Share

MD5. Bantet dan Bontot

Penulis: Cheezyweeze
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-01 19:03:26

Menikah karena ketidaksengajaan masih membuat Jin dan Yola canggung. Mereka harus beradaptasi antara satu dengan yang lainnya. Karena sebelumnya, mereka sama sekali tidak saling mengenal. Bertemu pun dengan cara tidak sengaja dan melalui banyak drama. Bertemu hari itu juga dan langsung menikah.

Belum genap sehari tinggal di rumah Jin si "pinky boy" alias kang wor wet hensem, Yola sudah mulai ketularan aneh. Apalagi kedua adik Herjinot yang benar-benar gesrek. Si Jimmy gesreknya tidak ketulungan. Sedang si Juki adik Jin yang paling bontot lumayan lah agak normal walaupun dia juga rada-rada aneh. Yang benar-benar normal adalah Bibi Im pelayan sepuh di situ.

Herjinot tidur telentang di samping istrinya, Yola.

"Siapa laki-laki tadi?" tanya Jin.

"Hah? Laki-laki yang mana?" Yola balik bertanya.

"Laki-laki itu loh," balas Jin sambil memajukan bibirnya beberapa senti.

"Kalau bicara itu tidak usah setengah-setengah, muter-muter seperti kitiran alias kipas angin bikin pusing tahu." Yola melempar bantal ke muka Jin

"Hais ... main lempar-lempar bantal. Wajar kan kalau aku tanya, aku ini suamimu, Saodah," cicit Jin kesel.

"Saodah ... Saodah ... enak sekali kau manggil nama orang seenak jidatmu yang lebar itu. Namaku Yola. Yola Asmara, jelas." Yola bangkit dari ranjang.

"Mau ke mana kau?" tanya Jin menarik tangan Yola hingga tubuh Yola jatuh lagi ke ranjang.

"Apa-apaan sih? Jangan main tarik tangan orang seenaknya." Yola bangkit lagi dari ranjangnya.

"Orang kalau disuruh menemani suaminya tiduk harus mau, pamali. Mau jadi istri durhaka, ya?" Herjinot ngedumel.

"Tidur? Masih sore kali, Jamaludin." Tangan Yola menunjuk jam yang menempel di dinding.

"Kau juga asal manggil nama orang seenaknya. Namaku Herjinot Adiwangsa bukan Jamaludin," balasnya kesal.

"Kau sendiri yang duluan manggil nama orang sembarangan. Sana keluar dari kamar. Kau membuat kamar menjadi sumpek." Yola mendorong Jin ke luar dari kamar.

"Eh, ini kan kamarku, kenapa kau malah mengusirku," protes Jin.

"Aku mau ganti baju," ucap Yola.

"Memangnya kau datang ke sini bawa baju?" tanya Jin.

"Eh?" Yola bengong. "Aku pinjam bajumu dulu ya," imbuhnya.

"Enak saja. Bajuku mahal-mahal," protes Jin.

"Pelit amat sih sama istri sendiri. Amat saja tidak pelit sama orang lain," sindir Yola.

Hais ... siapa lagi itu yang namanya Amat?" Jin menjitak kepala Yola.

"Aauw ...." Yola membalas memukul lengan Jin.

Plaaakk!!

"Berani sekali kau memukul suamimu ini. Aku tidak jadi meminjami baju," ujar Jin.

"Eh ... jangan. Nanti jika aku tidak ganti baju terus gatal-gatal bagaimana?" Yola mengelus-elus lengan Jin.

"Pakai baju ini." Jin menyodorkan baju warna putih.

"Aku pinjam celana dalam juga," lanjut Yola.

"Pakai yang ini saja!" Jin mengambil semvak warna pink. Yola melirik Jin dengan lirikan dongkol. "Kenapa kau melirik ku?" Jin memandang dengan heran.

"Aku tidak mau pakai ini!" protes Yola lagi dan dia melemparkan semvak itu kembali ke arah Jin.

"Kalau kau tidak mau memakai semvak ini, ya sudah tidak usah memakai celana dalam biar inyis. Biar nanti malam aku tidak susah payah untuk melepaskan celana dala. Biar aku bisa langsung masukin anaconda ku." Jin tersenyum nakal memancing muka savage sang istri.

"Hiiss ... sini berikan padaku!" Yola merebut semvak warna pink dari tangan Jin. "Ada beha tidak?" tanya Yola lagi.

"Kau ini aneh. Aku ini pria, mana ada pria memakai beha!" Jin mulai sewot.

"Masa aku tidak memakai beha, mana bajunya warna putih lagi," keluh Yola merentangkan semvak warna merah muda.

