Belum sempat hilang rasa terkejutnya setelah mendengar permintaan tulus dari pemuda yang sudah berulang kali mengungkapkan perasaannya itu, terdengar bunyi pintu terbuka. Dua wanita berbeda usia, berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang tak kalah terkejutnya.
“Ternyata benar yang Pevi bilang, apa kalian akan menikah?” ucap Meghan dengan raut penasaran. Bahkan baru kali ini dia melihat seorang laki-laki berada di kamar anak tirinya. “Apa anda mamanya Clay?” Kazuya yang pertama kali menyahut ucapan Meghan. Hanya sekali melihat pun dia paham akan sosok wanita paruh baya di hadapannya. Apalagi wanita muda tak tahu malu yang Kazuya ingat tak lain adalah adik dari Clay. Kedua wanita itu memiliki wajah yang hampir sama, hanya berbeda usia saja. Bisa dipastikan jika watak mereka pun sama. “Apa kamu lelaki yang akan menikahi, Clay? Siapa kamu? Dari mana asalmu?” ucap Meghan dengan tatapan menelisik. Wajah tampan dengan kulit putih bersih, namun penampilan Kazuya terlihat sedikit berantakan. Jaket kulit dipadukan dengan celana jeans robek di kedua lututnya. Bisa dipastikan jika pemuda itu berasal dari kalangan menengah ke bawah. Sebelum Kazuya menjawab, tangan Clay menyentuh pundak pemuda itu. Mengisyaratkan agar Kazuya diam, tak menjawab. “Ya, ma.. dia kekasihku. Calon suamiku! Kami akan menikah!” Clay terpaksa menjawab itu, karena merasa situasi yang sudah tak memungkinkan untuk dirinya berkata jujur. Entahlah, apa resiko yang nantinya harus Clay tanggung setelah melibatkan pemuda lain dalam permasalahan hidupnya. Yang terpenting saat ini, dirinya bisa terbebas dari keluarga toxic yang hanya mencari keuntungan atas harta peninggalan dari mendiang sang ayah. “Oh, baguslah. Itu artinya kau tak akan merepotkan kami lagi. Kapan kamu akan pergi dari rumah ini?” tanya Meghan tanpa rasa simpati sedikit pun. Meghan sudah mengetahui hubungan yang dijalani Pevita dengan kekasih anak tirinya itu. Bukannya marah atau melarang, justru dia yang paling bersemangat atas hubungan Pevita dan Rafael. Siapa sih, yang bisa menolak calon menantu kaya seperti Rafael? Seorang manajer keuangan di perusahaan yang cukup berkembang di kota itu. Tak ingin anak tirinya mendapatkan keberuntungan, oleh karena itu Meghan sendiri yang menyuruh Pevita untuk merebut Rafael dari sisi Clay. “Hari ini, aku akan pergi dari rumah hari ini!” tegas Clay seraya meraih koper dari atas ranjang. Dia sudah bersiap untuk meninggalkan rumah milik mendiang ayahnya. Meskipun terasa berat harus meninggalkan rumah semasa kecil yang begitu banyak menyimpan kenangan bersama kedua orang tuanya dulu. Namun tak ada lagi yang bisa dipertahankan sekarang. Tak ada yang mengerti, selain hanya dirinya sendiri. *** Kazuya kembali memacu kendaraannya meninggalkan rumah Clay. Sesekali dia melihat ke arah kaca spion untuk memastikan kondisi sang calon istri. Ya, setelah mendengar penuturan Clay, Kazuya semakin yakin untuk memiliki wanita itu seutuhnya. Bahkan sudah siap jika dirinya menikahi wanita yang berusia lima tahun di atasnya. “Sayang, kemana tujuan kita?” tanya Kazuya di tengah perjalanan. “Jangan kurang ajar Kazuya! Bersikaplah sopan dan jangan memanggilku dengan panggilan itu!” sentak Clay kembali ke mode awal. Ketus dan pemarah. “Dan aku calon suamimu, Clay! Masak aku gak boleh memanggilmu sayang?!” Kazuya tak merasa tersinggung. Bahkan setelah kejadian ini, dia sudah mulai memikirkan acara pernikahannya nanti. Mungkin setelah ini, dia akan menyampaikan maksudnya pada Martin, papanya. Suasana kembali hening, tak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut Clay. Membuat Kazuya penasaran akan kondisi wanita