Mendadak Nikah Kontrak

Mendadak Nikah Kontrak

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-09
Oleh:  Liza Azhari On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
1.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Carlos Diego, memutuskan memilih Alexa Irene menjadi istrinya karena terdesak oleh Abelin, sang keponakan yang terobsesi padanya. Mampukah Alexa menghadapi Abelin dan menyembunyikan rahasia pernikahannya dengan Diego di hadapan keluarga besar Gerardo?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 MNK : Abelin yang agresif

Diam-diam Abelin memasuki kamar Carlos Diego, dia menatap pakaian yang tergeletak di atas kasur besar dengan headboard kayu yang berukir dan berwarna maroon. Dia berjalan perlahan sambil menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang tahu bahwa dia berada di kamar sang paman.

Senyumnya terbit menimbulkan lesung di kedua pipinya.

Matanya berbinar kala mendengar suara gemericik air di dalam ruangan sebelah kanan. Langkah kakinya membawanya menuju ruangan tersebut, dia berdiam diri, mendengarkan suara Diego yang bernyanyi. 

Diego menyanyi sambil menggosok tubuh atletisnya, dia menikmati pancuran shower. Dia matikan kran, lalu menyibak rambutnya dan menarik handuk putih dan melilitkannya pada bagian pinggang. 

"Mampus!" gumam Abelin yang hendak bersembunyi namun tubuhnya menabrak lemari dengan pilar kecil yang bertingkat, tempat menyimpan keperluan mandi.

"Siapa di sana?" teriak Diego. Dia menarik handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Bergegas keluar bilik kaca dan mencari sesuatu yang tak beres. Matanya memicing menatap botol sabun, sampo, dan botol lainnya yang berserak di lantai.

Langkah kakinya cepat memeriksa kamarnya. "Hei keluar! Siapa yang berani memasuki kamarku tanpa permisi?" erangnya kesal.

Abelin bersembunyi di dalam lemari, napasnya memburu, dia takut aksinya itu akan ketahuan.

"Sial4n!" 

Diego memilih meraih parfum dan menyemprotkannya ke seluruh tubuh. Dia pandangi tubuhnya dari pantulan cermin. Tubuh indah, wanita mana yang akan menolak. Namun, sampai umurnya menginjak 32 tahun dia tetap setia dengan status jomblonya.

Dering ponselnya membuyarkan aksi memuja dari dirinya. Dia raih ponsel yang ada di kasur dan segera menempelkan pada telinganya.

"Hallo Nex, ada apa, hm?"

Suara bariton yang cukup seksi terdengar di telinga, membuat Abelin menutup matanya dan tersenyum.

"Oke, baiklah. Tunggu aku setengah jam lagi." Diego memutus sambungan telepon tersebut dan berjalan ke arah lemari.

"Dimana kaos baruku?" gumam Diego nampak berpikir. Dia menutup satu pintu lalu membuka pintu sebelahnya. Lemari tersebut terlihat penuh dengan pakaian yang tersusun rapi. Dia meraih celana pendek selutut berbahan denim dan membuka laci, kemudian mengambil keperluan lainnya.

"Setengah jam lagi, cukup untukku menikmati segelas kopi susu dan roti panggang," ucapnya sambil mengenakan pakaiannya. 

Dia gantung handuk pada ring besi tergantung di tembok. Diego membuka lemari yang terdapat pakaian hem yang tergantung rapi. 

Dia terkejut melihat penampakan sepasang kaki jenjang dan mulus. "Siapa kau?" tanyanya sambil meraba dan menarik tubuh seseorang.

"Abelin!" pekik Diego. "Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanyanya dengan tatapan tajam.

"Aku ... ingin minta diajari melukis," jawabnya tertunduk.

Kenapa aku selalu jatuh dan jatuh pada sosok Diego. 

Abelin ratapi kedua kaki Diego.

"Aku belum punya waktu untukmu. Nanti saja dan sekarang keluarlah dari kamarku."

"Tapi … Paman harus memelukku dulu," ujar Abelin berterus-terang.

Kening Diego bertaut, sejurus kemudian dia tertawa terbahak-bahak. "Oke! Sekarang keluarlah, aku benar-benar sibuk," ucapnya tersenyum kecil.

Abelin tersenyum sumringah, dia berjalan menuju pintu. Bukannya keluar, dia malah mengunci pintu kamar Diego.

Diego fokus memilih hem, dia berencana untuk menghadiri acara pertemuan dengan sahabatnya di sebuah cafe yang jaraknya cukup jauh dari kota. Rencananya dia akan menginap dan memilih beberapa baju kaos untuk dibawa.

Tangan mulus dan mungil mulai memeluk Diego dari belakang.

"Kau, kenapa masih di sini?" ucap Diego yang terkejut dan lantas membalikkan tubuhnya. 

"Paman, aku sedang …." Abelin menatap wajah sang Paman. Menikmati pahatan indah di sana. Enggan sekali menyingkirkan diri. Tangannya menyentuh lengan Diego. 

"Ada apa lagi, Abelin?" Diego menangkap kedua tangan Abelin dan mencengkramnya dengan kuat.

"Paman, aku menyukaimu." Abelin menyentak tangannya dan mulai menyentuh rambut Diego. 

Melihat tatapan Abelin yang aneh, Diego mengernyit.

Napas Diego memburu, dadanya naik turun dengan amarah yang tertahan. "Apa kau sedang mabuk?" Dia menarik paksa tangan Abelin dan mendorong tubuh mungil itu menuju pintu.

Senyum Abelin semakin manis. "Katakan Paman, jika aku sangat dewasa di matamu, apakah kau mau makan malam denganku dan menerima cintaku?"

"Jangan gila! Reyna pasti akan memukulmu."

Terdengar tawa kecil dari bibir mungil dan seksi milik Abelin. "Oh, itu rupanya. Paman takut?"

"Abelin!" sentak Diego. Dia mencari kunci, namun tak menemukannya.

"Paman cari ini?" Abelin tersenyum kala mengangkat kunci tersebut.

Diego maju untuk meraih, namun gadis itu menyembunyikannya kembali ke belakang tubuh.

"Paman …." Seruan Abelin membuyarkan fokus Diego.

"Dengar Abelin, hentikan semua ini!" mohon Diego.

Abelin terlihat seperti ingin menggoda.

"Abelin sayang … kurasa kau mabuk lagi. Kenapa kau seperti ini? Ada sesuatu yang hendak kau ceritakan padaku?" bujuk Diego yang melepas tangan Abelin yang mengapit lengannya.

"Hei Abelin, liat aku!" Dia pegang kedua pipi Abelin mencoba menyadarkan keponakannya tersebut.

Abelin melerai tangan Diego dan berjalan ke sisi kasur. Dia menepuk perlahan kasur tersebut dan mengisyaratkan agar Diego duduk di sebelahnya.

"Oke, Paman. Tolong, cintai aku!"

Diego menatap sayu pada Abelin. "Sadarlah. Jangan minum terlalu banyak!" Dia tepuk perlahan kedua pipi Abelin yang memerah.

"Kenapa?" tanyanya lirih dengan menunduk.

"Kau masih kecil Abelin. Cinta apa yang kau bicarakan ini? Sudahlah lebih baik kau kembali ke kamarmu!"

"Tidak. Kenapa Paman mengatakan aku masih kecil? Usiaku 17 tahun dan sebentar lagi 18, apakah itu masih kecil di mata Paman?"

Diego mengangguk. Sedikit bingung menghadapi sifat manja dan agresif Abelin.

"Kalau begini, apakah masih kecil?" 

Kecupan di pipi, membuat Diego melebarkan matanya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
14 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status