Share

Tidak Mungkin

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 13:22:46

Dengan refleks Utami mengangkat kepala mendengar nama kekasihnya disebut.

“Apa, Pi? Joandra?”

“Apa ucapan Papi kurang jelas? Pacar kamu itu melaporkan perusahaan kita. Dia ingin menghancurkan Papi!” beritahu papinya menggebu-gebu.

“Nggak mungkin Jo mau menghancurkan Papi. Itu sangat nggak masuk akal,” bantah Utami menyangkal. Dia yakin sekali jika kekasihnya tidak akan melakukan hal konyol tersebut.

“Kenapa tidak mungkin? Nyatanya itu terjadi. Dia menuntut perasaan kita agar nama Papi tercoreng, reputasi Papi rusak. Lalu setelahnya apa? Dia tertawa melihat Papi hancur!”

Utami menggeleng-gelengkan kepala, tidak sependapat dengan pikiran sang ayah.

“Aku nggak yakin kalau itu Jo, Pi. Apa untungnya Jo melaporkan Papi? Jo masih waras. Dia nggak akan mungkin melakukan hal konyol begitu.” Utami terus bersikukuh mempertahankan pendapatnya. Utami sadar betul dan tahu kekasihnya itu sampai ke akar-akar. Namun, Joandra tidak mungkin berlawanan dengan orang tuanya kan? Joandra tidak akan senekat itu.

Mahawira mengembuskan napasnya kasar kemudian berkata, “Kalau dia masih waras dia tidak mungkin melakukannya, Tami. Itu tandanya dia sudah kehilangan akal sehat.”

“Benar-benar kurang ajar kalau itu memang dia. Memangnya dia pikir kita ini orang lain? Dia pacaran sama anak kita tapi malah menjerumuskan kita.” Maudy yang sejak tadi tidak mengatakan apa-apa lantaran terlalu shock tidak tahan untuk tidak mengomel.

Utami memijit pelipisnya. Terlalu sulit untuk memercayai semua ini. Anggap papinya tidak salah orang. Memang Joandra kekasihnyalah yang disebut papinya. Namun, tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api.

“Pi, aku tahu siapa Joandra. Dia nggak mungkin melaporkan Papi begitu saja tanpa ada alasan yang jelas. Sekarang jujur, Pi, kesalahan apa yang sudah Papi lakukan sehingga Joandra melaporkan Papi?”

“Papi tidak melakukan kesalahan apa pun.” Mahawira mengembangkan kedua tangannya ke udara.

“Nggak mungkin,” jawab Utami tidak percaya. “Papi melalui perusahaan Papi pasti melakukan pelanggaran sehingga Jo melaporkannya.”

“Harus berapa kali Papi katakan? Papi atas nama perusahaan atau nama pribadi tidak pernah melakukan kesalahan atau pelanggaran yang kamu sebut-sebut itu. Coba kamu lihat sudah berapa banyak perusahaan kita, tapi sejak dulu semua lancar-lancar saja, tidak pernah ada masalah,” terang Mahawira membela diri. Pria itu merasa dirinya benar dan merasa tidak pernah melakukan hal-hal terlarang.

“Kamu jangan keras kepala, Tami. Mami tahu kamu sangat mencintai Joandra. Tapi tolong dalam hal ini kamu harus bisa objektif, pakai pikiran kamu.”

Utami menghempaskan napasnya kemudian berdiri dari kursi. Dengan perasaan galau gadis itu melangkah meninggalkan rumah. Yang dia inginkan saat ini hanya satu, yaitu bertemu dengan Joandra kemudian meminta penjelasan pada kekasihnya itu.

Setiba di mobil Utami mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Dihubunginya Joandra. Namun panggilannya tidak dijawab.

Utami mengulang sekali lagi. Dan hasilnya sama saja. Joandra tidak merespon panggilan darinya. Utami tidak tahu apa ini adalah bentuk kesengajaan.

‘Ke mana sih kamu, Jo? Giliran aku butuh kamu malah nggak ada,’ geram Utami.

Mengembalikan ponselnya ke dalam tas, Utami melajukan mobilnya. Dia tahu harus mencari lelaki yang dicintainya itu ke mana.

**

Laporan Joandra yang mewakili para mantan karyawan PT. Cipta Dinamika sudah masuk dan mulai diproses. Pihak berwenang sudah mengajukan pemanggilan atas laporan tersebut pada pemilik perusahaan yang baru. Informasi tersebut diterima Joandra hari ini.