yang duduk di belakangnya. Lagi-lagi Clay menangis. Kazuya memang tak pernah merasa dikhianati. Namun entah mengapa ketika melihat wajah sedih Clay, membuatnya turut merasakan kesedihan itu? Tanpa bertanya lagi, Kazuya memutuskan untuk memacu motornya menuju apartemen milik keluarganya yang jarang ditempati. Lamunan Clay buyar tatkala laju motor berhenti di sebuah parkiran. Melihat penampakan gedung mewah menjulang tinggi dan kokoh, seperti sebuah hotel. Bukan! Lebih tepatnya hunian mewah untuk kalangan menengah ke atas. “Kaz, dimana kita?” tanya Clay tanpa bisa menahan rasa penasarannya. “Apartemen, untuk sementara kamu bisa tinggal di sini.” Kazuya bergegas meraih koper dari pangkuan sang wanita lalu membantunya turun dari motor. “Ta-tapi aku gak bisa..” “Hari sudah semakin malam, gak mungkin nyari kontrakan di jam segini.” Memang benar apa yang dikatakan pemuda itu. Dengan keuangan terbatas yang tersisa di rekening tabungannya, tak memungkinkan untuknya bisa menyewa sebuah rumah kontrakan. Apalagi harga kontrakan di ibu kota terbilang cukup mahal. Itu yang membuat Clay akhirnya setuju. Mengandalkan penghasilan dengan menjadi asisten dosen, hanya bisa mencukupi kebutuhan makan sehari-hari dan ongkos pulang pergi. Gaji tambahan yang didapat dari Martin sebagai bayaran telah menjadi pembimbing Kazuya, bahkan Clay tak bisa menikmatinya. Karena dipergunakan untuk membayar tagihan listrik dan air di rumahnya. Bola mata Clay terbelalak kala melihat ruangan mewah yang berada di lantai teratas. Unit apartemen elit yang menyediakan berbagai fasilitas mewah juga berbagai ruangan yang sangat luas. Bahkan luas rumah ayahnya tak seluas apartemen ini. “Kaz, apa apartemen ini milik tuan Martin?” tanya Clay seraya memindai pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. “Hum, bisa dibilang gitu. Tapi ini apartemen milikku, hadiah dari papa saat ulang tahunku ke tujuh belas.” Astaga, Clay tidak menyangka pemuda di hadapannya ini adalah seorang anak Sultan yang memiliki kekayaan tak terbilang jumlahnya. Padahal kediaman Martin sudah menjadi hunian paling mewah yang pernah Clay lihat seumur hidupnya. “Di sini ada dua kamar. Kamu bisa pilih satu kamar yang kamu mau,” ucap Kazuya menyentak atensi Clay. Wanita itu memutar tubuhnya, menghadap ke arah pemuda jangkung itu. “Terserah yang mana saja. Kamu saja yang pilihin!” Setelah menaruh barang-barang bawaan ke dalam salah satu kamar, Kazuya kembali menghampiri Clay yang tengah berdiri di teras balkon. Angin malam berhembus, mengibarkan helaian rambut panjang milik Clay. Rasa sakit tak sepenuhnya hilang, bahkan bayangan akan mantan kekasihnya yang sedang menggauli adik tirinya sendiri, masih terlihat jelas di pikirannya. Clay kembali menyesal akan tindakannya tadi. Andai saja Clay tak membuka pintu kamar adik tirinya, maka dia tak akan melihat pemandangan menyakitkan itu. Harapan dan keinginan untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersama sang kekasih, kini pupus sudah. Menyisakan rasa sakit yang entah sampai kapan akan berhenti menyiksanya. Lamunan Clay buyar, tatkala menyadari kehadiran Kazuya di sisinya. “Apa kamu masih mikirin dia?” tanya Kazuya menghapus keheningan. Clay menoleh pada pemuda yang berdiri menunduk dengan kedua tangan bertumpu di pagar besi. Pemuda tampan yang begitu baik meski terkadang membuatnya merasa was-was. Jujur, baru kali ini Clay diperlakukan seistimewa ini semenjak kepergian ayahnya. Berkali-kali mendengar ungkapan cinta dan ajakan untuk menikah, semakin meyakinkan Clay jika Kazuya memiliki perasaan yang tulus. Namun haruskah dia menerima cinta dari Kazuya, sedangkan perbedaan usia