"Baguslah. Lebih baik gunung kembar mu itu tidak usah memakai beha biar gemandul." Jin tersenyum smirk.

"Dasar mesum. Punya suami kenapa otaknya ngeres seperti ini sih. Jika gunung Bromo ku tidak memakai kacamata terus jika aku turun ke lantai bawah, adik-adikmu melihatnya bagaimana coba?" Yola melirik Jin.

"Enak saja, aku sleding mereka berdua nanti." Jin terdiam. "Terus bagaimana?" lanjutnya bertanya.

"Sana pergi ke pasar. Kau harus membelikan ku celana dalam dan beha,"perintah Yola menyuruh kang wor wer hensem pergi ke pasar.

"Enak saja kau menyuruhku pergi ke pasar, nanti jatuh reputasi ku sebagai pria ter-wor wet hensem!" tegas Jin.

"Ah ... sabodoh teuing! Terserah kau mau beli di mana. Jika kau ingin anaconda mu masuk sarang, kau harus menuruti kata-kataku. Jika tidak mau, nanti malam tidak akan aku kasih jatah anaconda mu itu!" ancam Yola.

"Eh, iya ... iya. Aku pergi ke pasar sekarang." Jin mengerucutkan bibirnya. "Awas saja jika nanti malam kau mengulur-ulur waktu lagi," ancam Jin balik.

💘💘💘

Di lantai bawah, Jimmy dan Juki sedang asyik main ular tangga.

"Kak Jin di mana?" tanya si bontot.

"Sepertinya ada di kamar. Mungkin sedang berduaan dengan istrinya. Istrinya Kak Jin cantik." Jimmy menjawab pertanyaan Juki.

"Istri? Memangnya kapan Kak Jin menikah? Kok aku tidak tahu sama sekali?" tanya Juki lagi.

"Ah ... kau ini banyak tanya. Aku pun baru tahu tadi siang." Jimmy mulai bermain curang.

"Hei ... kau main curang!" protes Juki.

"Enak saja. Siapa yang curang?" Jimmy tidak mau mengalah.

"Kau ini harusnya mengalah sama adikmu yang paling bontot ini." Juki mulai panas.

"Enak saja. Kau yang harus mengalah, aku kan yang paling bantet," imbuh Jimmy.

"Bantet kok bangga." Juki merebut dadu dari tangan Jimmy.

"Bantet ... bantet begini, kita lahir dari perut emak yang sama," balas Jimmy.

"Kenapa sih anak nomor dua selalu aneh?" ledek Juki.

"Memangnya di sini anak yang nomor dua siapa?" tanya Jimmy.

"Ya elu lah," jawab Juki.

Mulailah mereka berdebat karena hal kecil. Sudah hal biasa mereka berdua selalu bertengkar dan menjadikan rumah pink sangat ramai.

"Kalian berdua meributkan apa sih? Jika kalian berdua ribut rumah sudah seperti pasar bebek." Jin menuruni anak tangga.

"Tukimin nih Kak, tidak mau mengalah sama aku. Aturan aku ini anak paling bontot." Juki mengadu pada Jin.

"Hei ... Marjuki, tubuhmu sama tubuhku tinggian tubuhmu, jadi kau yang harus mengalah." Jimmy berusaha membela diri.

"Dimana-mana yang namanya Kakak itu harus mengalah pada adiknya yang paling bontot. Kau ini memang aneh," cela Juki.

Mereka berdua adu mulut lagi.

"Sudah ... jangan ribut lagi. Juki, kau harus mengalah pada si bantet," ujar Jin.

"Hei ... Kak Jin kenapa jadi ikut-ikutan manggil bantet!" protes Jimmy.

"Di sini yang paling bantet kan elu!" ledek Juki.

"Hiisss ... ini cacing kermi mancing emosi mulu!" balas Jimmy.

"Diam lu kutil, ngajak gelut terus!" Juki menggulung lengan bajunya.

Plaakk!!!

Plaakk!!!

Jin menabok kepala kedua bocah itu.

"Sudah dibilang jangan ribut. Aku mau pergi dulu. Tuh jagain kakak ipar kalian, jangan sampai kabur." Jin berjalan keluar rumah.

"Kabur?" Mereka berdua menjawab serentak. Jimmy dan Juki saling pandang.

"Memangnya Kak Jin mau pergi ke mana?" teriak Juki.

"Mau beli semvak dan beha," jawab Jin yang akhirnya hilang ditelan pintu.

"Kenapa Kak Jin beli beha?" Jimmy dan Juki saling pandang dan menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Kau lupa ya, kita kan sekarang punya kakak ipar," jawab Jimmy.

