Accueil / Romansa / Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan / Akan Aku Jadikan Dia Milikku!

Share

Akan Aku Jadikan Dia Milikku!

Auteur: Marlynazizah
last update Dernière mise à jour: 2024-06-19 09:46:59

"Kau mengatakan apa, Nona?" tanya Rasyid dengan ekspresi cemas di wajahnya.

"Aku adalah seorang pelacur, Kyai. Awalnya aku ingin menggoda kamu, tapi ternyata aku salah mengira. Maafkan aku," jawab Shanum sambil tertunduk malu.

Rasyid sendiri saat ini sedang sibuk dalam pikirannya hingga menyebabkan dia tak mendengar perkataan Shanum barusan.

"Bagaimana aku akan menjelaskan asal-usul wanita ini pada Ummi? Ya Allah... Aku harus melakukan apa sekarang? Aku terjebak dalam janji yang aku buat sendiri," ucap Rasyid dalam hati.

"Andai aku lebih teliti, tentu aku tidak akan terjebak dalam situasi seperti ini.”

"Huh! Jika aku mengikuti pengajian, bagaimana caraku untuk mendapatkan banyak pelanggan seperti yang di inginkan Mamih?" gerutu Shanum dalam hati sambil terus memasang wajah cemberutnya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kini mobil Rasyid berhenti di sebuah Masjid. Dimana Masjid tersebut sudah dipenuhi oleh ribuan orang, dan dapat dipastikan mereka sedang menunggu kedatangan sang kyai tercinta.

"Tunggu sebentar ya, Nona. Biar aku ambilkan blazerku agar kau dapat memakainya," ujar Rasyid sambil membuka pintu mobil, dan dengan cekatan pria itu bergerak menuju bagasi mobil lalu kembali dengan blazer yang sudah dipegangnya.

"Mungkin ini sedikit besar, tapi ndak apa-apa, toh kamu akan menghadiri pengajian jadi bajunya harus longgar," kata Rasyid sambil menyodorkan blazer itu ke arah Shanum.

Perempuan itu hanya mengangguk sebelum mengenakan blazer yang diberikan oleh sang Kyai tampan.

Setelah memarkir mobilnya, Rasyid dan Shanum turun dari kendaraan dan segera disambut oleh para jama'ah.

"Masya Allah... Dia sungguh cantik, siapa wanita itu?" ucap salah satu jamaah di sana. "Sepertinya dia ibu nyai kita. Subhanallah.. aku baru sadar ternyata kyai sudah menikah," sahut yang lain.

"Tapi mengapa dia mengenakan syal sebagai hijab? Dan kenapa hijabnya terlihat asal?" ucap yang lain sambil terus memperhatikan Shanum dari atas hingga bawah.

Mendengar itu, Rasyid gegas meminta kepada wanita sebelumnya untuk membawakan jilbab yang bisa dipakai oleh Shanum.

"Bu, tolong pinjamkan dia jilbab ya. Dia tadi buru-buru pengen ikut saya sampai lupa pakai jilbab," ujar Rasyid dengan sopan.

"Oh, siap kyai, saya ambilkan dulu di dalam," sahut wanita itu sambil berjalan menuju ke dalam masjid.

Orang-orang yang mendengar perkataan Rasyid hanya bisa diam sambil keheranan, karena mereka berpikir, bagaimana bisa seorang Ibu Nyai bisa lupa memakai jilbab?

Meskipun demikian, Shanum tetap diperlakukan dengan baik oleh para jama'ah wanita di sana.

Di dalam Masjid, dengan hati-hati para jama'ah wanita itu memakaikan jilbab pada Shanum hingga menutupi seluruh rambut dan lehernya.

"Masya Allah... Ibu nyai terlihat sangat cantik," ucap salah satu ibu-ibu jama'ah di sana dan tidak lama kemudian Shanum diantar keluar dari balik tirai untuk duduk berdekatan dengan Rasyid.

"Ibu nyai, silakan duduk di sebelah Kyai," kata salah satu jama'ah wanita sambil tersenyum dengan penuh rasa hormat.

Shanum rasa dia sangat tidak pantas jika harus duduk bersebelahan dengan Kyai, sehingga ia memilih untuk duduk di bawah bersama para jama'ah perempuan.

"Saya ingin di sini saja bersama kalian," kata Shanum sambil tersenyum tipis. "Oh, kalau begitu, biar saya minta beberapa hidangan diatur di sini ya," ujar salah satu jama'ah wanita itu.

Shanum merasa tidak pantas mendapatkan perlakuan istimewa seperti itu.

