Share

Bab 6 : Surat Perjanjian

Author: Linda Malik
last update Last Updated: 2025-06-03 23:11:04

‘Plaaakkk!!’

Tangan kanan Clay mendarat di pipi Kazuya. Membuat pipi kiri pemuda itu memerah.

Rasa perih akibat tamparan yang cukup keras, tak membuat Kazuya terpancing amarah. Justru mengulas senyum tipis dan mengabaikan rasa sakit itu.

“Kita memang sudah menikah. Tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya melakukan hal di luar dari keinginanku!” elak Clay seraya mengusap permukaan bibir dengan punggung tangannya lalu membuang pandangannya ke samping.

Suasana mendadak hening. Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Kazuya. Bahkan pemuda itu tak juga berpindah posisi. Mengungkung sang istri dengan meletakkan kedua tangan di sisi tubuh Clay.

Dalam posisi sedekat ini, Clay bisa merasakan hembusan nafas Kazuya dengan aroma alkohol yang begitu kental. Sontak kembali mengalihkan tatapannya ke arah pemuda itu.

“Apa kau minum alkohol?” Pertanyaan yang tak memerlukan jawaban, namun Clay hanya ingin memastikan.

Kazuya tak menjawab, justru semakin intens memandang wajah cantik sang istri dengan tatapan kagum.

“Cantik..” gumamnya seraya mengusap lembut pipi Clay. Namun lagi-lagi hanya mendapatkan penolakan.

Dengan sekuat tenaga Clay mendorong dada pemuda itu hingga terjungkal di sisi ranjang.

Clay bergegas melangkah ke arah pintu yang masih dalam kondisi setengah terbuka.

“Keluar dari kamar ini, sekarang!” tegas Clay dengan intonasi tinggi sembari melebarkan daun pintu.

Bukannya menuruti keinginan sang istri, Kazuya justru memposisikan dirinya tidur terlentang.

“Kita sudah resmi menikah, gak ada salahnya kita tidur satu kamar, kan?” ucap Kazuya sekilas menatap ke arah pintu, sebelum akhirnya memejamkan mata.

Clay menghela nafas panjang. Rasa lelah membuatnya tak ingin larut dalam perdebatan. Wanita itu tahu bagaimana sifat Kazuya yang sulit untuk diatur.

Tak ingin menuruti permintaan Kazuya, akhirnya Clay memutuskan untuk keluar kamar seraya menenteng tas hitam berisi laptop miliknya.

“Mau kemana, sayang?” Mendengar pertanyaan Kazuya membuat langkah Clay terhenti.

“Jika kamu ingin tidur di sini, aku akan tidur di luar,” jawab Clay tanpa menoleh ke belakang, sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkahnya keluar kamar.

“Sial! Gimana nasib Joni gue?” gerutu Kazuya kesal seraya membuang bantal ke sembarang arah.

***

“Sebelum sarapan, kamu harus tanda tangani ini!” Clay menyodorkan beberapa lembar kertas ke hadapan sang suami.

Mulut Kazuya yang sudah terbuka lebar siap untuk menikmati nasi goreng buatan istri tercinta, sontak kembali terkatup. Kedua alisnya bertaut, memandang kertas juga wajah Clay secara bergantian.

“Apa ini?”

“Surat perjanjian nikah. Aku beri kamu waktu sepuluh menit untuk membacanya.” Clay meletakkan lembaran kertas di hadapan Kazuya setelah menggeser piring di hadapannya.

“Maksudnya? Aku gak ngerti! Bukankah kita sudah saling mengikat janji pernikahan kemarin, lalu ini?” Raut wajah Kazuya tampak bingung. Kepalanya mendadak pening, ketika matanya melihat tulisan-tulisan yang begitu banyak.

Clay menghela nafas singkat sebelum menjawab, “makanya baca dulu, biar kamu paham! Setelah itu tanda tangani!”

“Bagaimana kalau aku gak setuju?” Kazuya mengalihkan pandangannya pada sang istri. Sekilas dia telah membaca poin pertama yang berisi tentang merahasiakan status pernikahan mereka dari rekan-rekan di kampus juga orang-orang di luaran sana.

“Kamu harus setuju, ini demi kebaikan kita berdua,” ucap Clay seraya melangkah menuju kitchen set. Mengambil dua gelas dan mengisinya dengan air putih.

“Kebaikan kita? Apa kamu malu memiliki suami seperti aku?”

