Rosela yang sempat membuka matanya itu, pada akhirnya kembali tak sadarkan diri karena rasa lelah, sakit dan mengantuk menjadi satu membuatnya kehabisan tenaga untuk tersadar.
Sementara di kursi depan, Vadlan tampak menghubungi seseorang yang berada di rumah sakit."Siapkan ruangan VIP. Istriku pingsan di mansion dan butuh perawatan khusus. Pastikan penjagaan ketat di luar ruangannya," titah Vadlan."Baik, Tuan muda. Akan kami siapkan."Panggilan itu pun usai, Vadlan menyimpan ponselnya kembali dan menatap lurus ke depan."Pastikan kali ini dia tidak melarikan diri, Bas!" tegasnya yang ditujukan kepada asisten pribadinya itu."Iya, Tuan muda. Saya akan tambahkan penjagaan yang lebih banyak," jawab Baswara. Pria yang sudah mengabdi secara turun menurun kepada keluarga Atmajaya dari generasi sebelumnya."Satu lagi, pastikan keluarga Salvia tidak tahu untuk sementara apapun yang terjadi dengannya. Katakan selama satu Minggu terakhir dia berada di mansion," tegas Vadlan yang kembali memberikan perintah."Baik, Tuan muda. Saya mengerti."Kendaraan roda empat itu pun melaju cepat, hingga sampai di rumah sakit swasta Atmajaya.Melalui lift khusus yang tanpa diketahui oleh orang kebanyakan, mereka disambut oleh dokter dan dua orang perawat dan untuk memindahkan istri Tuan muda tersebut ke ranjang pasien, hingga sampai ke ruangan perawatan VIP.Setelahnya dokter melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan kesehatan Rosela alias Salvia yang dikira oleh orang-orang di sana. Selain itu juga memasangkan infus di tangan wanita tersebut."Bagaimana keadaannya? Apa keadaannya benar-benar parah? Atau mungkin dia mengidap penyakit yang serius?"Vadlan menghampiri dan terdengar tidak sabaran ingin mendengar kondisi istrinya itu. Terlebih lagi sebelumnya Salvia tidak mengenalinya dan hal itu membuatnya merasa kesal akan sesuatu."Keadaan Nona muda seluruhnya baik-baik saja, Tuan Muda. Hanya bagian kakinya yang terkilir dan sudah kami obati. Lalu penyebab pingsannya diakibatkan kelelahan, syok dan juga kelaparan. Sepertinya Nona muda tidak makan seharian, apa mungkin dia berpuasa atau mungkin sedang melakukan diet ketat hari ini?" Dokter menjelaskan, tapi sekaligus bertanya tentang kejanggalan dengan istri tuan muda yang perutnya kosong."Oh iya, anda benar. Dia keras kepala sejak kemarin ingin diet untuk menurunkan berat badannya dan hanya makan sedikit. Siapa sangka akhirnya malah pingsan hari ini, lalu aku mendengar kabar kata pelayan dia terjatuh di anak tangga dan aku langsung membawanya ke sini," ungkap Vadlan yang tentu saja mengatakan kebohongan dalam setiap ucapannya saat ini. Tidak ada yang tahu, jika satu minggu terakhir istrinya itu melarikan diri dari mansionnya dan baru saja ditemukan kebetulan olehnya. Meskipun kenyataannya ia tidak mengetahui bahwa wanita yang dikira istrinya itu adalah orang lain.Belum sempat dokter itu kembali berbicara, tampak Rosela menggeliat dan mulai sadarkan diri dengan membuka kedua netranya dan melihat ke sekelilingnya.Belum sempat dokter itu kembali berbicara, tampak Rosela menggeliat dan mulai sadarkan diri dengan membuka kedua netranya dan melihat ke sekelilingnya."Di mana aku?" tanyanya yang mulai tersadar bahwa berada di ruangan serba putih dan melihat seorang pria berpakaian dokter serta pria kurang ajar yang ditemuinya di