Share

Mendadak Jadi Istri Utama Sang Miliarder
Mendadak Jadi Istri Utama Sang Miliarder
Penulis: Gonjes91

WASIAT

[Hai, Money Angel, Selamat pagi… Perkenalkan, aku Sullivan, editor baru yang menangani proyek Editor Liam.]

Emily sontak mengerutkan dahinya membaca nama editor yang asing di ingatannya.

Namun, belum sempat membalas, sebuah pesan kembali muncul.

[Baiklah, akan kujelaskan secara singkat padamu, Money Angel. Aku adalah editor baru yang bertugas menggantikan pekerjaan Editor Liam karena beliau sudah tidak bekerja lagi di perusahaan kami.]

[Seminggu yang lalu perusahaan menerima kabar duka cita dari pihak keluarga Editor Liam karena beliau dinyatakan meninggal dunia. Untuk itulah, kini aku yang menangani tugasnya sebagai editor pengganti.]

Membaca pesan itu sontak membuat Emily kaget. Ia tidak menyangka Liam yang sering kali membuatnya jengkel dengan banyaknya naskah yang harus direvisi--akan tetapi tetap memberinya masukkan positif saat ia mengalami kebuntuan ide--telah meninggal dunia!

Emily yang awalnya setengah hati menerima outline dari Editor Liam, kini bertambah bimbang saat editor yang bersangkutan malah menghilang untuk selamanya.

[Ah, satu hal lagi, Nona! Kukira aku harus memberi tahumu jika nanti kau menolak tawaran ini, maka naskah ini tidak akan dilanjutkan oleh siapa pun. Itu merupakan isi dari pesan singkat yang disampaikan keluarga Editor Liam padaku. Mungkin saja, ia sangat berharap padamu sampai menuliskan surat tentang itu dan pihak keluarganya mengirimkan foto tulisan tangan Editor Liam secara jelas. Tapi, semua keputusan ada padamu, dan aku akan menerima apapun itu.]

Dengan sigap, Emily langsung membuka lampiran titipan Editor Liam. Semakin membaca ke bawah, semakin kening Emily berkerut. 

“Apa-apaan ini? Satu pria memiliki lima istri? Apa masalahnya jika harus setia pada seorang wanita? Akh, kepalaku bisa pecah memikirkan ini!”

Perlahan, pandangannya bergeser dari layar laptop ke sebuah bingkai foto berisikan dirinya yang tersenyum senang saat menerima ciuman pipi dari ayah dan ibunya dari sisi masing-masing.

“Apakah aku sanggup menceritakan tentang tema yang paling kubenci ini, Ibu? Apa aku akan bertahan saat menceritakan tokoh pria yang membagi tubuh dan cintanya pada wanita lain selain istrinya? Itu jelas mengingatkanku pada perselingkuhan ayah dan menyebabkan kalian meninggal saat itu,” gumam Emily.

“Haruskah aku menahan trauma ini di sepanjang aku menuliskan cerita yang mengerikan bagiku ini, Ibu? Aku membenci pria yang membagi cintanya pada wanita lain. Aku menjadi yatim piyatu karena perselingkuhan ayah yang menghianati kita, Ibu…”

Emily menangis sambil tersenyum pahit. Ia mengusap foto wajah ibunya dengan sedih tapi setelah mengingat Editor Liam lagi, Emily segera menghapus air matanya.

“Ahk, sial! Kepalaku sakit gara-gara ini. Entahlah, aku mau tidur saja,” gumamnya kesal. Kepalanya sakit memikirkan hal rumit tentang tema cerita yang dibencinya.

Emily memilih mengabaikan dulu apa yang baru saja merusak moodnya. Ia berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya dengan mata sayu.

‘Bagaimana bisa aku menjiwai karakter seorang istri yang tinggal bersama banyak madu suaminya. Female lead itu bahkan harus berbagi cinta suaminya pada empat wanita lain?’

‘Astaga… pria setampan apa yang harus kubayangkan dan layak menjadi karakter pria hidung belang yang bahkan tidak memiliki celah untuk dihina itu? Tidak cukupkah pria itu hanya diceritakan sebagai pengoleksi uang? Bisa-bisanya dia memikirkan ide cerita seperti ini. Menjengkelkan sekali!’

Emily terus menggerutu dalam hati di setiap kali kelompak matanya menutup dan terasa berat. Emily terpejam dengan membawa beban pikirannya ke alam bawah sadar.  

*****

Emily membuka mata saat suara seorang wanita terdengar memanggil nama orang lain yang sepertinya pernah ia dengar sebelumnya.

“Nyonya Evelyn, bangunlah. Kau harus segera bersiap, Nyonya besar…” suara itu terdengar lagi tapi mata Emily tak kunjung membuka. Kepalanya terasa begitu sakit.

“Nyonya Evelyn, kumohon bangunlah atau kau akan terkena masalah jika Tuan Besar marah,” panggilan itu terdengar lagi, dan karena Emily tidak merasa bukan dirinya yang dipanggil, jadi ia tetap mengabaikan suara itu.

‘Nyonya Besar siapa? Tuan Besar apa? Memangnya aku di mana? Memanggil orang seperti itu sama saja dengan body shaming namanya.’ dalam hatinya ia menertawakan suara wanita yang didengarkannya sejak tadi.

Namun ketenangan Emily dalam pejaman matanya terusik saat tubuhnya seperti disentuh dan sedikit diguncang bersamaan dengan suara wanita yang seperti berada di sampingnya.

“Nyonya Besar, bangunlah. Kau harus menghadiri pertemuan para istri Tuan Besar di ruangan Ruby!” kali ini suara wanita itu terdengar lebih mendesak.

Emily yang mulai merasa aneh mencoba membuka mata. Perlahan cahaya mulai terlihat meskipun samar.

‘Di mana aku? Itu bukan langit kamarku,’ Emily bergumam heram dalam hati ketika pandangannya yang mulai jelas melihat langit-langit ruangan tempatnya berada begitu asing dan terkesan mewah.

Ruangan penuh nuansa emas yang gemerlap memanjakan matanya. Ia tidak pernah melihat suasana gemerlapan seperti itu sebelumnya.

“Nyonya Besar, apa kau mendengarku? Kau sudah bangun, kan? Kalau begitu mari ikut aku, pelayan sudah siap untuk memandikanmu, Nyonya Besar!” ucapan wanita yang sejak tadi memanggil langsung membuat mata malas Emily terbuka lebar. Ia tidak lagi menyusuri keindahan ruangan di tempatnya berada melainkan langsung menoleh pada orng yang ada di dekatnya.

“Memandikanku?!” satu kalimat spontan keluar dari bibir Emily bersamaan dengan gerakan tubuhnya yang refleks duduk karena kaget.

‘Sebenarnya aku ada di mana?’

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status