“Bang, ternyata Mahawira Group dari dulu emang suka bikin masalah. Dulu mereka juga terlibat sengketa lahan. Terus pabrik mereka yang di Cikarang ada izin yang belum diperpanjang tapi tetap melakukan kegiatan operasional.” Panji melaporkan sejumlah data hasil penelusurannya pada Joandra. Saat ini PT. Cipta Dinamika yang menghadapi tuntutan dari para mantan karyawan tersebut sudah menjadi bagian dari Mahawira Group.

Joandra menekuri berkas yang diberikan Panji. Dia memang pernah mendengar selentingan kabar mengenai perusahaan orang tua kekasihnya. Namun Joandra tidak ingin ikut campur karena tidak ada hubungan dengannya. Tapi kali ini berbeda. Dia yang menangani dan dipercaya menyelesaikan masalah para mantan karyawan PT. Cipta Dinamika yang diberhentikan tanpa mendapatkan keadilan.

“Bang, gue pikir usaha kita bakal sia-sia, jadi mending lo pikirin lagi. Dari dulu Mahawira Group selalu berhasil keluar dari jerat hukum. Mereka punya backingan nggak terkalahkan.”

Suara pesimis Panji berhasil membuat Joandra memalingkan wajah dari kertasnya lantas menatap laki-laki itu.

“Maksud lo mau mundur?”

“Bener, Bang. Awalnya gue nggak tahu kalo Cipta Dinamika berada di bawah Mahawira Group. Dan rasanya usaha kita bakalan percuma. Mereka ibarat matahari. Jangan coba-coba menantang matahari. Lo nggak akan sanggup, atau mata lo bakalan sakit.”

Joandra meremas kertas di tangannya. Dari dulu dia benci orang kaya karena mereka bisa melakukan apa saja. Namun, mirisnya Joandra malah memacari anak orang kaya.

“Lo jangan takut, Ji, mereka mungkin punya duit dan kekuasaan, tapi nggak selamanya mereka akan menang. Ada saatnya kebenaran akan menemukan jalannya. Yang penting kita harus tetap semangat dan pantang mundur.”

Joandra begitu optimis, begitu kontras dengan Panji yang terlihat lesu. Lelaki itu tidak yakin mereka akan menang mengingat dengan siapa mereka berhadapan. Dan Panji tahu persis bahwa Joandra, seniornya itu adalah orang yang berprinsip dan tidak akan bisa dibeli dengan uang meski nyawa sekalipun taruhannya. Dia hanya bisa berharap untuk kali ini saja seniornya itu memikirkannya. Bahwa kali ini jalan mereka tidak mudah. Ada banyak rintangan yang akan mereka hadapi ke depannya.

"Bang, cewek lo datang." Panji berujar pelan saat melihat sesosok pemilik tubuh semampai melangkah ke arah mereka.

Bersambung~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 9

    Tiga pasang mata yang lain serentak memandang ke arah pintu menyaksikan aksi Utami. Di saat itulah Joandra menyadari bahwa kedatangannya tidak tepat waktu.“Aku mengganggu?” tanya Joandra setelah Utami berdiri tepat di hadapannya.Kekasihnya itu menggelengkan kepala.“Tadi dua kali aku cari kamu ke butik tapi kata Febi kamu nggak masuk, katanya kamu sakit kepala. Makanya aku ke sini. Masih sakit kepala?”“Udah agak mendingan,” jawab Utami. Dia berbohong karena nyatanya kepalanya bertambah sakit saat ini setelah mengetahui rencana papinya.“Tami, kenapa Joandra nggak disuruh masuk?” Terdengar suara Maudy menyela obrolan mereka.Utami terdiam dan hanya bisa memandangi wajah Joandra. Utami tidak ingin Joandra masuk lalu duduk bersama orang tuanya. Dia tidak ingin Joandra mendapat sikap kasar dari orang tuanya. Dia tidak mau Joandra tersinggung.Tidak mendapat respon dari Utami, Maudy langsung berdiri lalu menghampiri keduanya yang masih berdiri di sisi pintu.“Jo, ayo masuk, kenapa berdi

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 8

    Utami terbangun dan mendapati hari sudah gelap. Entah berapa lama dirinya tertidur.Tadi siang setelah menangis sepuasnya karena kesal, Utami ketiduran. Sambil menggeliatkan badan dijangkaunya ponsel di nakas. Tadi Utami sengaja mematikannya agar Joandra tidak bisa menghubungi.Apa yang dilakukan Joandra saat ini? Apa lelaki itu tidak merasa bersalah lalu mencoba menghubungi Utami?Ragu sejenak, Utami memutuskan untuk membiarkan ponselnya tetap mati. Kalau Joandra merasa bersalah dia pasti akan mencari Utami ke mana pun.Setelah mandi Utami turun ke lantai utama. Perutnya keroncongan. Dia ingin makan sekarang."Papi mana, Bi?" tanyanya pada pembantu yang sudah bertahun-tahun mengabdi di rumah itu."Ada di ruang tamu, Non. Sama Ibu juga.""Lagi ada tamu?""Betul, Non. Tadi tidak sengaja Bibi lihat saat mengantar minum. Orangnya cakep, masih muda. Sebelas dua belas sama pacarnya Non." Sang ART bertutur dengan muka penuh binar."Siapa dia, Bi?" tanya Utami penasaran."Bibi juga tidak tah

