannya terlebih dahulu. “Nah, bila Ibu Kayana pernah melakukannya. Alat itu bisa di gunakan, jadi untuk mengetahui Ibu Kayana positif atau tidak, mari kita lakukan tes lagi. Bila perlu kita USG langsung, jika Ibu Kayana setuju, " tawar dokter tersebut. “Kalau begitu USG saja dokter. Karena tadi pagi sudah melakukan tes dan hasilnya positif,” jawab Adella. “Bagaimana Ibu Kayana?” tanya dokter meminta persetujuan. Sedangkan Kayana yang mendengar itu pun mengangguk pasrah. “Ya sudah kalau begitu. Ibu Kayana silahkan berbaring. Biark
Hari sudah malam. Waktu menunjukkan pukul 23.45 malam. Akan tetapi Kayana masih ada di kantor, tinggal dirinya seorang diri. Sambil menatap ke arah luar jendela yang menampilkan kelap kelip lampu. Tanpa sadar ia mengusap perutnya. Apa benar dia ada atau hanya sebuah mimpi saja. Dirinya mengingat kembali ke masa lalu dimana ibunya berada di posisi ini. Mempertahankan atau melepaskan. Namun, dengan kebesaran hatinya ia lahir ke dunia dengan sempurna tanpa kekurangan, apapun selain cinta dari seorang Ibu yang telah melahirkannya. Tok tok tok Terdengar suara pintu diketuk. Kayana yang mendengar itu seketika tersentak kaget dan tersadar dari lamunannya. Ia melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Dan mendengar suara pintu diketuk membuat Kayana heran. Siapa yang mengetuk ruangan kerjanya di jam segini. Apa mungkin ada ob yang ikut lembur. Dan tanpa berpikir panjang Kayana pun membukakan pintunya. “Selamat malam,” sapa Surya yang
Fitri yang melihat itu seketika beranjak dari duduknya dan menyusul Kayana ke kamar mandi. “Sayang apa kamu baik-baik saja?” tanya Fitri khawatir. Begitu juga dengan Rendra yang melihat putrinya seperti itu pun dengan langkah yang sangat pelan mencoba untuk menyusul Kayana. “Ayah mau ke mana?” tanya Rose yang melihat Rendra beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi. “Ayah mau lihat kondisi Yana,” “Tidak perlu Ayah. Kak Yana baik-baik aja. Ayah duduk saja,” perintah Rose kemudian menghampiri Rendra dan membantunya kembali duduk di kursinya. “Tapi_” “Sudah ada Ibu, Ayah,” potong Rose geram. Sedangkan Kayana saat ini mencoba untuk mengeluarkan isi perutnya. Entah kenapa pagi ini ia mengalami mual yang begitu hebat setelah mencium bau selai kacang.“Ibu ambilkan teh hangat untukmu, semoga mualnya cepat reda ya sayang,” setelah membantu memijat tengkuk Kayana Fitri pun segera membuatkan teh hangat untuk Kayana Setelah apa yang terjadi pagi tadi. Kayana pun berfikir bahw
EnguhhLenguh Kayana yang baru saja sadar.“Anda sudah sadar?” Tanya suster yang mengecek kondisi Kayana.Kayana pun melihat sekelilingnya,”Dimana aku sekarang?” Gumam Kayana mengingat semua yang terjadi.“Anda ada di klinik. Anda baru saja melakukan operasi pengangkatan janin,” terang suster.“Pengangkatan janin,” bisik Kayana pelan dan mencoba mengingat semuanya.“Terimakasih suster apa saya boleh pulang?” tanya Kayana.“Sebaiknya Ibu istirahat selama seminggu agar dapat mengembalikan kondisi Ibu yang sudah mengalami paska operasi.”“Berikan saya obat rasa sakitnya. Karena saya tidak mungkin berlama-lama di rumah sakit.”“Tapi setidaknya Ibu bisa menginap dua hari atau tiga hari jika Ibu tidak ingin terlalu lama.”Kayana yang mendengar itu pun menggunakan kepalanya sepertinya dia bisa dua hari untuk istirahat. Karena besok adalah hari Sabtu dan Kayana libur bekerja.“Baiklah suster, terima kasih,”“Sama-sama,”DrrtTerdengar getaran ponsel yang berasal dari milik Kayana. Kayana yang