Share

Mendadak Digerebek
Mendadak Digerebek
Penulis: Shofie Widdianto

Mendadak Digerebek

“Kalian keluar sekarang juga!”

Terdengar riuh suara teriakan dari beberapa orang serta menggedor-gedor pintu mobil. Seorang laki-laki dengan baju yang terbuka bagian dadanya perlahan membuka mata. Dia beristighfar kala melihat di sampingnya ada seorang wanita cantik memakai baju yang robek beberapa bagian hingga terlihat jelas beberapa belahan tubuhnya. Wanita itu juga ikut terbangun mendengar keributan ini. Sepersekian detik, mereka saling bertatapan kemudian berteriak kencang dan sama-sama menutup bagian tubuhnya yang terbuka.

“Apa yang kamu lakukan di mobilku?” tanya wanita itu. Dia menutupi bagian tubuh atasnya dengan menyilangkan kedua tangan di dada.

“Aku yang seharusnya bertanya. Kenapa aku bisa di sini? Kamu pasti sedang menculikku,” balas lelaki itu sambil mengancingkan baju kokonya. Dia pun tidak kalah panik berada satu mobil dengan wanita yang tidak dia kenal.

“Enak saja! Bahkan kamu yang duduk di bagian kemudi.” Gadis itu menunjuk ke arah setir yang ada di depan pemuda itu.

Lelaki itu semakin terkejut melihat dirinya berada di depan kemudi. Bahkan dia tidak bisa mengemudikan mobil. Seumur-umur dia belum pernah mengendarai mobil. Bagaimana bisa dia ada di dalam mobil?

“Woi! Buka pintunya. Kalian pasti sedang melakukan perbuatan asusila sampai mobilnya bergoyang-goyang.”

Mobil yang mereka tumpangi kacanya gelap. Warga tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di dalam dengan jelas. Mereka hanya menduga-duga karena mobil itu sudah ada sejak subuh dan tidak jauh dari sebuah makam di desa itu. Tempat yang sepi dan sangat cocok untuk melakukan tindak kejahatan.

Zaman sekarang ini banyak sekali orang melakukan tindakan asusila tanpa melihat tempat. Yang penting bisa melakukannya tanpa diketahui orang. Apalagi anak-anak muda zaman sekarang yang tidak memiliki uang. Mereka butuh uang banyak jika melakukannya di hotel. Bukankah di tempat sepi seperti ini cukup menarik bagi mereka?

“Buka mobilnya! Aku harus pulang. Burungku bisa mati jika aku terlambat memberikan makan.” Laki-laki itu merapikan bajunya dan meminta kepada si pemilik mobil untuk membukakan pintu.

“Buka sendiri!” jawab wanita di sampingnya sambil tertunduk pilu hingga membuat laki-laki itu sedikit iba.

“Mana bisa? Aku nggak pernah punya mobil!”

“Dasar udik!” Dengan kesal gadis itu menekan sebuah tombol hingga pintu mobilnya terbuka.

Tanpa merasa bersalah laki-laki itu keluar dari mobil dengan santainya. Dia harus segera pulang karena peliharaannya sudah menanti di rumah. Dia memiliki peternakan burung yang baginya cukup lumayan untuk membantu perekonomian keluarga sehari-hari. Namun, baru beberapa langkah, dia dihadang oleh warga.

“Owalah, ternyata kamu, Syams. Sama siapa kamu di mobil orang?” tanya Pak Sukir. Dia adalah ketua RT di desa Telaga.

Belum sempat Syams menjawab, seorang wanita dengan baju yang tidak layak pakai, turun dari mobil. Dia terisak dan memeluk tubuhnya sendiri. Bahunya berguncang-guncang dan rambutnya sangat berantakan. “Tolong saya, dia sudah melecehkan saya.”

“Astaghfirullah, Syams. Kamu malu-maluin desa ini. Kamu harus tanggung jawab, Syams.”

“Sungguh, aku tidak tahu apa-apa, Pakde. Aku dijebak,” ujar Syams.

Mendadak lutut Syams lemas. Dia difitnah sudah melecehkan perempuan. padahal dia adalah korban di sini.

“Pakde akan panggilkan Painem supaya dia tahu kelakuan anaknya. Kamu sudah bikin malu keluarga, Syams. Bapakmu pasti kecewa mengetahui anak semata wayangnya telah berzina.”

“Demi Allah ini fitnah, Pakde. Aku tidak melakukan apa-apa. Tadi pagi aku hendak salat jamaah ke masjid, tetapi aku tidak tahu bagaimana bisa tiba-tiba ada di dalam mobil bersama seorang wanita.”

Syams melihat ke arah gadis itu. Dia meminta supaya membantu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi wanita itu menggeleng. Dia menangis tergugu hingga membuat beberapa warga kasihan dan prihatin. Ibu-ibu yang ada di sana mencoba menenangkan gadis itu.

“Kamu harus bertanggung jawab, Syams!” ujar Pak RT.

“Aku tidak akan bertanggung jawab untuk kesalahan yang tidak aku perbuat!” Syams masih bersikukuh tidak melakukan apa yang warga tuduhkan, tetapi semua bukti mengarah kepadanya.

“Lihatlah, banyak cupang di leher gadis itu. Siapa lagi kalau bukan kamu pelakunya?” Seorang ibu-ibu yang hendak membeli sayur juga berhenti melihat keributan itu. Mereka sebagai seorang wanita tidak membenarkan tindakan Syams.

Hendak mengelak, tiba-tiba sarung yang dikenakan Syams melorot hingga terlihat jelas kolor ijo yang dipakainya. Dia merutuki kebodohan dirinya sendiri, bahkan semesta seolah mendukung kejadian ini. "Siyal!"

Akhirnya mereka diarak ke rumah Pak RT. Gadis itu masih menangis dengan dress selutut yang robek beberapa bagian. Lengan satunya sudah hilang hingga memperlihatkan bahunya yang putih. Istri Pak RT memberikan jarit untuk menutupi tubuhnya.

"Pakai ini, Nduk!" ucap Bu Rita.

"Makasih, Bu!"

“Pak, aku tidak melakukannya. Dia memfitnahku.” Syams menunjuk ke arah gadis yang belum diketahui namanya itu setelah mereka duduk dan tenang.

Gadis itu sepertinya masih trauma. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun selain isakan. Bu Rita, istri Pak RT sedari tadi mencoba menenangkannya. “Tenang, Nduk. Syams pasti akan bertanggung jawab.”

Syams sendiri mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia harus segera pulang memberi makan binatang peliharaannya. Mereka pasti sudah kelaparan. Apalagi biasanya mereka diberi makan tiap Syams pulang dari masjid. Sekarang sudah hampir jam delapan. Semoga mereka masih selamat.

“Astaghrifullah, Syamsul!” Seorang wanita tua mengenakan jilbab dengan baju yang basah kuyup tiba-tiba datang dan menampar Syams.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Syamsul....siapa wanita yg bersamamu di dalam mobil? Bagaimana kau bisa bersamz dengan wanita itu di dalam mobil?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status