Home / Romansa / Mencintai Istri Kakakku / Kesalahan Termanis

Share

Mencintai Istri Kakakku
Mencintai Istri Kakakku
Author: LeeNaGie

Kesalahan Termanis

Author: LeeNaGie
last update Last Updated: 2021-10-18 09:57:42

Dentuman musik di klub malam salah satu kota terbesar di sebelah utara Swiss, Zürich, terdengar menggema ke seluruh ruangan. Sepasang mata elang sedang menatap nanar foto yang ditampilkan layar ponsel. Tampak seorang perempuan berkerudung tersenyum ramah sedang memeluk remaja laki-laki berusia tujuh belas tahun. Remaja itu adalah dirinya.

Ada hal yang mengganggu pikiran pemuda itu hampir satu bulan belakangan ini. Lebih tepatnya sejak kejadian yang tidak terduga membuat ia sadar dengan perasaan sendiri. Perasaan yang tidak boleh ada.

“Beneran nggak minum, Zan?” tanya seorang mahasiswa yang berasal dari Indonesia.

Pria berkulit kuning langsat itu menggelengkan kepala. “No thanks!” sahutnya mengangkat tangan sekilas.

“Farzan mana mau minum-minum. Bisa diomelin kakak iparnya,” ledek yang lainnya.

Lelaki bernama Farzan itu melirik sekilas dengan tatapan malas. Dia sedang tidak ingin berdebat sekarang.

“Lo kenapa sih? Sejak balik dari Indo banyakan diam.”

Farzan mengangkat bahu singkat, tanpa menjawab pertanyaan tersebut. Dia mengunci layar ponsel, sehingga wallpaper bergambar dirinya dan seorang perempuan menghilang begitu saja. Tangannya terulur ke atas meja, mengambil jus melon yang tinggal setengah.

Sebuah senyum samar tergambar di bibir sedikit tipis di bagian atas dan penuh di bagian bawah milik Farzan, ketika melihat gelas yang ada dalam genggamannya. Jus melon adalah minuman kesukaan Arini, istri kakak tiri lelaki itu. Dia menarik napas berat ketika luapan perasaan seakan tak bisa lagi ditahan.

“Masih mikirin kejadian waktu itu?” Seorang pria berambut ikal mengajukan pertanyaan kepada Farzan, setelah dua orang lainnya keluar dari room yang mereka sewa.

Kepala yang dihiasi rambut model layered itu bergerak ke atas dan bawah. “Gue merasa jahat, Bram.”

Bramasta, sahabat Farzan, menepuk pundaknya. “Itu bukan salah lo, Zan. Kalau gue berada di posisi yang sama, mungkin nih ya, mungkin nggak bisa nolak juga.”

Pemuda berkacamata itu menarik napas singkat. “Apalagi kakak ipar lo cantiknya kebangetan. Bayangin, umur empat puluh tahunan masih awet kayak umur dua puluhan. Keturunan vampir kali ya.” Bram berdecak kagum.

“Beruntung banget abang lo nikah sama dia,” sambungnya geleng-geleng kepala.

Farzan tersenyum kecut membenarkan perkataan Bramasta. Arini Maheswari, kakak ipar yang kini bersemayam di hatinya memang memiliki kecantikan yang tidak pudar dimakan waktu. Wanita yang telah memiliki dua orang anak itu ibarat bidadari, seperti namanya.

“Kak Arini nggak hanya cantik, Bram.” Farzan mengangkat pandangan melihat plafon dengan seulas senyum lebar. “Dia baik banget, penyayang, perhatian dan ….”

“Dan?”

“Dan semua ekspektasi gue akan perempuan, ada dalam diri Kak Arini.” Farzan menoleh lagi kepada Bramasta.

“Makanya gue merasa jahat sama mas sendiri. Nggak kebayang kalau Mas Brandon tahu.” Tubuh Farzan bersandar lesu ke belakang.

“Cinta memang nggak ada logika, Zan. Nggak bisa ditebak.” Bram menumpu kedua tangan di atas kedua paha. “Jangan sampai mas lo tahu, bahaya!”

Farzan mengangguk singkat. Dia paham apa yang akan terjadi jika Brandon tahu kalau dirinya mencintai Arini. Apalagi ia juga terlahir dari sebuah kesalahan yang seharusnya tidak pernah ada di dalam keluarga Harun.

Baru saja ingin merespons perkataan sahabatnya, ponsel yang ada di saku celana jeans milik Farzan bergetar. Sebuah panggilan dari wanita yang dirindukan, membuat senyum mengembang di paras tampannya.

