Share

Berita Mengejutkan

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 13:13:17

Utami baru saja turun dari kamarnya yang berada di lantai dua. Dia bermaksud pergi ke butik lalu beraktivitas seperti biasa. Suasana rumah sangat sepi kala gadis itu melintasi bagian demi bagian. Rumah itu memang selalu sepi. Selain dirinya adalah anak tunggal, kedua orang tuanya juga sibuk mengurusi pekerjaan masing-masing. Papinya dengan perusahaan yang beranak pinak. Sedangkan maminya dengan usaha franchise makanan yang semakin berkembang dengan pesat.

“Iya, Feb, aku masih di rumah, kamu cek stok dulu, nanti kita bicarain.” Utami menjepit ponsel di antara telinga dan pundaknya sembari terus melangkahkan kaki.

“Tami! Nggak sarapan dulu?”

Utami memandang ke sumber suara. Ternyata maminya ada di ruang makan. Dia yang barusan memanggil Utami.

Bukan hanya maminya, namun papinya juga ada di sana. Utami yang tadinya berniat untuk sarapan di butik mengurungkan niat tersebut lalu membelokkan langkah menuju meja makan.

“Aku pikir Mami masih di Bandung. Kapan nyampe, Mi?” Utami tanyakan sembari menarik kursi lantas menempatkan diri di sana.

“Kemarin malam, mungkin kamu udah tidur.”

Utami mengangguk lalu menyuap oatmeal dengan topping buah kering yang disuguhkan padanya.

Kamu mau ke mana, Ta?" Kali ini Mahawira yang bertanya.

"Ke butik, Pi."

"Gimana butik? Lancar?"

"Lancar, Pi. Aku sering out of stock sekarang." Utami tersenyum menceritakannya. Baju-baju yang dijual di butiknya selalu diburu dan ludes dalam waktu yang singkat. Selain pakaian yang dia jual sangat modis dan berkualitas bagus, Utami sangat ramah. Gadis itu tahu betul bagaimana caranya menonjolkan image princess dalam dirinya.

"Papi ikut senang. Semoga usaha kamu makin sukses."

"Makasih ya, Pi. Usahaku berjalan dengan lancar adalah berkat doa Papi juga."

Mahawira mengangguk-angguk. "Kalau kabar Joandra gimana?"

Mahawira dan istrinya serentak memandang ke arah putri mereka.

"Jo kayak biasanya sih, Pi."

"Memangnya sampai kapan dia mau jadi berandalan?"

Utami menatap papinya lekat. Dia tidak senang mendengar istilah yang disebut barusan disematkan pada kekasihnya.

"Maksud Papi berandalan apa ya?"

"Gimana nggak berandalan? Demo sana demo sini dan selalu saja bikin huru-hara. Memangnya dia dapat apa dari itu semua?"

Ini bukanlah untuk pertama kali orang tuanya protes. Dan Utami selalu menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari pekerjaan Joandra.

"Bukan huru-hara, Pi. Itu kan bagian dari pekerjaannya Jo," kata Utami membela pria yang dicintainya.

Bibir Mahawira melengkung miring. "Di mana-mana yang namanya orang bekerja selalu mendapat uang. Tapi coba lihat dia. Apa yang didapatkannya? Mau sampai kapan memangnya dia buang-buang waktu dan energi kayak gitu?"

"Iya lho, Ta, Mami setuju dengan papimu. Lebih baik Joandra menerima tawaran Papi. Dia nggak usah khawatir. Papi pasti akan membayar dia setinggi mungkin. Tinggal sebut dia mau berapa." Maudy, perempuan berambut pendek itu yang merupakan maminya Utami ikut berpendapat.

"Aku sudah bilang begitu, Mi, Pi, tapi Jo yang nggak mau."

"Alasannya apa?"

"Joandra sungkan kerja sama Papi, soalnya Papi kan orang tua aku."

"Aneh pacarmu itu, Ta," kecam Maudy. "Semestinya dia senang dan merasa beruntung punya calon mertua seperti papimu," omel wanita itu lagi yang tidak terima alasan yang dikemukakan putrinya.

Utami tidak menjawab. Di saat yang sama ponsel Mahawira berbunyi. Pria itu mengambil benda tersebut yang terletak di atas meja tepat di samping piringnya.