juga status sosial mereka yang sangat berbeda? Kazuya berasal dari keluarga kaya raya, sementara dirinya hanyalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang hanya mengandalkan beasiswa? “Maafkan aku sudah melibatkanmu dalam permasalahan ini. Tak seharusnya kamu terlibat, Kaz. Aku tak menyangka semua akan berakhir seperti ini,” ucap Clay dengan wajah sendu. Menarik nafas dalam-dalam seraya memejamkan mata sejenak sebelum kembali berucap, “mulai besok aku akan pergi dari sini, gak enak jika harus merepotkanmu.” “Tetaplah di sini, Clay! Kamu calon istriku! Mulai detik ini, kita harus tinggal bersama. Apa kamu gak ingin membalas perlakuan mantan kekasihmu, adikmu juga ibumu yang jahat itu? Aku bisa membantumu, hanya dengan satu syarat..” Kazuya sengaja menjeda ucapannya, hendak melihat respon dari wanita di sisinya. Clay menatap balik Kazuya dengan kedua alis saling bertaut. Dia sadar bahwa semua yang terucap saat berada di rumahnya, hanyalah sebuah sandiwara. Namun mengapa justru pemuda itu menanggapinya serius? Saat tak mendengar jawaban dari bibir wanita itu, Kazuya memberanikan diri untuk meraih kedua tangan Clay. “Syaratnya kita menikah! Ayo kita nikah, Clay! Aku berjanji akan membahagiakanmu!” ucap Kazuya dalam satu tarikan nafas. ***“M-mas Rafael?” Clay segera menepis tangan itu dari tubuhnya. Seketika rasa jijik menyelimuti hati Clay. Rafael Jester, dulu menjadi sosok pria sempurna yang begitu dicintai dan sangat Clay kagumi, namun kini justru sosok pemuda itu terlihat sangat mengganggu. Tangan yang dulunya menjadi tempat ternyaman untuk Clay genggam, kini terlihat sangat menjijikkan. “Apa kabar, Clay? Sendirian?” Rafael mengedarkan pandangan ke seluruh sudut bus. Mencari keberadaan pemuda yang telah dinikahi oleh mantan kekasihnya ini. Meskipun Rafael hanya mengingat samar wajah dari pemuda itu, namun dia hanya ingin memastikan keberadaannya. Clay sengaja tak menjawab, melangkah maju untuk memberi jarak. “Apa setelah menikah, suamimu itu tak bisa memberikan kehidupan yang layak?” sindir Rafael yang masih merasa ingin tahu dengan kehidupan mantan kekasihnya itu. “Dia tidak seperti apa yang kamu pikirkan!” jawab Clay dengan nada ketus. “Oh, ya? Lalu apa yang sebenarnya, katakan! Aku hanya ingin membantu, ji
‘Plaaakkk!!’ Tangan kanan Clay mendarat di pipi Kazuya. Membuat pipi kiri pemuda itu memerah. Rasa perih akibat tamparan yang cukup keras, tak membuat Kazuya terpancing amarah. Justru mengulas senyum tipis dan mengabaikan rasa sakit itu. “Kita memang sudah menikah. Tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya melakukan hal di luar dari keinginanku!” elak Clay seraya mengusap permukaan bibir dengan punggung tangannya lalu membuang pandangannya ke samping. Suasana mendadak hening. Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Kazuya. Bahkan pemuda itu tak juga berpindah posisi. Mengungkung sang istri dengan meletakkan kedua tangan di sisi tubuh Clay. Dalam posisi sedekat ini, Clay bisa merasakan hembusan nafas Kazuya dengan aroma alkohol yang begitu kental. Sontak kembali mengalihkan tatapannya ke arah pemuda itu. “Apa kau minum alkohol?” Pertanyaan yang tak memerlukan jawaban, namun Clay hanya ingin memastikan. Kazuya tak menjawab, justru semakin intens memandang wajah cantik sang istri denga