Clay terdiam sejenak, memikirkan jawaban yang bisa membuat suaminya itu paham akan maksudnya.

Setelah mengisi gelas dengan air minum, Clay melangkah kembali menuju meja makan. Menaruh satu gelas di samping piring milik Kazuya, lalu kembali duduk.

“Bukan seperti itu. Aku hanya tak ingin..”

“Punya suami lebih muda?” pungkas Kazuya sebelum Clay menyelesaikan ucapannya. “Ayolah, sayang! Jangan seperti itu. Usia hanyalah angka, tidak ada yang salah dengan pernikahan ini.”

“Apa kau tidak merasa malu memiliki istri yang usianya lebih tua?”

“Buat apa malu? Banyak kok artis-artis yang menjalani pernikahan dengan perbedaan usia seperti kita, tapi tetap langgeng,” bantah Kazuya seraya mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap serius. “Tujuanku sudah aku dapat, kini hanya tinggal membuatmu jatuh cinta padaku!”

Clay terdiam untuk beberapa saat. Memikirkan cara agar Kazuya mau menandatangi surat perjanjian yang telah dia ketik selama semalaman.

“Jika kamu ingin aku belajar mencintaimu, maka buat aku bahagia dengan bersedia menandatangi surat perjanjian ini!” tegas Clay lalu segera memutuskan kontak mata. Mengambil sendok dan mulai menikmati sarapannya.

“Baiklah, beri aku waktu untuk berpikir.” Kazuya mengambil lembaran kertas, lalu menggantinya dengan piring miliknya.

Menikmati menu sarapan sederhana yang dibuat oleh tangan istri tercinta, tentu menjadi awal yang baik dalam perjalanan cinta mereka.

Sesuai dengan dugaannya, masakan sang istri sangatlah enak. Kazuya menghabiskannya dalam waktu singkat.

“Udah cantik, jago masak lagi! Memang bener, gue gak salah pilih istri,” gumam Kazuya dengan suara kecil, namun masih bisa tertangkap di pendengaran Clay.

Sebuah pujian yang jarang dia dapatkan dari Rafael dulu. Meski tak jarang Clay membuatkan sarapan untuk Rafael dulu ketika hubungan mereka terjalin hangat.

Mencintai sendirian itu melelahkan. Kenapa Clay terlambat menyadarinya?

Rafael yang selalu dia banggakan di depan teman-temannya, namun tak pernah dia mendapatkan perlakuan serupa dari mantan kekasihnya itu.

Saat tenggelam dalam pikirannya sendiri, Clay tak menyadari jika Kazuya telah berdiri di belakangnya.

“Sayang, kok melamun? Gak dihabisin makannya?”

Clay terkesiap, segera menoleh ke sumber suara. Namun saat hendak memutar wajahnya, justru Kazuya mendaratkan sebuah ciuman singkat di pipinya.

Bola mata Clay melebar sempurna. Bersiap untuk memaki, namun mendadak lidahnya kelu.

“Gak perlu mikirin dia lagi. Cukup pikirkan aku saja!”

Astaga, mengapa suaminya itu bisa menebak apa yang ada di pikiran Clay saat ini? Apa raut wajahnya sangat terlihat?

“Jangan sok tahu! Aku cuma mikirin materi diskusi untuk kelas hari ini,” elak Clay seraya menggeser posisinya sedikit menjauh.

“Percayalah, aku gak bakal ngelakuin hal yang sama dengan apa yang mantanmu itu lakuin.”

“Sudahlah, Kaz. Gak perlu dibahas!”

Clay beranjak dari posisinya. Mengumpulkan peralatan makan, hendak membawanya ke dapur.

Namun sebelum meninggalkan meja makan, Clay kembali berucap, “segera tandatangani surat perjanjian itu!”

Seperti kerbau dicocok hidungnya, Kazuya segera menandatangani surat perjanjian itu tanpa terlebih dulu membaca isi di dalamnya.

Kini mereka telah berada di lantai bawah, hendak berangkat ke kampus. Kazuya meminta sang istri untuk pergi bersamaan, namun dengan tegas Clay menolak.

“Ingat poin ke tujuh, jangan terlihat bersama ketika berada di luar.”

“Hah? Memangnya ada poin itu?” tanya Kazuya dengan raut wajah tak terima.