jalanan.Vadlan dan dokter itu menoleh ke arah Rosela karena mendengar suara dari arah belakang."Nona muda, anda sudah sadar? Apa yang anda rasakan sekarang?" Dokter tersebut bertanya bersikap ramah.Rosela mengerjapkan matanya berulang kali. Itu karena kenapa semua orang terus saja memanggilnya dengan panggilan nona atau nona muda? Lalu kenapa pria kurang ajar itu ada sana juga?"Aku kenapa ada di sini? Dan siapa orang itu sebenarnya?" Ia bertanya dengan raut wajah wajah cemas.Dokter itu mengerutkan keningnya karena istrinya Vadlan itu tidak mengenali suaminya sendiri."Nona sebelumnya pingsan, lalu Tuan muda atau suami anda itulah yang membawa anda ke rumah sakit ini," terang dokter tersebut.Rosela melebarkan matanya mendengar ada seorang pria yang mengaku sebagai suaminya. Sejak kapan dia menikah?"Ini aku, Vadlan suami kamu, Salvia. Bagaimana bisa kamu tidak mengenali suami kamu sendiri," sambung Vadlan menjelaskan dan hendak meraih tangan Serun.Sama seperti sebelumnya, Rosela menepis tangan Vadlan darinya."Sepertinya ada kesalahan di sini, dokter. Saya sama sekali gak kenal sama Om itu. Saya belum menikah dan nama saya bukan Salvia, tapi Rosela. Kalian pasti salah orang," ucapnya menjelaskan kesalahpahaman yang ada di depan matanya saat ini.Dokter itu dan Vadlan untuk sesaat saling bersitatap keheranan, terutama Vadlan yang mendengar istrinya itu mengatakan nama orang lain. Terlebih lagi ia kesal terus saja dipanggil 'om' sejak tadi, apakah tampangnya setua itu?"Dokter, ada apa dengan istriku? Apa mungkin dia amnesia?" tebak Vadlan."Kemungkinan besar iya, Tuan muda. Dari hasil CT scan sebelumnya memang ada bekas benturan di kepala. Tapi, sejauh ini masalahnya tidak serius dan hanya tinggal mengembalikannya ingatan nona muda yang hilang. Mungkin akan memakan waktu sampai ingatannya kembali, meskipun begitu jika anda selalu ada sisinya mungkin ingatannya akan cepat kembali," terang dokter tersebut.Di saat yang sama, Rosela melongo di tempatnya. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan oleh dua pria yang ada di depannya itu. Kenapa mereka mengatakan dirinya hilang ingatan? Jelas-jelas ia adalah Rosela dan bukan istri dari pria manapun. Apa mereka sedang mengadakan acara variety show atau semacamnya? Atau yang terburuk mungkin saja mereka orang-orang jahat yang hendak menculik dan menjualnya?Sementara Vadlan tersenyum tipis dan sesaat menatap ke arah Rosela, seakan mempunyai berbagai rencana di dalam pikirannya."Aku mengerti, dokter. Tapi, apa tidak masalah jika dia dibawa pulang hari ini?""Silahkan, Tuan muda. Tidak masalah. Kalau begitu saya permisi dulu."Dokter tersebut pamit pergi dari hadapan Vadlan. Lalu kini hanya tinggal Vadlan dan Rosela di ruang perawatan tersebut."Anda pasti salah orang, saya bukan istri Om."Rosela kembali mengatakan hal yang sama, bahwa ia bukan orang yang dicari oleh pria bernama Vadlan tersebut.Vadlan menoleh ke arah Rosela yang tampak ketakutan, lalu menghampiri gadis tersebut.Tiba-tiba saja Vadlan mencengkeram kedua pipi Rosela dan menariknya sedikit ke atas."Akh, sakit."Rosela meringis kesakitan. Ia mencoba melepaskan tangan besar Vadlan yang membuatnya kesulitan untuk berbicara. Tapi, tetap saja tidak bisa karena tenaganya kalah telak dengan tenaga Vadlan."Aku tidak peduli kamu hilang ingatan atau berpura-pura saat ini di