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 7

    Utami menahan air matanya agar tidak tumpah. Jalan raya di hadapannya tampak buram. Bulir-bulir bening berdesakan di pelupuknya dan siap jatuh kapan saja. Menyakitkan mengetahui Joandra lebih memilih pekerjaan dan prinsip yang dipertahankan sampai mati ketimbang Utami yang jelas-jelas adalah wanita yang dicintainya. Utami merasa kalah. Ia pikir selama ini dirinya adalah prioritas bagi Joandra. Tapi apa buktinya?Tadi saat Utami bergegas meninggalkan Joandra, laki-laki itu memang mengejarnya sambil memanggil namanya. Namun Utami yang terlanjur kecewa menggas mobilnya sekencang mungkin meninggalkan kantor Joandra. Kantor yang tidak layak disebut sebagai kantor. Tempat tersebut lebih cocok disebut sebagai gudang, ruangan tua tidak berguna atau apa pun yang menyimbolkan bahwa tempat tersebut sangat tidak tepat dijadikan sebagai tempat beraktivitas. Kecil, sempit dan pengap. Beberapa bagian dindingnya bahkan sudah terkelupas.Utami tidak mengerti pada kekasihnya itu. Di saat dia bisa menda

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 6

    Dengan cepat Joandra memandang ke arah pintu. Bibirnya melengkung memberi senyum. Ditinggalkannya tempat duduk lantas berjalan menyongsong kekasihnya itu."Kok nggak bilang kalau mau ke sini?" Joandra mengecup pipi Utami dengan perasaan sayang. Iya, Joandra memang sesayang itu pada Utami. Hanya Utami yang bertahan lama di hatinya. Bukan karena siapa dan apa yang dimiliki gadis itu. Tapi karena Joandra mencintainya dengan tulus.Namun kali ini reaksi yang didapatkannya tidak seperti biasa. Tidak ada senyum ceria atau kecupan balasan."Gimana mau bilang, dari tadi aku telfon kamu tapi nggak direspon."Joandra spontan meraba saku celananya dengan kedua tangan namun tidak merasakan ada ponselnya di dalam sana. Lelaki itu lantas berjalan menuju meja lalu mencari ponsel di dalam ransel. Benda itu ditemukan dalam keadaan silent. Ada banyak panggilan tak terjawab dari Utami."Sorry, Ta, sorry, ternyata tadi hpku silent." Joandra mengangkat benda tersebut lantas menunjukkan pada Utami.Utami m

  • Mencintai Musuh Ayahku   Tidak Mungkin

    Dengan refleks Utami mengangkat kepala mendengar nama kekasihnya disebut. “Apa, Pi? Joandra?” “Apa ucapan Papi kurang jelas? Pacar kamu itu melaporkan perusahaan kita. Dia ingin menghancurkan Papi!” beritahu papinya menggebu-gebu. “Nggak mungkin Jo mau menghancurkan Papi. Itu sangat nggak masuk akal,” bantah Utami menyangkal. Dia yakin sekali jika kekasihnya tidak akan melakukan hal konyol tersebut. “Kenapa tidak mungkin? Nyatanya itu terjadi. Dia menuntut perasaan kita agar nama Papi tercoreng, reputasi Papi rusak. Lalu setelahnya apa? Dia tertawa melihat Papi hancur!” Utami menggeleng-gelengkan kepala, tidak sependapat dengan pikiran sang ayah. “Aku nggak yakin kalau itu Jo, Pi. Apa untungnya Jo melaporkan Papi? Jo masih waras. Dia nggak akan mungkin melakukan hal konyol begitu.” Utami terus bersikukuh mempertahankan pendapatnya. Utami sadar betul dan tahu kekasihnya itu sampai ke akar-akar. Namun, Joandra tidak mungkin berlawanan dengan orang tuanya kan? Joandra tidak akan sen

