Share

Mendadak Jadi Istri CEO
Mendadak Jadi Istri CEO
Penulis: Queen Sunrise

Diklaim Sebagai Istri

"Ah, perutku ...."

Rosela meringis memegangi perutnya yang terasa begitu perih. Rasa letih dan lelah berjalan seharian itu benar-benar menguras energinya. Bahkan membuat kepalanya terasa seperti berputar tujuh keliling. Tapi, tetap dipaksanya untuk tetap berjalan dan entah akan kemana.

Niatnya ke ibukota untuk mencari pekerjaan, tapi berakhir kemalangan dengan tas yang berisikan dompet, ponsel dan uangnya diambil oleh pencuri. Padahal uang yang dibawanya dari kampung adalah hasil menabungnya selama satu tahun.

Kesedihan Rosela semakin bertambah, di saat perutnya bergejolak meminta untuk diisi. Ia memang belum makan apapun selama di bus sebelumnya karena tertidur pulas. Lalu sekarang bagaimana? Ia sama sekali tidak mempunyai uang untuk membeli makanan ataupun ongkos

Hampir seharian itu, Rosela mencari pekerjaan apa saja yang bisa menghasilkan uang atau bahkan bisa ditukar sekedar dengan sebungkus nasi, ia sama sekali tidak menolaknya. Tapi, ternyata tidak mudah mendapatkan mencari pekerjaan kasar sekalipun di Ibukota. Hingga terlintas di dalam pikirannya untuk mengemis sebagai jalan terakhirnya demi mencari sesuap nasi

Menit selanjutnya, Rosela menghela nafasnya panjang, segera menghapus air mata yang ada di pipinya. Ia harus segera bangkit dan mencari jalan keluarnya.

"Kamu harus kuat, Rose," ucapnya menyemangati dirinya sendiri dengan senyuman getir di wajahnya.

Dengan langkah gontai, Rosela kembali menyeret kakinya untuk tetap berjalan hingga membawanya ke jalanan yang begitu lengang.

BRUK..

Karena tidak memperhatikan langkahnya yang hendak menyebrang, Rosela malah tertabrak sebuah mobil sedan hitam yang melintas, hingga membuat gadis tersebut terjerembab di jalanan aspal.

"Ah, sakit."

Rosela merintih sembari memegangi bagian mata kakinya yang lecet dan sedikit berdarah. Ia bahkan kesulitan untuk berdiri karena rasa sakit di kakinya yang tidak tertahankan dan sepertinya terkilir.

Di saat yang sama, mobil sedan hitam itu berhenti.

Terdengar seorang pria yang duduk di kursi belakang mobil tersebut mendengus kesal, karena mobil yang ditumpanginya malah berhenti mendadak.

Pria itu adalah Vadlan Atmajaya, putra kedua dari keluarga konglomerat Atmajaya dan baru menginjak usia dua puluh delapan tahun. Ia juga seorang CEO di perusahaan industri pangan- Onefood.

"Ada apa?" tanyanya pada sopir di depan atau lebih tepatnya kepada asisten pribadinya.

"Maaf, Tuan muda. Sepertinya saya menabrak seorang wanita. Saya--"

"Cepat urus wanita itu!" sela Vadlan acuh. " Dia pasti penipu yang berpura-pura tertabrak!" perintahnya.

"Baik, Tuan Muda."

Tanpa menunggu lebih lama lagi, sang asisten pribadi tersebut turun dari mobil, lalu memeriksa wanita yang berada dalam posisi terduduk di jalanan aspal.

"Nona, anda baik-baik saja?" tanya pria tersebut.

Rosela menoleh ke arah sumber suara dengan wajah yang pucat pasi, ia sebenarnya sudah berada di ambang batasnya dan bisa saja tumbang kapan saja karena rasa letih. Tapi, dicobanya untuk tetap terjaga dan berharap orang yang menabraknya itu memberikan ganti rugi, hingga dirinya bisa mengisi perutnya yang sudah begitu perih.

Namun, pria yang ada di depan Rosela itu malah memasang wajah terkejut.

"Nona kenapa anda bisa di sini? Tuan muda mencari anda kemana-mana," kata pria tersebut dengan nada cemas.

Rosela mengerutkan keningnya, apa ia tidak salah mendengar pria itu memanggilnya dengan sebutan nona? Dan kenapa mencarinya? Lalu siapa Tuan muda yang dimaksud?

"Ma-maaf, Om ini siapa?" tanya Rosela tidak mengerti.