depanku, Salvia. Tapi, yang jelas mulai hari ini kamu tidak bisa lari lagi dariku. Ingat itu!" desis Vadlan tepat di telinga Rosela.Di saat yang sama, Rosela membulatkan matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Vadlan. Ia langsung berpikir bahwa harus segera melarikan diri dari pria seperti Vadlan. Tapi, bagaimana caranya?"Saya pikir anda baik-baik saja untuk sekedar bisa mandi sendiri," ucapnya yang sebisa mungkin untuk menyangkal keinginan Vadlan.Namun, Vadlan malah tersenyum samar mendengar bagaimana Rosela yang terkesan tidak ingin menuruti keinginannya."Kenapa kamu tidak mau bukan?""Bu-bukannya gak mau, Tuan," jawab Rosela buru-buru. Ia sudah bisa menebak dari nada suara Vadlan bahwa pria itu sebenarnya saat ini sedang marah kepadanya."Kalau begitu apalagi. Cepat bangun dan bantu aku ke lantai atas," tukas Vadlan memberikan perintah kepada Rosela."Baik, Tuan." Rosela segera beranjak dari pangkuan Vadlan, dalam membantu pria tersebut untuk bangun hingga berjalan dengan hati-hati menuju anakan tangga.Baru saja keduanya bangun, terdengar suara pintu depan. Kemudian ada suara derap langkah kaki menuju ke ruang tengah.Itu adalah Kamelia yang mana wanita tersebut baru saja mendengar tentang Vadlan yang mengalami kecelakaan mobil. Ia langsung ke tempat itu dengan berlari untuk memastikan keadaan V
"Duh, kenapa bisa jatuh. Ini mungkin gelas mahal! Aku pasti dimarahi nanti."Dengan nada suara yang panik, Rosela segera membersihkan pecahan gelas kaca yang berserakan di lantai."Aw."Rosela meringis kesakitan karena ujung jarinya tidak sengaja mengenai pecahan kaca gelas kaca yang sedang dibersihkannya saat ini.Namun, dia tidak mempedulikan rasa sakit yang ada di jarinya itu dan secepat mungkin membersihkan pecahan kaca itu dan membuangnya ke tempat sampah."Apa gak ada kotak P3K ya di sini," gumam Rosela yang hendak mencari plester untuk menutupi ujung jarinya yang terluka. Ia mencari di setiap sudut tempat tersebut tidak ditemukannya kotak peralatan untuk pertolongan pertama.Rosella pada akhirnya membiarkan luka yang ada di tangannya itu, kemudian kembali duduk menata televisi seperti sebelumnya. Memang cukup membosankan, tapi hal itu lebih baik karena dirinya sama sekali tidak melakukan pekerjaan berat selama di tempat itu. Padahal ia di sana bisa makan dan tidur dengan nyaman
Ketukan di pintu membuat Vadlan teralihkan dan melepas semua pikiran atau bayangan tentang Salvia alias Rosela."Ini saya, Tuan." Terdengar suara Baswara dari balik pintu."Masuk," sahut Vadlan yang masih duduk di kursi kerjanya.Detik selanjutnya, Baswara masuk ke ruangan tersebut dan menyimpan selembar kertas di atas meja kerja Vadlan."Ini bahan untuk konferensi pers nanti, Tuan muda. Sesuai dengan permintaan alasan sebelumnya. Anda harus periksa terlebih dahulu, mungkin ada yang kurang dan harus ditambahkan atau mungkin ada yang harus dibuang," papar Baswara. Di mana lembaran kertas tersebut berisikan tentang pernyataan Vadlan nantinya bahwa ia sudah menikah dengan anak dari TJ group dan dalam waktu dekat akan mengakuisi dua perusahaan tersebut.Vadlan membaca lembaran kertas tersebut dalam hitungan menit dan ia sudah bisa menilai bagaimana isi dari bahan nanti yang akan ia bacakan."Ya, cukup seperti ini, kamu bisa kembali ke tempat kamu, Bas," tukas Vadlan memberikan perintah."