Hubungan apa ini? Jika berada di luar tidak diperbolehkan bersamaan? Bahkan setelah kejadian semalam, Kazuya sudah bisa menerima. Dia akan menunggu hingga Clay siap.

“Makanya sebelum tanda tangan, baca dulu!” Clay kembali melangkah, bahkan mengabaikan panggilan dari sang suami yang sudah bersiap di atas motor sportnya.

Tepat ketika langkahnya tiba di sisi jalan besar, sebuah busway berhenti. Clay bergegas memasuki bus.

Keadaan bus yang sarat akan penumpang, membuat Clay harus berdiri. Menopang tubuhnya dengan satu tangan yang memegang gantungan berwarna kuning.

Baru beberapa meter berjalan, tiba-tiba bus berhenti mendadak. Membuat Clay hampir jatuh.

Sebuah lengan mencengkeram pinggangnya begitu erat. Clay terkesiap, dan siap memaki orang kurang ajar yang berani memegang tubuhnya sembarangan.

Namun saat matanya menangkap sosok pemilik tangan itu, matanya membeliak. Tak menyangka akan bertemu dengan lelaki yang ingin dia hindari, di waktu yang tidak tepat.

***

Linda Malik

Selamat malam 🤍 Terima kasih yang sudah mampir ke karya ini. Jika kalian suka, bisa tulis komentar kalian serta dukung karya ini 🫶

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 96

    “Papa..” panggil Kazuya lirih hampir tak terdengar. Melihat kembali wajah pria yang selama ini dianggap ayahnya, cukup membuat hatinya mencelos.Di sisi lain, Martin tampak mematung untuk sesaat. Namun dalam hitungan detik raut wajahnya kembali dingin, segera mengalihkan pandangannya ke depan.“Maaf nyonya Helena, Tuan Martin,” sapa sang kepala gudang seraya menunduk hormat. “Maaf kami mengganggu waktu anda, saya hanya..”“Gery, duduklah! Ajak Kazuya masuk dan.. tutup pintunya!” perintah Helena yang langsung dituruti oleh kepala gudang.Kini Kazuya terjebak dalam situasi yang tak diinginkan. Dari awal ingin menghindar, namun justru orang yang dihindari telah muncul di hadapannya.Kazuya duduk di sofa memanjang di sudut ruangan, sementara Martin duduk di kursi depan meja kerja Helena, dengan Bastian yang berdiri di belakangnya.“Maaf obrolan kita terjeda Tuan Martin,” ucap Helena kembali duduk di kursi. Tangannya mulai bergerak di atas papan keyboard. “Sejak tiga bulan terakhir, produk

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 95

    “Maaf Nyonya Helena, saya rasa itu tidak mungkin. Saya tahu betul seperti apa suami saya. Dia tidak mungkin..”“Kau pikir suamimu itu lurus-lurus aja?” Helena memotong ucapan Clay, tersenyum remeh. “Sudahlah, kita itu harus hidup sesuai realita. Tak ada lelaki jujur di dunia ini, kita harus terima itu.”Clay mengulas senyum tipis, berusaha menunjukkan sikap setenang mungkin meski dadanya berdebar tak menentu. Meski hatinya berusaha menyangkal ucapan Helena tidaklah benar, namun tetap saja pikiran negatif kembali meracuni.“Saya tetap percaya sama suami saya. Kebetulan anda datang kemari, saya bermaksud ingin mengembalikan paket yang anda kirim tadi pagi,” ucap Clay seraya melangkah menuju pintu kamarnya.Namun saat hendak meraih gagang pintu, Helena kembali memanggilnya.“Hei tunggu!” Helena melangkah menghampiri. “Maksud kedatanganku kali ini ingin memberi tawaran kerja untuk suamimu. Tentunya dengan gaji yang lebih besar.”Clay terdiam untuk sesaat, sebelum akhirnya memutar tubuhnya