Ia juga merasa bersalah pada para ibu-ibu pengajian yang terlihat sibuk menyajikan hidangan untuknya, hanya karena menganggap dirinya sebagai seorang ibu nyai atau istri dari sang Kyai tampan.

Shanum yang baru pertama kali menghadiri pengajian, duduk dengan tenang sambil memperhatikan dengan seksama setiap kata yang diucapkan oleh kyai tersebut.

Sesekali, ia tersenyum saat sang kyai menyelipkan lelucon di sela-sela ceramahnya.

Namun, secara perlahan, perasaan malu mulai menyelinap ke dalam hatinya ketika ia mendengar tentang wanita yang sholehah dan mulia. Untuk pertama kalinya, Shanum merasa rendah diri.

Padahal, biasanya Shanum selalu merasa menjadi wanita paling berharga karena jumlah bayaran untuk bisa bersama dengannya sangat mahal.

Tapi ternyata, setelah Shanum duduk dan mendengarkan ceramah dari kyai tampan itu, dia merasa menjadi wanita yang paling hina dan paling kotor dimuka bumi ini.

Selama ceramah itu berlangsung, Shanum terus menundukkan kepalanya menahan malu dan sesal yang menyeruak di hatinya.

Bahkan wanita itu sampai menitikkan air mata di saat mendengarkan kisah wanita mulia bernama Sayidah Fatimah.

"Ya Allah... Betapa hinanya diriku ini," lirih Shanum dalam batinnya yang setelah sekian lama tidak pernah menyebut nama Tuhan-Nya.

Setelah beberapa saat, pengajian itu berakhir dan jam menunjukkan pukul satu malam.

Dengan mata yang sudah bengkak akibat menangis, Shanum mendekati kyai Rasyid. "Kyai, aku ingin pulang..." bisik Shanum yang tidak berani mengangkat wajahnya.

"Kenapa kau menangis, Nona? Apakah kau menyesali perbuatanmu itu?" tanya Rasyid ketika mendengar suara parau dari Shanum.

Tidak ada jawaban dari Shanum, wanita itu hanya bisa menangis dan terus menangis menyesali segala dosa yang sudah dia lakukan.

"Bertaubatlah, Nona. Tidak pernah ada kata terlambat sebelum roh meninggalkan tubuh."

"Kamu sangat anggun dengan hijab panjang itu, jauh lebih menawan daripada sebelumnya, dan akan semakin cantik jika tidak pernah dilepas," ujar Rasyid sambil tersenyum manis ke arah Shanum.

Mendapat pujian semacam itu membuat Shanum memunculkan rona merah di pipinya. Wanita itu sedikit melirik ke arah Rasyid sambil tersenyum tipis.

"Berapa imbalan yang harus aku berikan karena telah membawamu selama tiga jam ini?" Tanya Rasyid yang membuat senyum di bibir Shanum memudar.

"Tadi kau minta aku bertaubat, tapi sekarang kau tanya soal bayaran?" Tanya Shanum dengan ekspresi kesal. Rasyid hanya tersenyum tipis ketika melihat respon yang diberikan oleh Shanum.

"Jadi, sudah mantap ingin bertaubat?" pertanyaan yang di lontarkan oleh Rasyid telah berhasil membuat Shanum kembali tertunduk malu.

Melihat Shanum kembali tertunduk dengan wajah yang memerah, membuat Rasyid tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Mari, Nona. Aku antar kau pulang," ucap Rasyid sambil mempersilahkan Shanum untuk berjalan lebih dulu menuju mobilnya.

Sesampainya di rumah bordir, Rasyid langsung melihat hal senonoh yang sedang di lakukan oleh seorang pria bersama tiga orang wanita.

Karena tidak tahan berada di tempat itu, dengan segera Rasyid meminta Shanum untuk keluar dari mobilnya.

"Ini uang untukmu, keluarlah dari mobilku. Aku benar-benar tidak tahan berada di sini," ucap Rasyid dengan ekspresi gelisah. Walaupun ragu, pada akhirnya Shanum mengambil uang itu dan keluar dari mobil Rasyid.

Begitu Shanum keluar, Rasyid mengurungkan niat untuk pergi, dia tetap memperhatikan gadis itu seolah takdir sedang menuntunnya menjemput jodoh.

Dia tetap memperhatikan Shanum, perlahan, sampai siluet gadis itu menghilang. Setelah memarkir mobilnya, dia menghampiri salah satu penjaga rumah bordir, lantas bertanya, “Apa aku tidak bisa membeli pelacur di sini?”

