Home / Rumah Tangga / Mendadak Nikah Kontrak / Bab 1 MNK : Abelin yang agresif

Share

Mendadak Nikah Kontrak
Mendadak Nikah Kontrak
Author: Liza Azhari

Bab 1 MNK : Abelin yang agresif

Author: Liza Azhari
last update Last Updated: 2023-05-02 17:28:47

Diam-diam Abelin memasuki kamar Carlos Diego, dia menatap pakaian yang tergeletak di atas kasur besar dengan headboard kayu yang berukir dan berwarna maroon. Dia berjalan perlahan sambil menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang tahu bahwa dia berada di kamar sang paman.

Senyumnya terbit menimbulkan lesung di kedua pipinya.

Matanya berbinar kala mendengar suara gemericik air di dalam ruangan sebelah kanan. Langkah kakinya membawanya menuju ruangan tersebut, dia berdiam diri, mendengarkan suara Diego yang bernyanyi. 

Diego menyanyi sambil menggosok tubuh atletisnya, dia menikmati pancuran shower. Dia matikan kran, lalu menyibak rambutnya dan menarik handuk putih dan melilitkannya pada bagian pinggang. 

"Mampus!" gumam Abelin yang hendak bersembunyi namun tubuhnya menabrak lemari dengan pilar kecil yang bertingkat, tempat menyimpan keperluan mandi.

"Siapa di sana?" teriak Diego. Dia menarik handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Bergegas keluar bilik kaca dan mencari sesuatu yang tak beres. Matanya memicing menatap botol sabun, sampo, dan botol lainnya yang berserak di lantai.

Langkah kakinya cepat memeriksa kamarnya. "Hei keluar! Siapa yang berani memasuki kamarku tanpa permisi?" erangnya kesal.

Abelin bersembunyi di dalam lemari, napasnya memburu, dia takut aksinya itu akan ketahuan.

"Sial4n!" 

Diego memilih meraih parfum dan menyemprotkannya ke seluruh tubuh. Dia pandangi tubuhnya dari pantulan cermin. Tubuh indah, wanita mana yang akan menolak. Namun, sampai umurnya menginjak 32 tahun dia tetap setia dengan status jomblonya.

Dering ponselnya membuyarkan aksi memuja dari dirinya. Dia raih ponsel yang ada di kasur dan segera menempelkan pada telinganya.

"Hallo Nex, ada apa, hm?"

Suara bariton yang cukup seksi terdengar di telinga, membuat Abelin menutup matanya dan tersenyum.

"Oke, baiklah. Tunggu aku setengah jam lagi." Diego memutus sambungan telepon tersebut dan berjalan ke arah lemari.

"Dimana kaos baruku?" gumam Diego nampak berpikir. Dia menutup satu pintu lalu membuka pintu sebelahnya. Lemari tersebut terlihat penuh dengan pakaian yang tersusun rapi. Dia meraih celana pendek selutut berbahan denim dan membuka laci, kemudian mengambil keperluan lainnya.

"Setengah jam lagi, cukup untukku menikmati segelas kopi susu dan roti panggang," ucapnya sambil mengenakan pakaiannya. 

Dia gantung handuk pada ring besi tergantung di tembok. Diego membuka lemari yang terdapat pakaian hem yang tergantung rapi. 

Dia terkejut melihat penampakan sepasang kaki jenjang dan mulus. "Siapa kau?" tanyanya sambil meraba dan menarik tubuh seseorang.

"Abelin!" pekik Diego. "Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanyanya dengan tatapan tajam.

"Aku ... ingin minta diajari melukis," jawabnya tertunduk.

Kenapa aku selalu jatuh dan jatuh pada sosok Diego. 

Abelin ratapi kedua kaki Diego.

"Aku belum punya waktu untukmu. Nanti saja dan sekarang keluarlah dari kamarku."

"Tapi … Paman harus memelukku dulu," ujar Abelin berterus-terang.

Kening Diego bertaut, sejurus kemudian dia tertawa terbahak-bahak. "Oke! Sekarang keluarlah, aku benar-benar sibuk," ucapnya tersenyum kecil.

Abelin tersenyum sumringah, dia berjalan menuju pintu. Bukannya keluar, dia malah mengunci pintu kamar Diego.

Diego fokus memilih hem, dia berencana untuk menghadiri acara pertemuan dengan sahabatnya di sebuah cafe yang jaraknya cukup jauh dari kota. Rencananya dia akan menginap dan memilih beberapa baju kaos untuk dibawa.

Tangan mulus dan mungil mulai memeluk Diego dari belakang.

"Kau, kenapa masih di sini?" ucap Diego yang terkejut dan lantas membalikkan tubuhnya. 

"Paman, aku sedang …." Abelin menatap wajah sang Paman. Menikmati pahatan indah di sana. Enggan sekali menyingkirkan diri. Tangannya menyentuh lengan Diego. 

"Ada apa lagi, Abelin?" Diego menangkap kedua tangan Abelin dan mencengkramnya dengan kuat.

"Paman, aku menyukaimu." Abelin menyentak tangannya dan mulai menyentuh rambut Diego. 