“Gue ke luar dulu.” Farzan menggoyangkan gadget yang memperlihatkan tampilan panggilan masuk. “Bisa tamat riwayat gue kalau Kak Arini tahu lagi ada di klub malam.”

Farzan bergegas keluar dari room yang tidak dibatasi dinding. Kakinya melangkah besar menuju sisi lain klub, agar suara musik tidak terdengar.

Assalamu’alaikum, Kakak Cantik,” sapa Farzan setelah menerima panggilan.

Wa’alaikum salam. Gimana kabar di sana? Ujian lancar?” balas Arini terdengar khawatir.

Sorot mata elang Farzan tampak sendu mendengar pertanyaan kakak iparnya. Dia kembali ingat dengan penyakit yang diderita Arini. Karena penyakit inilah kesalahan manis terjadi saat ia pulang ke Jakarta.

“Aku udah ujian dua bulan lalu, Kak. Kondisi kakak gimana? Udah minum obat teratur, ‘kan?”

“Udah. Baru aja minum obat.” Terdengar tarikan napas panjang. “Kamu kapan pulang? Kakak kangen sama adik kesayangan.”

Insya Allah enam bulan lagi pulang. Sekarang lagi sibuk bikin skripsi. Doakan aja semua lancar, trus bisa ketemu lagi sama Kakak cantik,” sahut Farzan semringah.

Meski tahu Arini hanya menganggapnya sebatas adik kecil yang dibesarkan dengan kasih sayang, tapi sudah cukup membuatnya senang.

“Yah. Sedih nih jadinya. Video call aja deh, biar bisa lihat kamu,” pinta Arini membuat Farzan kelimpungan.

Dia garuk-garuk bagian atas kepala, karena tidak mungkin melakukan video call sekarang. Bisa tamat riwayatnya jika Arini tahu di mana Farzan sekarang.

“Jangan, Kak! Nanti aja ya. Aku sekarang lagi di luar soalnya,” elak Farzan.

“Tumben. Biasanya kalau lagi di luar juga mau video call. Mencurigakan.” Arini diam beberapa detik. “Kamu lagi ngedate ya, Zan?! Ayo ngaku. Kenalin dong sama Kakak.”

Farzan tergelak mendengar tuduhan Arini. Ada rasa lega di hati ketika kakak iparnya normal seperti ini. Ya, wanita yang dicintainya divonis terkena Alzheimer dini oleh dokter. Kondisi di mana ia akan mudah lupa dengan kejadian yang dialami.

“Nggak kok. Aku lagi keluar sama teman-teman aja. Mau puasin senang-senang sebelum pusing mikirin skripsi,” jelas Farzan tidak ingin Arini salah paham.

“Yah kirain.” Nada suara Arini terdengar lesu. “Kamu nggak pernah loh kenalin pacar ke kakak sama mas.”

Pria itu kembali tergelak sambil mengedarkan pandangan ke sisi lain gedung klub malam. Tilikan mata elangnya berhenti ketika melihat seorang wanita berjalan terhuyung dari arah bar. Tak lama dua orang pria berjalan pelan di belakang, seperti mengintainya.

“Nanti aku telepon lagi ya, Kak. Kita video call kalau aku udah sampai di apartemen aja.”

“Oke. Jaga diri baik-baik ya. Jangan keluyuran,” nasihat Arini.

“Iya. Miss you, Kak.”

Miss you too, Dek,” pungkas Arini sebelum panggilan berakhir.

Farzan kembali melihat perempuan muda berambut panjang dan hitam itu setelah mengantongi ponsel. Dari penampilannya tampak seperti orang asia. Dia mengamati gerak-gerik dua orang laki-laki bule yang sejak tadi mengikutinya.

Tiba di luar klub, kedua laki-laki itu langsung memegang tangan kanan dan kiri wanita muda tersebut. Sontak membuatnya meronta, berusaha melepaskan diri. Naluri lelaki Farzan terpanggil melihat kejadian itu.

Hei. What are you doing?!!” sergah Farzan mengeraskan suara.

Kedua pria itu terkejut karena aksi mereka diketahui oleh orang lain.

“Lepaskan dia atau aku telepon polisi!” gertak Farzan mengeluarkan ponsel bersiap menghubungi pihak berwajib.

Dua pria bule itu segera mendorong perempuan tadi, sehingga terjatuh. Setelahnya mereka lari tunggang langgang, takut dengan ancaman Farzan.

“Dasar pengecut kalian! Gitu aja sok mau gangguin anak orang,” geramnya dengan wajah mengerucut.