  • Mencintai Musuh Ayahku   Berita Mengejutkan

    Utami baru saja turun dari kamarnya yang berada di lantai dua. Dia bermaksud pergi ke butik lalu beraktivitas seperti biasa. Suasana rumah sangat sepi kala gadis itu melintasi bagian demi bagian. Rumah itu memang selalu sepi. Selain dirinya adalah anak tunggal, kedua orang tuanya juga sibuk mengurusi pekerjaan masing-masing. Papinya dengan perusahaan yang beranak pinak. Sedangkan maminya dengan usaha franchise makanan yang semakin berkembang dengan pesat.“Iya, Feb, aku masih di rumah, kamu cek stok dulu, nanti kita bicarain.” Utami menjepit ponsel di antara telinga dan pundaknya sembari terus melangkahkan kaki.“Tami! Nggak sarapan dulu?”Utami memandang ke sumber suara. Ternyata maminya ada di ruang makan. Dia yang barusan memanggil Utami.Bukan hanya maminya, namun papinya juga ada di sana. Utami yang tadinya berniat untuk sarapan di butik mengurungkan niat tersebut lalu membelokkan langkah menuju meja makan.“Aku pikir Mami masih di Bandung. Kapan nyampe, Mi?” Utami tanyakan semba

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bercinta

    Aromaterapi yang bersumber dari diffuser menyeruak ke udara ketika Joandra membuka pintu rumah. Bukan dirinya, tetapi sang kekasih cantiknyalah yang menyediakan. Joandra hanya tinggal menggunakan apa pun yang Utami sediakan.Utami geleng-geleng kepala ketika masuk ke kamar dan menemukan tempat tidur dalam keadaan berantakan. Utami mendekat lalu mulai membersihkannya.“Sorry, Ta, tadi pagi aku nggak sempat beresin,” ucap Joandra sembari membuka jaket lalu menggantungnya di belakang pintu. Setelahnya laki-laki itu mendekat. Dipeluknya sang kekasih dari belakang. “Percuma kamu beresin, kan mau diberantakin lagi,” bisiknya seduktif di telinga Utami.Gadis itu menggerakkan kepalanya, mencoba memandang Joandra yang saat ini memeluknya dari belakang. Lelaki itu menyambut dengan satu kecupan lembut di bibir Utami.Utami membalikkan badan lalu membalasnya. Berciuman dengan Joandra tidak akan pernah membuatnya bosan.“Dingin nih, Sayang …,” bisik Joandra di sela-sela ciuman mereka.“Aku juga,”

  • Mencintai Musuh Ayahku   Wanita Penghangat Ranjang

    Tidak satu kali pun melintas di benak Joandra bahwa orang yang akan ditemuinya adalah Mahawira, calon mertuanya sendiri. Mana dia tahu kalau Mahawiralah yang membeli perusahaan tersebut. Namun bukan berarti membuat niatnya jadi surut. Sembari menepis keterkejutannya Joandra mengayunkan kaki mendekati pria itu. Dia duduk di kursi yang telah disediakan untuknya."Sore, Om, saya nggak tahu kalau Om yang membeli perusahaan ini." Itu kalimat pertama yang Joandra sampaikan setelah mendarat dengan sempurna di kursi."Tidak apa-apa." Mahawira tersenyum. "Mau minum apa, Jo?" sambung lelaki itu bersikap seakan sedang menyambut kekasih anaknya di rumah.Kedatangan Joandra jelas bukan untuk bertamu. Dia mewakili banyak suara yang menginginkan hak mereka."Maaf, Om, saya ingin membicarakan mengenai tuntutan para mantan karyawan. Mereka meminta agar uang pesangon dibayarkan. Dalam hal ini saya mewakili mereka untuk bicara," ucap Joandra sopan menuturkan maksudnya.Mahawira mengangguk-angguk yang me

  • Mencintai Musuh Ayahku   Kamu Adalah Buah Terlarang

    Tubuh bergelimang peluh itu saling melepas setelah tadi sama-sama memagut. Selanjutnya yang terdengar adalah desah napas yang terengah-engah bersama sensasi luar biasa yang mengantar ke surga dunia.“Capek?”“Sedikit,” pelan suara Utami saat Joandra bertanya sekaligus mengecup dahinya.Joandra tersenyum kemudian merengkuh wanita yang beberapa tahun ini dipacarinya agar berbaring di atas lengannya. Sementara tangannya yang lain menjangkau buku favoritnya—Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie—yang tergeletak di atas nakas. Buku itu sudah lusuh. Beberapa halamannya juga menguning. Terdapat beberapa lipatan di beberapa lembar untuk menandakan poin-poin penting. Sembari mendekap Utami, Joandra membuka halaman terakhir yang dibacanya lalu meneruskan bacaannya.Utami hanya bisa memandang dalam diam tingkah kekasihnya. Entah sudah berapa puluh kali Joandra menamatkan buku tersebut, tapi lelaki itu tidak pernah bosan. Setelah membaca keseluruhan isi buku itu sampai selesai maka Joandra

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status