Melihat tatapan Abelin yang aneh, Diego mengernyit.

Napas Diego memburu, dadanya naik turun dengan amarah yang tertahan. "Apa kau sedang mabuk?" Dia menarik paksa tangan Abelin dan mendorong tubuh mungil itu menuju pintu.

Senyum Abelin semakin manis. "Katakan Paman, jika aku sangat dewasa di matamu, apakah kau mau makan malam denganku dan menerima cintaku?"

"Jangan gila! Reyna pasti akan memukulmu."

Terdengar tawa kecil dari bibir mungil dan seksi milik Abelin. "Oh, itu rupanya. Paman takut?"

"Abelin!" sentak Diego. Dia mencari kunci, namun tak menemukannya.

"Paman cari ini?" Abelin tersenyum kala mengangkat kunci tersebut.

Diego maju untuk meraih, namun gadis itu menyembunyikannya kembali ke belakang tubuh.

"Paman …." Seruan Abelin membuyarkan fokus Diego.

"Dengar Abelin, hentikan semua ini!" mohon Diego.

Abelin terlihat seperti ingin menggoda.

"Abelin sayang … kurasa kau mabuk lagi. Kenapa kau seperti ini? Ada sesuatu yang hendak kau ceritakan padaku?" bujuk Diego yang melepas tangan Abelin yang mengapit lengannya.

"Hei Abelin, liat aku!" Dia pegang kedua pipi Abelin mencoba menyadarkan keponakannya tersebut.

Abelin melerai tangan Diego dan berjalan ke sisi kasur. Dia menepuk perlahan kasur tersebut dan mengisyaratkan agar Diego duduk di sebelahnya.

"Oke, Paman. Tolong, cintai aku!"

Diego menatap sayu pada Abelin. "Sadarlah. Jangan minum terlalu banyak!" Dia tepuk perlahan kedua pipi Abelin yang memerah.

"Kenapa?" tanyanya lirih dengan menunduk.

"Kau masih kecil Abelin. Cinta apa yang kau bicarakan ini? Sudahlah lebih baik kau kembali ke kamarmu!"

"Tidak. Kenapa Paman mengatakan aku masih kecil? Usiaku 17 tahun dan sebentar lagi 18, apakah itu masih kecil di mata Paman?"

Diego mengangguk. Sedikit bingung menghadapi sifat manja dan agresif Abelin.

"Kalau begini, apakah masih kecil?" 

Kecupan di pipi, membuat Diego melebarkan matanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 14 MNK : Kepedulian Diego

    Kevin segera datang kala Diego menelponnya. Lelaki tampan itu tergesa-gesa hingga berada di depan pintu kamar rawat Alexa. Tok tok tok "Masuklah!" Kevin menyentuh keningnya kala melihat Alexa yang duduk di atas ranjang. Matanya memindai ruangan. "Berikan ponselmu," ujar Diego. Kevin memberikan satu ponsel kepada Diego. Sahabatnya itu melihat kembali rekaman CCTV saat keluarganya datang berkunjung. Saat melihat handuknya jatuh, Diego segera bertanya, "Apakah kau selalu mengecek hasil rekaman di sini?" Kepala Kevin bergerak ke samping, sedikit, tampak ia heran mendengar pertanyaan itu. "Tidak. Aku tahu batasan, kurasa kau pasti akan membuatku mimisan jika aku lancang membukanya, kan?" tanya Kevin balik. Diego menatap pria yang tengah menatapnya itu. "Hari ini hewan tarantula ada di atas selimut Alexa. Mungkin besok hewan berbahaya lainnya juga akan menyerang istriku di sini," katanya. Kevin terperangah, sejurus kemudian ia menggeleng bingung. "Lalu, siapa yang kau curiga

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 13 MNK : Obsesi Yang Berbahaya

    Andrea mendekat saat ia menyadari menantunya itu membuka mata. "Alexa, kau sadar, Sayang." Andrea mengusap lembut tangan istri dari anaknya. Alexa mengamati wajah Andrea. "Ma, apa aku masih hidup?" Andrea mengangguk. "Tuhan mengabulkan doa kami. Kau mau minum?" Alexa mengangguk pelan. Andrea mengambilkan air minum, dia membantu menantunya untuk bangun. "Suamiku di mana?" tanya Alexa lirih. "Aku di sini," sahut Diego yang baru saja memasuki kamar rawat sang istri. Ia tersenyum, menghampiri Alexa dan mengecup kening istrinya dengan lama. 'Tuhan, aku ingin tetap hidup. Aku ingin terus bersama pria ini,' batin Alexa. Andrea mengusap pundak Diego. "Mama tunggu di luar saja, ya. Beri makan untuk Alexa agar dia punya tenaga," ujar Andrea. Diego menatap lekat wajah Alexa. "Aku bersyukur kau selamat. Maafkan aku, Alexa." "Ini bukan salahmu. Aku yang kurang hati-hati." Diego membujuk istrinya untuk makan terlebih dahulu. Meski ia begitu penasaran dengan kejadian yang membuatnya takut