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 94

    “Apa maksudmu?” Kazuya menatap balik wanita yang sudah berdiri di sisinya. Suaranya datar, tapi menusuk.“Paket yang aku kirim tadi pagi. Itu untukmu,” jawab Helena mengulas senyum menggoda. Melangkah lebih dekat agar Kazuya bisa melihat dengan jelas pesonanya yang memikat.Blouse warna merah muda yang dia kenakan, sengaja dibiarkan terbuka di bagian atas agar pria itu bisa melihat bongkahan ranum miliknya. Helena yakin, tak ada satu pria pun yang bisa menahan godaan ini. Helena menahan nafas saat tatapan Kazuya tertuju padanya. Sengaja menggigit bibir bawahnya untuk menambah kesan seksi menggoda.Namun harapan itu pupus ketika Kazuya memilih untuk tidak menanggapi. Memalingkan wajah dan kembali fokus pada pekerjaannya.Helena mendesah kesal, senyum sedikit memudar dari bibirnya.“Kazuya..” panggilnya, namun pria itu tetap diam tak merespon.Kazuya membungkukkan tubuh, setengah berjongkok. Hendak meraih dus yang telah ditutup rapi, bersiap untuk membawanya ke dalam mobil box. Namun t

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 93

    Clay tersentak mendengar suara Kazuya di balik pintu. Buru-buru menyembunyikan kotak paket itu di belakang tubuhnya. Lalu segera memutar tubuh menghadap pintu yang bergerak terbuka.Sosok sang suami muncul dengan wajah yang terlihat masih setengah mengantuk.“Kamu lagi apa sih?” tanya Kazuya seraya melihat suasana di luar. Langit masih belum terang. Udara pagi yang dingin, juga kicauan burung menandakan jika hari masih terlalu pagi.Clay menelan ludah, menggigit bibir bawahnya. Merapatkan kotak paket di belakang tubuhnya, berharap suaminya itu tak melihat.“Ti-tidak, aku hanya ingin ke warung depan,” jawab Clay sedikit terbata.“Ini masih terlalu pagi. Kamu lapar?” tanya Kazuya menebak.Clay mengangguk pelan.“Biar aku yang ke warung depan. Kamu tunggu di kamar,” ujar Kazuya seraya meraih pundak sang istri dan menuntunnya masuk ke kamar.Kazuya meminta istrinya untuk kembali berbaring di kasur, namun Clay menolak, memilih untuk duduk.Kazuya seraya merendahkan tubuhnya, bersimpuh di l

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 92

    “Kita masuk dulu!” Kazuya meraih pundak sang istri, menuntunnya untuk duduk di tepi ranjang.Tatapan Clay mengikuti pergerakan suaminya. Bibirnya tertutup rapat, namun raut wajahnya seolah menunggu penjelasan sang suami.Setelah menutup pintu kamar, Kazuya bergegas menghampiri sang istri. Duduk bersimpuh di depan Clay.“Tadi sebelum pulang, aku di panggil Helena. Atasanku, ingat?” ujar Kazuya memulai penjelasan. Kedua tangannya menggenggam erat tangan sang istri yang terkulai di atas paha.Clay terdiam tak menjawab, namun tetap mendengar. Dadanya bergemuruh hebat. Jika memang benar atasan suaminya yang berbuat, lalu mengapa dia melakukannya?Masih melekat jelas dalam ingatannya, pertemuan tak sengaja dengan wanita yang menjadi pemilik pabrik tempat suaminya bekerja. Sikap ramah Helena tak memercikkan sedikitpun kecurigaan di hati Clay. Dia tahu, wanita matang seumuran Helena tak mungkin memiliki ketertarikan pada pemuda yang usianya jauh lebih muda darinya.Kazuya menghela nafas singk

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 91

    “Aku rasa anda sudah tahu jawabannya.” Setelah menjawab, Kazuya bergegas memacu langkah meninggalkan Helena yang dilanda rasa kecewa.Helena tertegun di tempat, melihat tubuh Kazuya yang menghilang di balik pintu. Senyum manis yang tadinya menghiasi bibirnya, mendadak sirna. “Apa mereka sudah mengenal sebelumnya? Tapi siapa sih Kazuya itu? Aku lihat dia bukan orang sembarangan.”“Kayaknya Bu Helena menyukai karyawan baru itu.”“Sst.. jangan keras-keras! Nanti kedengeran!”Bisik-bisik mulai terdengar dari para pekerja. Perlahan Helena menoleh ke belakang, sontak suara-suara itu mendadak berhenti. Tatapan tajam Helena, membuat semua para pekerja kembali menunduk. Pura-pura sibuk dengan makanan mereka. Helena menghela nafas panjang, mengalihkan pandangannya ke arah pintu lalu melangkah keluar area gudang. Ada kilatan emosi di matanya. Rasa tidak terima, marah, dan gengsi yang bercampur aduk.**Kini Helena duduk di balik meja kerjanya. Jemarinya mengetuk pelan permukaan meja. Layar lap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status