Dia melangkah mendekati perempuan yang masih terduduk di jalan tak jauh dari lahan parkir klub. “Are you okay, Madam?” tanya Farzan menurunkan tubuh ke posisi jongkok.

Wanita mabuk itu mengangkat wajahnya dengan senyum lebar.

Dasar cewek aneh. Masih bisa senyum setelah hampir saja diperkosa orang-orang tadi, batin Farzan.

“Makasih udah bantuin gue,” ucap wanita itu mengangkat sebelah tangan ke atas.

“Orang Indonesia juga?” Mata elang Farzan melebar tak percaya.

Wanita berparas ayu itu mengangguk sekali membenarkan tebakan Farzan. Dia berusaha berdiri di tengah tubuh yang terasa ringan seperti kapas. Alkohol membuatnya ingin terbang ke atas awan, bertemu bintang-bintang.

Farzan segera menyambut tubuh yang oleng ke kanan, lantas membantu agar tegak ke posisi berdiri. “Saya panggilkan taksi ya, Mbak,” tawarnya mencari keberadaan taksi.

“Mau diantar ke mana?”

“Di mana ya? Kok gue lupa.” Wanita itu tertawa seperti orang gila dengan tubuh kembali terhuyung ke kiri. “Ke mana aja deh, asal nggak pulang ke rumah.”

Kening Farzan auto mengerut. “Mbak tinggal di sini?”

Wanita berambut panjang itu menggeleng. “Gue cuma liburan ke sini.”

“Ya udah, kalau gitu kasih tahu Mbak nginap di hotel mana? Biar saya carikan taksi sekarang.”

Suara tawa kembali meluncur di bibir terisi penuh milik perempuan yang berada di samping Farzan. Tubuhnya terhuyung lagi ke sisi kanan.

“Hati-hati, Mbak.” Farzan mengeratkan pegangan di lengan kurus itu. “Lain kali kalau ke sini bawa teman. Bahaya.”

“Diam lo bawel. Sama aja kayak emak gue,” sungut perempuan tersebut.

“Ya udah, kalau gitu kasih tahu Mbak tinggal di mana!” ulang Farzan mulai jengkel.

Belum sempat menjawab pertanyaannya, wanita itu pingsan tak sadarkan diri.

“Mbak,” panggil Farzan ketika tubuh itu bersandar ke badannya.

“Mbak.” Farzan mengguncang bahu, lantas menepuk pelan pipi tirus itu.

“Malah pingsan,” gumam Farzan panik.

Pandangannya kembali beredar ke sisi jalan yang dilewati kendaraan sesekali. Malam menjelang, ia harus kembali ke apartemen. Tapi, bagaimana dengan wanita asing ini? Tidak mungkin juga meninggalkannya sendirian di jalanan.

Farzan mendesah pelan sebelum melambaikan tangan untuk menghentikan taksi. Tidak ada pilihan lain, selain membawa wanita ini ke apartemennya.

“Baurstrasse 29,” ujar Farzan setelah berada di dalam taksi. Dia menyandarkan kepala perempuan tadi di kaca, agar tidak lagi menempel dengannya.

Tubuh tegap itu bersandar lesu di jok belakang taksi. Perlahan tilikan mata berpindah ke sisi kiri jalan. Tampak kerlap kerlip lampu yang berpendar dari gedung-gedung tinggi di kota Zürich. Enam bulan lagi, ia tidak berada di sini karena pendidikannya di ETH Zürich selesai. Pemuda itu bisa berkumpul kembali dengan keluarganya di Indonesia.

Tangannya kembali mengambil ponsel dari saku celana, lantas mengirimkan pesan kepada teman-teman yang masih berada di klub malam.

Me: Gue balik ke apartemen dulu. Kakak ipar mau VC.

Setelah mengirimkan pesan singkat tersebut, ibu jari Farzan bergerak membuka galeri foto. Dia tersenyum melihat seorang wanita berkerudung tersenyum memamerkan dua lesung pipi yang menambah kecantikannya. Dengan hati terasa nyeri, ia membelai wajah yang ada di layar tersebut.

I miss you, Kak,” lirihnya pelan sekali.

Taksi terus melaju cepat menuju apartemen tempat tinggal Farzan sejak berada di Zürich. Hampir empat tahun ia tinggal di sana seorang diri, jauh dari keluarga. Sejak kecil, ia sudah memiliki minat terhadap bidang automotif, sehingga akhirnya mengambil fakultas Mechanical Engineering.