Asisten Vadlan itu semakin terkejut karena wanita di depannya tersebut tidak mengenali dirinya. Ia tanpa banyak bicara setengah berlari kembali ke mobil untuk melaporkan wanita yang ditabraknya itu kepada tuannya.

"Tuan muda. Anda harus melihat sendiri wanita di jalan itu. Saya yakin dia Nona muda, istri anda yang hilang," ucapnya dengan wajah semringah.

Vadlan melebarkan matanya mendengar laporan sang asisten pribadi. Ia tanpa mengatakan apapun langsung turun dari mobil dan memastikan ucapan salah satu orang kepercayaannya itu.

Begitu melihat jelas wajah Rosela dan terduduk di jalan itu, Vadlan yakin itu adalah wajah istrinya. Wanita yang dicarinya selama satu minggu terakhir, usai melarikan diri sebelum menghabiskan malam pertama mereka.

"Kemana saja kamu selama ini? Ayo, cepat pulang!"

Dengan setengah berjongkok, Vadlan menarik pergelangan tangan wanita yang dikira istrinya itu agar segera bangun dan ikut dengannya.

Sontak saja Rosela terkejut diperlakukan kasar seperti itu. Ia langsung menepis tangan pria yang tampak kurang ajar yang ada di depannya itu. Meskipun wajahnya tampan, bagaikan dipahat tanpa cela seperti hidung mancung, bibir tipis merah muda dan kedua alis tebal membingkai wajahnya yang semakin mendekati sempurna.

Namun, itu bukanlah hal yang bisa membuat Rosela bisa jatuh hati pandangan pertama pada seorang pria. Baginya sekali kurang ajar, tetap saja pria tersebut kurang ajar dan tidak termaafkan olehnya.

Rosela yang wajahnya semakin memucat itu hendak bangun. "Saya gak kenal siapa Om ini. Pasti kalian salah orang dan--"

BRUK...

Ucapan Rosela terjeda, di saat kepalanya yang semakin berat, lalu tubuhnya mendadak tumbang, tak sadarkan diri dan terjatuh tepat di tubuh Vadlan.

"Hei, bangun? Tapi, tunggu dulu. Kenapa dia tidak mengenaliku tadi?"

Vadlan bergumam tidak mengerti sambil memegangi wanita yang di pingsan dalam dekapannya. Ia heran kenapa istrinya itu tidak mengenalinya? Apa mungkin hilang ingatan atau mungkinkah sedang berpura-pura di depannya?

Untuk membuktikan bahwa itu adalah sang istri, Vadlan memeriksa bagian belakang leher wanita tersebut. Di mana ia sempat melihat ada tanda lahir di sana. Dan ternyata wanita yang bersamanya saat ini mempunyai tanda lahir yang sama persis dengan istrinya.

Hal itu membuat Vadlan semakin yakin dan tidak meragukan lagi, jika wanita tersebut memang istrinya - Salvia. Meskipun tanpa diketahui oleh Vadlan bahwa itu adalah gadis bernama Rosela dan bukanlah istrinya.

"Bawa dia ke mobil sekarang juga, Bas," perintahnya kepada sang asisten pribadi- Baswara.

"Baik, Tuan muda."

Asisten pribadi Vadlan tersebut mengambil alih Rosela yang tak sadarkan diri itu dari Vadlan, lalu membawanya ke mobil.

Sedangkan Vadlan mengikuti dari belakang, lalu duduk di kursi depan bersama asisten pribadinya itu dan membiarkan Rosela terbaring di kursi belakang.

"Jalan sekarang, bawa dia ke rumah sakit," perintah Vadlan.

"Baik, Tuan muda."

Selama perjalanan tersebut, Vadlan sempat beberapa kali menatap ke arah Rosela yang dikira adalah istrinya yang melarikan diri.

Vadlan kali ini memastikan istrinya itu tidak akan bisa melarikan diri dan tetap berada di mansion layaknya seorang tawanan.

'Kamu hanya boleh mati di tanganku, Salvia,' batinnya dengan menyorot tajam.

Di saat yang sama, Rosela yang masih terbaring itu perlahan membuka setengah kedua netranya dan mengedarkan pandangannya.

"Di-dimana aku?" cicit Rosela dengan suara lemah dan nyaris tidak terdengar oleh siapapun di dalam mobil tersebut. Selain itu matanya terasa berkabut dan belum sepenuhnya sadar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status