Didesak oleh pertanyaan-pertanyaan dari Meghan juga Rafael, pada akhirnya Clay memilih menikahi Kazuya. Pemuda yang sudah membantunya terlepas dari keluarga toxic. Pernikahan dilangsungkan di catatan sipil setelah melangsungkan pemberkatan nikah di sebuah gereja kecil. Itu semua sesuai dengan permintaan Clay yang tak menginginkan resepsi besar-besaran. Pernikahan rahasia yang harus dilakukan serapat mungkin, agar pihak kampus maupun rekannya yang lain tidak mengetahui jika dirinya telah menikah dengan berondong. Awalnya Martin bersikeras menolak keinginan putranya, namun terpaksa dia menyetujuinya hanya agar Kazuya bisa lebih bersemangat dalam belajar. Karena nantinya Kazuya yang akan menggantikan posisi Martin sekarang. Putranya itu harus dididik secara intensif, sebelum nantinya menjadi pemimpin Mrtz Corporation yang kompeten. Dan Martin yakin jika Clay adalah orang yang tepat untuk dimanfaatkan. Meskipun awalnya ragu karena melihat perbedaan usia yang dimiliki putra dan me
Belum sempat hilang rasa terkejutnya setelah mendengar permintaan tulus dari pemuda yang sudah berulang kali mengungkapkan perasaannya itu, terdengar bunyi pintu terbuka. Dua wanita berbeda usia, berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang tak kalah terkejutnya. “Ternyata benar yang Pevi bilang, apa kalian akan menikah?” ucap Meghan dengan raut penasaran. Bahkan baru kali ini dia melihat seorang laki-laki berada di kamar anak tirinya. “Apa anda mamanya Clay?” Kazuya yang pertama kali menyahut ucapan Meghan. Hanya sekali melihat pun dia paham akan sosok wanita paruh baya di hadapannya. Apalagi wanita muda tak tahu malu yang Kazuya ingat tak lain adalah adik dari Clay. Kedua wanita itu memiliki wajah yang hampir sama, hanya berbeda usia saja. Bisa dipastikan jika watak mereka pun sama. “Apa kamu lelaki yang akan menikahi, Clay? Siapa kamu? Dari mana asalmu?” ucap Meghan dengan tatapan menelisik. Wajah tampan dengan kulit putih bersih, namun penampilan Kazuya terlihat sedikit
“Aku mau kita akhiri hubungan ini!” tegas Clay yang berusaha menahan diri agar tidak menangis. Menghadapi kenyataan pahit jika kekasihnya justru menjalin hubungan gelap dengan wanita lain, membuat hatinya hancur. Sangat hancur! “Ok, gak masalah! Sebenarnya sudah lama juga aku ingin putus!” jawab Rafael tanpa rasa bersalah sedikitpun. Matanya menatap pada wanita yang sudah dua tahun ini menjadi kekasihnya, lalu beralih pada pemuda jangkung yang berdiri di belakang Clay. Mendengar jawaban Rafael, semakin membuat jantung Clay terkoyak, dadanya terasa sesak. Bahkan pria itu tak merasa bersalah sedikitpun telah menjalin hubungan dengan adik tirinya sendiri. Tatapan Clay beralih pada wanita berusia dua puluh tahun yang duduk di depannya. “Pevi, apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu? Apa salahku sama kamu, hingga kamu tega mengambil pacar kakakmu ini, hah?!” Amarah Clay semakin memuncak ketika melihat adiknya itu justru bersikap santai. Bahkan sengaja menggulung rambut panjangnya
“Ayo naik!” perintah Kazuya setelah menepikan motor sportnya di sisi jalan, tak jauh dari keberadaan Clay yang terlihat berjalan tergesa-gesa. “Tidak perlu! Aku bisa naik ojek. Kamu pulang saja!” pinta Clay kembali memacu langkah melewati Kazuya dan motornya. Namun lagi-lagi pemuda itu menahan langkahnya dengan cara mencekal pergelangan tangan Clay. “Lepaskan tanganku, Kaz!” tegas Clay dengan sorot mata tajam, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Kazuya. “Seingat aku, tadi kamu bilang mau kenalin aku ke calon suamimu. Dan aku mau dikenalin nya sekarang!” “Ta-tapi..” “Sudahlah Clay, ayo naik! Keburu malam nanti!” perintah Kazuya kembali. Dia seakan lupa dengan status Clay sebagai pembimbing belajar yang harus disegani. Clay melihat pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir jam enam sore. Dia pun belum sempat memesan ojek online. Jika harus mencari taksi, maka membutuhkan waktu cukup lama untuk mencapai jalan raya utama. Pandangan Clay berali