Kendaraan beroda empat tersebut, berhenti tepat di area drop-off Cosmopolitan Apartment. Gedung hunian yang masih tergolong baru di kota Zürich. Sebelum turun dari mobil, Farzan menarik napas panjang ketika melihat perempuan yang masih belum sadarkan diri. Lebih tepatnya tertidur, setelah mengkonsumsi banyak alkohol.

Pemuda itu menarik lengan kecil tersebut, kemudian menggendongnya di balik punggung. Sebuah tawa singkat meluncur dari bibir dengan lengkung sempurna tersebut, saat merasakan sesuatu.

“Kurus banget sih,” ledeknya.

Akhirnya setelah mengerahkan semua tenaga yang tersisa, mereka tiba di dalam flat tipe studio yang cukup besar. Farzan merebahkan perempuan asing yang tidak lagi tahu apa-apa itu di atas kasur. Napas terpacu keluar dari hidung dan mulut bersamaan, karena tenaga yang terkuras menggendongnya dari lobi hingga bagian dalam flat.

Ketika ingin berdiri, tiba-tiba tangannya ditarik kuat oleh perempuan berambut panjang itu. Sontak tubuhnya terjatuh nyaris mengimpit sosok yang sedang terbaring di atas ranjang. Mata hitam tajamnya bertemu dengan netra hitam lebar milik wanita yang sedang mengerjap.

Farzan menelan ludah ketika melihat paras yang tidak terlalu cantik dan tidak juga terlalu jelek itu berada tepat di depannya. Situasi seperti ini baru pertama kali dialami, kecuali ketika ia melakukan kesalahan termanis dengan Arini. Anehnya, kali ini tidak ada reaksi berarti dalam dirinya. Berbeda ketika bersama sang Kakak ipar.

“Lo mau nggak nikah sama gue?” desis wanita itu berusaha membuka mata yang terasa berat.

Bersambung....

Hai, selamat datang di novel kelimaku di Good Novel. His Secret adalah proyek novel yang mengambil sudut pandang pria yang pertama kali kugarap selama menulis. Semoga suka yaa ^^

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mencintai Istri Kakakku   Mencintai Istriku, bukan Istri Kakakku

    Lima bulan kemudianBunyi ciuman terdengar jelas di sebuah kamar kondominium mewah yang berada di kawasan Marina, Singapura. Suara desahan menjadi penutup penyatuan sepasang suami istri yang entah berapa kali melakukannya hingga siang ini. Keduanya saling berbagi tatapan dan senyuman dalam posisi duduk berhadap-hadapan.Nadzifa segera turun dari pangkuan Farzan, kemudian masuk ke dalam selimut. Napas memburu keluar dari hidung seiringan dengan jantung yang berdebar cepat. Farzan juga ikut masuk ke balik selimut, sebelum menarik tubuh istrinya merapat.“Mentang-mentang libur, aku nggak dibolehin keluar kamar,” sungut Nadzifa mencubit hidung mancung suaminya.Farzan tersenyum lebar seraya menatap gemas wajah Nadzifa yang masih memancarkan rona merah. “Habis kamu bikin aku nagih. Top banget deh.”Nadzifa berdecak seraya menyipitkan mata. “Segitunya kamu.”Meski usia wanita itu tidak lagi muda

  • Mencintai Istri Kakakku   Luapan Kemarahan

    Farzan duduk di ruang kunjungan tahanan berhadap-hadapan dengan Ayu. Di sampingnya ada Nadzifa yang menemani pria itu menemui sang Ibu. Rahang tegasnya tampak mengeras menahan luapan amarah yang tertahan. Dia malu dengan perbuatan wanita yang telah melahirkannya itu.“Aku pikir Mommy udah berubah sejak keluar dari penjara waktu itu,” ujar Farzan memecah keheningan ruangan yang dikelilingi dinding berwarna abu-abu itu. Dia menundukkan kepala, seakan enggan melihat Ayu.“Kamu yang bikin Mommy begini, Zan,” balas wanita tua itu menyalahkan putranya.Sorot mata Farzan terlihat tajam ketika pandangannya terangkat. Sklera netra elangnya memerah digenangi air mata.“Mommy salahkan aku?” tanya Farzan dengan kedua tangan mengepal erat di atas paha.Nadzifa langsung meraih tangan suaminya, berusaha menenangkan.“Coba waktu itu kamu mau kerja di perusahaan dan jamin hidup Mommy.