Rosela yang memang masih belum mahir melakukan ciuman, hampir tidak bisa bernafas karena pria tersebut memenuhi seluruh isi rongga mulutnya. Bahkan di akhir malah menggigit bibirnya itu yang membuatnya kesakitan.Menit selanjutnya Vadlan menjeda kegiatan tersebut."Bernafas, Salvia! Apa kamu ingin mati hah?" sentak Vadlan yang terdengar tidak puas mengingat Salvia belum pandai melakukan pertukaran saliva tersebut dengannya. Ada sedikit kesal, tapi sekaligus gemas di sana."Ma-maafkan saya, Tuan. Saya--" Rosela sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mengucapkan kata-kata, ketika Vadlan kembali melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.Namun kali ini, Rosela sedikit lebih pandai dari sebelumnya dan bisa bernapas dengan benar serta mulai bisa mengimbangi apa yang dilakukan oleh Vadlan saat ini.Usai puas melakukan permainan bibir itu, barulah Vadlan menghentikan kegiatannya tersebut dan diakhiri dengan tersenyum tipis."Lumayan untuk hari ini," tukasnya mengatakan hal itu kepada Ros
"Apa yang kamu lakukan di sini, Kamelia? Lalu kenapa dengan Salvia"Vadlan dengan tatapan penuh menyelidiki menetap ke arah Kamelia. Ia bisa melihat Rosela yang duduk dengan menundukkan wajahnya, seperti telah terjadi sesuatu diantara kedua wanita tersebut. Selain itu juga di lantai tampak ada beberapa pakaian dalam yang berserakan.Kamelia mengerjapkan matanya sambil meneguk ludahnya dengan kasar. Untuk sesaat tangan dan kakinya gemetar. Ia tidak menyangka Vadlan akan kembali ke rumah belakang itu tanpa diketahuinya. Tapi, di situasi seperti ini ia harus bersikap setenang mungkin.Sementara Rosela juga tidak berani mengatakan apapun. Entah itu Kamelia ataupun Vadlan dua orang tersebut sama sekali tidak bisa dipercayainya. Salah-salah jika ia mengadu kepada Vadlan mungkin saja pria tersebut malah tidak akan percaya kepadanya, terlebih lagi karena Kamelia sudah lebih dulu berada di tempat itu dibandingkan dengan dirinya. Maka pasti yang akan dipercaya Vadlan adalah wanita bernama Kamel
"Apa yang kamu lakukan di sana, Kamelia?!"Vadlan yang sudah selesai dengan Rosela dan masih dalam keadaan tak berbusana itu, tampak menatap tajam ke arah Kamelia yang ketahuan mengintip dirinya dan sang istri tengah memadu kasih.Sedangkan Rosela yang benar-benar kelelahan, terbaring lemas di atas sofa dengan tubuh polosnya.Sementara Kamelia mengerjapkan matanya karena siapa sangka Vadlan mengetahui keberadaannya. Di saat yang sama matanya tak lepas menatap ke arah milik Vadlan yang masih tegak berdiri. Padahal tadi pria tersebut jelas-jelas tampak sudah melakukan pelepasan dengan Salvia, tapi sepertinya menginginkan lagi.'Apa mungkin Salvia mendapatkannya berkali-kali? Padahal aku hanya selalu mendapatkan sekali aja, itu pun kadang-kadang aku gak sampai. Tapi, di udah duluan,' pekiknya di dalam hati yang merasa iri dengan Salvia."Kamelia!" ulang Vadlan karena tidak kunjung mendengar jawaban dari Kamelia."Ma-maafkan saya yang lancang ini, Tuan muda," jawab Kamelia buru-buru. "Say