Awalnya, penjaga itu tak acuh, tapi setelah Rasyid mengeluarkan kartu hitam dari kantongnya, dua penjaga itu seketika kikuk.

“Bi-bisa. Datanglah ke sini tiga jam lagi, ada pelelangan besar terhadap pelacur unggulan kita.”

“Termasuk yang baru saja masuk tadi?”

“Ma-maksud Anda, Shanum?” Salah satu penjaga mengernyitkan dahi.

“Sebaiknya Tuan berpikir dua kali. Dia adalah berlian rumah bordir kami. Aku tidak ingin merendahkan Anda, Tuan, tapi Tuan perlu ingat, harganya tiga sampai empat kali lipat lebih mahal dari pelacur lain. Tuan harus bersiap!”

Belum sempat Rasyid berbalik, kedua penjaga itu seketika menahannya. “Lelang hanya bisa dilakukan oleh anggota resmi rumah bordir, Tuan.”

“Sepuluh juta pertama untuk kalian! Akan aku jadikan dia milikku!” Rasyid menyerahkan amplop coklat berisi uang seratus ribuan.

“Buatkan aku kartu anggota resmi rumah bordir, dua jam lagi, aku kembali dengan membayar lima belas juta sisanya! Apa dua puluh lima juta cukup untuk jasa pembuatan kartu anggota?”

****

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Cemas

    “Jangan menuduhku seperti itu, Rasyid. Aku ini ibumu, jaga ucapanmu itu. Kau tahu dosa besar akibat dari menyakitkan hati seorang ibu, kan?” cekat Ummi Zulaikha sambil memberikan tatapan sengitnya kepada sang anak. Mendengar itu, Rasyid pun mendengus kesal. Bukan tanpa alasan dia mencurigai sang Ummi, tapi, beberapa kejadian belakangan ini membuat rasa curiga itu tidak dapat di elakkan. “Maaf, Ummi.” ucap Rasyid pada akhirnya. Biar bagaimanapun, ucapan Ummi nya memang benar, dia bisa mendapatkan dosa besar jika dia dengan sengaja menyakiti hati Ummi nya itu. Seketika suasana di dalam mobil itu menjadi hening. Pada awalnya, Rasyid tidak menghiraukan itu. Namun, berlama-lama dengan keadaan seperti ini membuat Rasyid canggung sendiri. “Ekhem, kok nggak di lanjutin ngobrol nya?” tanya Rasyid dengan hati-hati sambil melirik ke arah spion. Di belakang sana, Ummi Zulaikha dan Zulfah langsung memberikan lirikan sinisnya. “Pikir aja sendiri. Huh!” ucap keduanya secara bersamaan lalu

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Kehilangan

    Pov Author “A-aku mohon, Tuan...” mohon Shanum sambil terus menatap sendu ke arah Tuan Abrahah. Sebenarnya, Shanum tahu jika permohonannya ini sia-sia, tapi ia tidak punya pilihan. Shanum sampai melupakan pakaiannya yang sobek hingga sebagian tubuhnya terlihat. Kali ini, dia bukan lagi seorang wanita yang berusaha mempertahankan kehormatannya, atau, seorang istri yang berusaha menjaga kepercayaan sang suami. Kali ini, Shanum hanyalah seorang ibu yang ingin anak di dalam kandungannya baik-baik saja. Tuan Abrahah berjongkok. Ia menukik senyum seringainya lalu membelai lembut pipi Shanum yang bengkak. “Baiklah, Sayang. Aku akan menolongmu. Tapi nanti, setelah keponakanku mati di perutmu! Hahaha!” ucap Tuan Abrahah. Tawa jahatnya menggema di ruangan tersebut. Pria ini seolah telah berubah menjadi iblis yang tidak memiliki hati nurani. Shanum menggeleng pelan dengan ekspresi yang menyedihkan. Ia benar-benar cemas akan kandungannya, tapi sepertinya, Tuan Abrahah tidak peduli ata