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 12 MNK : Alibi

    Abelin yang terkejut, tangannya bergerak cepat hendak menyimpan pisau miliknya. Namun, tajamnya pisau itu menggores lengan Alexa hingga berdarah."Siapa kau sebenarnya?" sergah Diego.Abelin sigap menghindar, wajahnya yang tertutup selendang yang dililit ke kepala itu membuat Diego tak mengenalinya. Apalagi Abelin datang dengan menggunakan pakaian serba baru dan sengaja memilih pakaian yang jauh berbeda dari pakaian yang biasa ia pakai.Aksi tangkap-menangkap itu membuat Abelin terpaksa melukai sang paman, dia juga melempar beberapa barang di dalam ruangan itu kepada Diego. Diego menangkap tubuh Abelin dari belakang. "Siapa yang mengirimmu?" Tangan Diego menarik selendang, ia sedikit kesulitan karena Abelin yang memberontak. Gadis itu sedikit memutar tubuhnya, dia melindungi wajah dengan satu tangannya dan menendang pusaka berharga milik Diego. Pekikan itu menggema, Diego memegangi pusaka kelelakian miliknya. Abelin berhasil lolos."Sialan!" geram Diego. "Astaga!" Diego berjalan se

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 11 MNK : Kemarahan Diego

    Diego dan Kevin berlarian memasuki rumah sakit. Diego terus menelpon Andrea untuk menanyakan ruangan sang istri. "Mama." Diego menghampiri dan menyambut tangan sang ibu. "Istrimu di dalam sedang ditangani dokter dan teamnya. Doakan agar ia selamat," ucap Andrea. Diego berbalik menatap tajam pada sang keponakan yang tersenyum kecil menatapnya. "Paman … tadi aku–" "Tutup mulutmu!" Anggota keluarga yang lain terkejut saat mendengar Diego membentak Abelin. Andrea mengusap lengan sang putra. "Jangan memarahinya," ucap lembut Andrea. "Aku mau dengar kronologinya," kata Diego. Andrea menjelaskan sesuai yang ia tahu. Rahang Diego mengeras, ia yakin kalau di apel tersebut diberi racun oleh Abelin. "Apa kakek tahu masalah ini?" tanya Diego menatap Andrea. Ibunya mengangguk pelan. Dia terus menenangkan putranya. "Kau pasti sengaja, kan, Abelin?" tanya Diego penuh penekanan. "Aku tidak melakukan apa pun," bantah Abelin tenang. Kevin mengamati raut wajah gadis itu. Kondisi seperti ini

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 10 MNK : Keracunan

    Diego menutup kembali pintu kamarnya dan meminta Abelin untuk menunggu di depan pintu kamar. Diego menghampiri Alexa dan berucap, "Di depan kamar ada Abelin. Katanya ia ingin berkenalan denganmu. Kau handle dia, jangan sampai ia curiga. Jangan menjawab pertanyaannya jika itu seputar masalah pribadi kita. Kau paham Alexa?" Alexa mengangguk. Alexa dan Diego keluar kamar, mereka menemui Abelin yang duduk di kursi dengan memangku keranjang buah-buahan. "Halo, Bibi, selamat pagi." Abelin menyambut dengan tersenyum lembut. Matanya terus mengamati wanita itu. Wanita yang mencuri cinta sang Paman. Tubuh Abelin sedikit bergetar, ia terus menekan dan menyembunyikan amarahnya dengan baik. Alexa tersenyum dan duduk di sebelah Abelin. "Selamat pagi juga," sapanya lembut. Diego duduk tak jauh dari tempat sang istri. Ia akan mengamati sebelum berangkat bekerja. Sedangkan Abelin menawarkan buah-buahan untuk Alexa. 'Sepertinya tidak ada yang mencurigakan,' batin Diego. Dia mendekat pada sang

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 9 MNK : Senyum Yang Mengerikan

    Alexa tak ingin lagi belajar melukis. Dia hanya tersenyum kecil saat memikirkan lukisan yang indah, namun bertolak belakang dengan kehidupannya yang tak indah dan penuh derita. 'Semoga aku bisa bertahan di keluarga ini,' batin Alexa cemas. Selain Tuan Gerardo marah dan sepertinya menolak pernikahan mereka, sekarang ditambah lagi dengan keponakan dari suaminya. Alexa menghela napas panjang memikirkan hal apa lagi yang akan ia hadapi di rumah besar itu. "Aku akan pulang, kalian berhati-hatilah dan bersiap. Kemungkinan Abelin akan menyusahkan kalian nantinya," ucap Kevin. Dia mengambil langkah panjang dan segera memasuki mobilnya dan melaju meninggalkan pekarangan rumah besar keluarga Gerardo. Diego menatap lamat wajah sang istri. "Kau siap, kan?" Alexa mengangguk kecil. Mereka kembali ke dalam rumah, seakan tidak ada hal besar yang terjadi. Semua keluarga berkumpul untuk makan malam. Tuan Gerardo ditemani oleh Bibi Ramona memasuki ruang makan. Melihat anggota yang tak komplit, ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status