Kemudian wajahnya yang tadi tampak santai berubah menjadi serius. Lelaki itu tampak tegang. Utami pikir itu pasti dari Jati, tangan kanan sang papi yang melaporkan entah apa.

Mahawira mengembalikan ponsel ke meja dengan sedikit hentakan yang mengundang perhatian putri dan istrinya.

"Ada apa, Pi? Siapa yang menelepon?" tanya Maudy. Perempuan itu khawatir menyaksikan wajah suaminya yang mengeras.

Mahawira mengembuskan napas dengan kasar sebelum memberi tahu. "Dari Jati."

"Jati bilang apa? Kenapa Papi tegang begitu? Ada masalah?"

"Ada yang melaporkan perusahaan kita, Mi."

"Kurang ajar. Siapa sih orang sirik itu? Kompetitor? Kalah saing ya kalah saing. Semestinya mereka bisa menerima dengan lapang dada." Maudy menggerutu panjang. Kesal pada orang yang tidak bertanggung jawab yang iri pada mereka.

"Bukan kompetitor," bantah suaminya.

"Lalu siapa?"

Mahawira memandang pada sang putri yang seperti tidak ambil pusing pada apa pun yang bukan menjadi urusannya.

"Joandra," sebut pria itu kemudian.

Bersambung~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 64

    "Baju yang ini gimana, Sayang?"Utami memiringkan kepalanya, memindai sosok Joandra yang saat ini mengenakan kemeja slim fit dan jeans.Perempuan itu lantas menggeleng. "Terlalu kasual, kurang cocok buat ketemu Mami.""Jadi pake yang mana lagi, Sayang?" erang Joandra frustrasi. Baru kali ini Utami sedemikian concern pada penampilannya. Biasanya mana pernah Utami mengatur. Perempuan itu tidak pernah protes Joandra mau pakai baju apa saja.Sudah berkali-kali Joandra gonta-ganti baju. Tapi tidak ada satu pun yang sesuai di mata Utami. Ada saja kurangnya. Yang terlalu kasual lah, terlalu formal lah, atau tidak terkesan berwibawa.Duduk di pinggir ranjang, Joandra memerhatikan sang kekasih yang sibuk membongkar pakaian di lemari."Jo, coba deh yang ini. Aku rasa yang ini udah pas." Utami memutar tubuh, menunjukkan sebuah baju kaos berwarna broken white, celana chino berwarna khaki, serta sebuah jas semi formal.Joandra tidak langsung memakainya. Dipandanginya sang kekasih hati."Kok nggak

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 63

    Utami memeluk pinggang Joandra begitu erat selama perjalanan ke rumah laki-laki itu. Malam ini keduanya begitu bahagia."Udah lama banget ya, Jo, kita nggak motoran kayak gini," ujar Utami menempelkan dagunya di atas bahu Joandra."Iya, Sayang." Joandra mengiakan. Dilepaskannya tangan kiri dari stang motor lalu meletakkan di paha Utami. Joandra tidak ingin kehilangan perempuan itu lagi. Sudah cukup deritanya.Dulu saat mereka masih berpacaran Utami lebih suka Joandra membawanya dengan motor ketimbang mobil karena dengan begitu Utami bisa memeluk Joandra dari belakang. Ia juga bisa menyandarkan kepalanya ke punggung laki-laki itu.Sekarang Utami tidak perlu khawatir lagi. Mereka bisa mengulang momen-momen indah itu tanpa batas waktu karena mereka akan bersama selamanya.Setibanya di rumah, mereka menemukan wajah terkejut Ike ketika membuka pintu. Namun segera saja ekspresi perempuan itu berganti dengan binar ceria."Ma, aku mau menepati janjiku. Aku bawa yang terbaik untuk Mama," ucap