  • Mencintai Istri Kakakku   Memadu Kasih

    Sepasang netra elang mengerjap ketika mencoba untuk terbuka. Pandangannya turun ke arah sesosok tubuh yang lelap dalam dekapan. Farzan tersenyum ketika melihat Nadzifa tidur seperti bayi. Begitu tenang dan imut dengan bibir sedikit terbuka. Beruntung tidak ada air liur yang keluar. Haha!Dia menarik napas sebentar, sebelum mengeratkan lagi pelukan. Terasa kelembutan yang baru dirasakan tadi malam. Juga kehangatan yang disalurkan oleh tubuh Nadzifa. Pagi ini Farzan merasakan perubahan dalam hidupnya.Sebuah kecupan diberikan di kening Nadzifa beberapa detik, membuat tubuh semampai itu menggeliat kecil di dalam pelukannya. Perlahan tapi pasti kepala gadis itu, ah bukan, wanita itu terangkat seiringan dengan kelopak mata yang terbuka.Nadzifa memicingkan mata ketika ingat dirinya sekarang sudah resmi menjadi istri dari Farzan Harun. Pria yang berusia sembilan tahun lebih muda darinya. Dia menenggelamkan wajah tepat di dada bidang pria itu.“Aku banguni

  • Mencintai Istri Kakakku   Penyatuan Dua Insan

    Seluruh keluarga Harun dibuat panik gara-gara pernikahan dadakan Farzan dan Nadzifa. Begitu juga dengan Brandon yang baru saja pulang dari rumah sakit. Beruntung menjelang sore semua berjalan sesuai dengan rencana. Tinggal menunggu akad nikah dilaksanakan.Paman Nadzifa juga bisa hadir untuk menikahkan keponakan yang jarang berjumpa. Semesta seakan memberi kelancaran baik dari segi dokumen, penghulu sampai pakaian yang akan dikenakan oleh Nadzifa dan Farzan untuk akad nikah.Jangan ditanyakan lagi bagaimana gugup Farzan sekarang. Pria itu tampak gagah mengenakan setelan beskap berwarna putih gading. Sebuah peci berwarna senada menutupi rambut model layered miliknya.“Penghulu udah datang tuh, Zan,” info Bramasta yang sejak tadi sibuk sendiri, pasca diberitahukan tentang pernikahan Farzan. Pria berkacamata itu langsung minta izin pulang dari kantor lebih awal.Farzan menganggukkan kepala, kemudian berdiri. Dia menarik napas dan mengemb

  • Mencintai Istri Kakakku   Tekad Bulat Farzan

    “Mas Brandon benar, Kak. Ada yang ingin menyingkirkan Mas Brandon. Orang itu adalah Tante Ayu.”Perkataan yang diucapkan Nadzifa barusan menyurutkan niat Farzan untuk memasuki ruang perawatan yang baru saja ditinggalkannya beberapa menit lalu. Dia baru saja mendapatkan telepon dari Pak Habib mengenai reschedule jadwal meeting dengan klien. Senyum yang terurai di wajah tampan itu hilang ketika mendengar nama ibunya disebut.“Mommy?” gumamnya dengan kening berkerut.Farzan memilih menguping pembicaraan ketiga orang yang ada di dalam ruang perawatan VIP tersebut. Semakin lama ia berdiri di sana, amarah yang dirasakan semakin memuncak. Dia tidak menyangka sang Ibu bisa melakukan tindakan rendah seperti itu, hanya demi seonggok harta.“Tolong rahasiakan ini dari Farzan ya? Dia pasti marah banget kalau tahu Ayu yang celakai Mas Brandon.” Terdengar suara Arini memohon kepada Nadzifa. “Farzan it

  • Mencintai Istri Kakakku   Kejadian yang Sebenarnya

    “Mas Brandon benar, Kak. Ada yang ingin menyingkirkan Mas Brandon.” Nadzifa menarik napas panjang, sebelum melanjutkan perkataannya. “Orang itu adalah Tante Ayu.”Mata cokelat besar Arini melebar seketika. Bibirnya ternganga ketika mendengar nama Ayu disebut. Kepalanya langsung menggeleng cepat.“Nggak mungkin itu ulah Ayu. Dia ‘kan lagi di Uluwatu.” Arini tidak percaya begitu saja meski yang mengatakannya Nadzifa.“Ayu tinggal di Jakarta tiga bulan ini, In. Kita udah dibohongi mentah-mentah sama dia,” ujar Brandon meyakinkan.Pandangan Arini berpindah kepada suaminya. “Bran, kita yang carikan rumah buat dia di Uluwatu biar nggak ngerecokin Papa. Nggak mungkin dia ke sini.”Brandon meraih tangan Arini, lalu menggenggamnya erat. “Faktanya gitu, In. Dia ada di Jakarta.”Arini mendesah keras dengan napas terasa sesak. Dia ingat pernah mencarikan apartemen untuk Ayu di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status