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Awal Bencana Besar

    Sesuai apa yang di ucapkannya semalam, Rasyid sudah siap dengan mobilnya seusai sholat subuh. Sepertinya, dia masih sedikit marah padaku perihal ucapanku semalam. Memang, setelah sentakannya semalam, dia tidak mau mendengarkan perkataanku lagi dan meminta aku untuk segera tidur.“Berhati-hatilah di jalan, Rasyid,” ucap Tuan Abrahah sambil menepuk bahu suamiku. Sungguh sandiwara yang sempurna. Ingin sekali rasanya aku meneriaki semua niat busuknya di hadapan semua orang.Tapi, aku yakin tidak akan ada yang mempercayaiku. Yang ada aku hanya akan mendapatkan cibiran dari mertuaku dan amarah yang semakin besar dari suamiku. Setelah menutup bagasi mobilnya, Rasyid berjalan menghampiriku.Aku langsung mencium punggung tangannya saat dia menyodorkan tangannya padaku. Dia memelukku cukup lama, lalu berbisik, “Maafkan aku karena semalam telah membentakmu.”Kami mengendurkan pelukan kami. Aku menatapnya lalu mengangguk pelan. Saat dia tersenyum tipis, aku pun ikut tersenyum. Rasa kesal ya

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Dia Menggodaku, Buby!”

    Hari-hari berlalu, sangat terasa bagiku setiap detiknya saat Tuan Abrahah tinggal di sini bersamaku. Dia gila! Tuan Abrahah sangat gila! Dia berkali-kali berusaha mencelakai aku dan kandunganku.Tuan Abrahah seringkali membasahi lantai yang akan aku pijak dengan menggunakan minyak agar aku terpeleset dan jatuh, atau, sengaja mencampurkan bahan-bahan makanan yang dapat menggugurkan kandunganku.Untunglah aku memiliki suami yang sangat perhatian padaku. Semua siasat busuk Tuan Abrahah selalu di gagalkan oleh Rasyid. Saat aku hendak terjatuh karena memijak lantai yang licin, Rasyid dengan sigap menangkapku dan memarahi para asisten rumah tangga yang dia anggap kurang teliti dalam mengeringkan lantai.Begitupun saat Rasyid mengetahui jika ada bahan makanan yang membahayakan ibu hamil di makananku. Seluruh koki yang baru di sewa oleh Rasyid setelah mengetahui kehamilanku langsung di marahi habis-habisan bahkan di pecat. Padahal, ini bukan kesalahan mereka, tapi kesalahan dari kakaknya.

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Selamat Atas Kehamilanmu

    “Tidak! Rasyid!” aku berteriak. Ini memang sangat nekat. Tapi, lebih baik aku di marahi Rasyid dan menjadi bulan-bulanannya Ummi Zulaikha daripada harus melayani Tuan Abrahah. Tuan Abrahah panik seketika. Ia langsung membekap mulutku saat Rasyid mulai menggedor-gedor pintu. “Shanum? Kau kah itu yang berteriak? Tolong buka pintunya, Sayang.” kata Rasyid sambil terus menggedor pintu.Aku berusaha memberontak, tapi, tenaganya sangat kuat. “Dasar pelacur gila!” umpatnya padaku dengan suara berbisik sambil menyeret diriku bersembunyi di balik bak. Kamar mandi ini memang di sediakan untuk art di rumah ini. Itulah sebabnya tidak ada bathub di sini, melainkan sebuah bak yang terbuat dari semen dan di lapisi dengan keramik.Ukuran bak ini cukup untuk menyembunyikan aku dan Tuan Abrahah. Gedoran pintu terdengar semakin keras. “Shanum, jangan membuat aku cemas, cepat buka pintunya!” teriak Rasyid dari arah luar.Tuan Abrahah sedikit mengintip sambil terus memegangiku. Dari suara yang aku de

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Terjebak!

    “Apa maksudmu, Bang?” tanya Rasyid pada Tuan Abrahah. Lelaki itu mengalir pandangannya dariku. Dia tersenyum pada Rasyid. “Ah, bukan apa-apa. Aku hanya bergurau,” jawabnya. Dia memang sedang berbicara dengan Rasyid, tapi, matanya selalu mengarah kepadaku.Di ruang tamu ini, ada beberapa orang yang wajahnya sangat asing bagiku, tapi, jika di perhatikan, Tuan Abrahah terlihat mirip dengan Rasyid. Ada dua orang perempuan seusiaku dan tiga orang perempuan seusia Ummi Zulaikha, juga ada tiga orang pria di sini, tiga pria itu terlihat sudah cukup berumur.Kami pun duduk di sofa yang sudah tersedia. Aku cukup terkejut saat melihat dua perempuan seusiaku itu duduk mengapit Tuan Abrahah, lalu, melingkarkan tangan mereka di kedua lengan lelaki itu.“Shanum, perkenalkan, mereka adalah kerabat almarhum Abi mertuamu yang baru sah warga negara Indonesia satu pekan yang lalu,” ucap Ummi Zulaikha padaku. Oh, shit! Jadi, Tuan Abrahah sudah menetap selama satu pekan di sini?Aku tersenyum singkat p

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status