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 62

    Utami tidak tahu dosa sebesar apa yang telah dilakukannya sehingga takdir begitu tega menjungkirbalikkan hidupnya. Seolah semua yang telah dialaminya masih belum cukup, ia masih diuji dengan satu lagi realita pahit. Hari itu juga Utami harus melahirkan anaknya. Bukan hanya menanggung luka batin, Utami juga harus merasakan bagaimana sakitnya diinduksi. Utami terlalu sakit dengan semua itu. Lalu kini ia harus menyaksikan pemakaman anaknya. Menyakitkan ketika ia harus bertemu dengan anaknya di dunia dalam keadaan tidak bernyawa. Sepasang mata Utami mengembun. Rasanya baru beberapa jam lalu dirinya berjuang menahan sakit untuk mengeluarkan anak itu dari rahimnya. Ia pikir tidak ada hal lain yang menyakitkan melebihi diinduksi. Nyatanya ia salah, karena menyaksikan dengan matanya sendiri tubuh mungil itu dikebumikan jauh lebih menyakitkan. Maudy, Magdalena dan kerabat mereka yang lain yang menghadiri pemakaman tersebut tampak bersedih. Orang tua Daniel hampir sama terpukulnya dengan U

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 61

    Joandra memeriksa ponselnya sekali lagi, memastikan tidak ada pesan dari Utami. Tadi perempuan itu mengatakan sudah di berada di dalam taksi. Sedangkan Joandra sendiri sudah stand by sejak hampir setengah jam yang lalu. Ia membuktikan janjinya benar-benar akan datang untuk makan siang bersama. Joandra tidak ingin membuat Utami menunggu. Apalagi setelah mendengar betapa khawatirnya perempuan itu saat kemarin Joandra menelepon.Menyesap minumannya, Joandra meluruskan pandangan, memerhatikan beberapa orang yang sedang berdendang di depan sana. Restoran tersebut memang menyediakan live music pada hari-hari tertentu.Di pintu masuk restoran Utami berdiri. Matanya mengelana mencari sosok lelaki yang berjanji dengannya. Utami khawatir laki-laki itu tidak datang. Namun ketika matanya menemukan sosok seseorang mengenakan kemeja putih lengan panjang yang lengannya digulung sesiku, Utami mengembuskan napas lega. Joandra sudah datang dan terlihat sedang fokus menikmati permainan musik yang dibawa

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 60

    Bagi Utami mendapat kesempatan berduaan dengan Joandra seperti saat ini adalah hal yang selalu diimpi-impikannya sejak lama--ketika dulu ia belum menikah dengan Daniel. Karena setelah menjadi istri pria itu Utami mencoba untuk mengenyahkan Joandra dari hati, pikiran dan apa pun.Siapa yang akan menduga jika setelah tahun demi tahun terlewati Utami bukan hanya sekadar bertemu dengan Joandra, tetapi juga memiliki kesempatan untuk duduk berdua seperti saat ini. Meskipun situasinya terasa canggung.Tidak ada seorang pun yang berinisiatif membuka pembicaraan. Utami tidak tahu harus membicarakan apa. Begitu pun dengan Joandra yang bingung harus memulai semuanya dari mana. Tapi saat kemudian teringat belum tahu alamat pasti tujuan mereka Joandra terpaksa bertanya."Ta, ini kita ke dokter yang di mana?"Utami menyebutkan dengan jelas nama sang obgyn serta alamat lengkapnya yang menjadi pembuka obrolan-obrolan mereka selanjutnya."Ke sana biasanya sekali berapa, Ta?""Normalnya sih sekali sebu

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 59

    Suasana pemakaman Daniel di San Diego Hills diwarnai oleh tangis dan air mata dari keluarga yang ditinggalkan.Magdalena pingsan berkali-kali. Kenyataan yang mereka hadapi begitu berat untuk mereka terima.Tidak seorang pun menyangka bahwa Daniel akan meninggal di usia yang masih sangat muda dengan cara yang teramat dramatis. Lebih menyedihkannya lagi adalah karena pria itu meninggalkan seorang istri yang tidak ia ketahui sedang mengandung anaknya.Para pelayat datang dari berbagai kalangan. Mulai dari keluarga kedua belah pihak, para kolega, teman, sahabat, tetangga, hingga sekadar kenalan.Satu di antara banyak pelayat tersebut adalah Joandra.Joandra datang bersama teman-teman advokat serta alumni Fakultas Hukum dulu.Dari tempatnya saat ini Joandra menyaksikan Utami. Perempuan itu tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Meski demikian Utami adalah yang paling tegar di antara lainnya meski saat ini keadaannyalah yang paling menyedihkan--ditinggalkan suami saat sedang mengandung. Na

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status