"Aku belum pernah bertemu kakak ipar?" Juki mendongak ke lantai dua. Keduanya terdiam sesaat dan ... mulailah keributan lagi.

"Di rumah ini yang aneh tuh bukan aku," ujar Jimmy.

"Terus siapa?" tanya Juki.

"Kak Jin lah," celetuk Jimmy.

Juki menjitak kepala Jimmy.

"Kenapa kau menjitak kepalaku?" Jimmy memegang kepalanya.

"Kau mau di sleding Kak Jin apa?" kata Juki.

"Ah ... dia tidak mungkin mendengarkan, kecuali jika kau yang mengadu." Jimmy tertawa.

"Lucu juga tidak, kenapa kau ketawa? Dasar sarap!" ledek Juki.

Pertengkaran kecil pun terjadi lagi di antara Jimmy dan Juki.

💘💘💘

"Selamat datang, Tuan. Tuan ingin beli apa?" tanya si penjual.

"Hmm ... anu itu ... aku mau beli beha," jawab Jin malu-malu.

"Beha?" tanya penjual heran. "Berapa ukuran behanya?" tanya sang penjual lagi.

"Hah? Ukuran? Aku tidak tahu ukurannya. Aku kan seorang lelaki," ucap Jin.

"Jika anda laki-lak, kenapa kau beli beha?" tanya si penjual. "Atau jangan-jangan kau punya pekerjaan sampingan jika malam hari, ya?" si penjual makin curiga.

"Hiiisssss ... aku beli beha untuk istriku," ucap Jin galak.

"Oooo ... bundar. Jika begitu berapa ukurannya?" lagi-lagi si penjual bertanya.

"Aku tidak tahu berapa ukurannya. Bungkus saja semuanya. Sekalian sama semvak dan celana dalam." Jin mulai ngegas.

"Haiisss ... dasar pria aneh, masa sama istri sendiri ukuran beha tidak tahu," celetuk nenek-nenek yang ada di samping Jin.

Jin yang mendengar celotehan nenek-nenek itu hanya memasang muka manyun.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendadak Nikah dengan CEO Muda   MD47. Uang Tembusan (Extra Part 4)

    Yola mulai kalang kabut. Pikirannya mulai tertuju pada Juna. Yola berpikir jika dia akan berbuat jahat pada Juna putranya. Yola masih merahasiakan hal itu pada Jin, akan tetapi suaminya itu selangkah lebih maju dari Yola.Ternyata Jin sudah menyebarkan orang-orang yang dia percaya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia pun menugaskan dua pengawal handalnya untuk mengawasi sang putra.Lantas apakah usaha Jin akan berhasil? Apakah keputusan yang diambil Yola tepat ataukah akan memperkeruh keadaan?Yola menitipkan Jelly pada Bibi Im. Tadinya Bibi Im melarang Yola untuk pergi keluar sendirian. Wanita tua itu menyarankan pada Yola untuk menunggu si empunya rumah pulang, tapi Yola beralasan waktu sudah mepet. Tanpa basi-basi Yola langsung bergegas pergi dari rumah besar itu. Tidak seperti biasanya Jelly hari itu menangis dengan keras sampai Bibi Im kewalahan menenangkan bocah kecil itu. Yola yang mendengarkan putri kecilnya menangis keras dengan terpaksa mengacuhkannya. Perempu

  • Mendadak Nikah dengan CEO Muda   MD46. Dendam (Extra Part 3)

    Yola terpaksa harus keluar dari dalam mobil untuk menghindari hal yang mungkin akan terjadi. Namun, sebelum Yola turun dari mobil. Terlebih dulu Yola memberitahu pada Juna untuk menjaga Jelly. Yola pun melihat ekspresi putranya yang terlihat takut, begitu juga dengan Jelly. Yola memindahkan Jelly ke kursi belakang dekat dengan Juna. Yola turun dari mobil dan melangkah mendekati Jin. Yola menatap pria yang ada di depan Jin"Kau bisa menanyakan padanya," seru pria itu.Kedua tangan Yola memegang tangan kanan Jin sebagai kode. Beruntung Jin bisa menangkap kode itu."Tapi Yola----""Sudahlah. Tenang saja. Aku bisa mengatasinya," balas Yola menenangkan Jin yang sudah mulai khawatir.Yola melangkah maju mendekati pria itu dan tampak berbincang-bincang dengan serius. Sekilas Yola melihat Tegar di dalam mobil. Wanita itu sempat kaget, akan tetapi pada akhirnya Yola kembali di samping Jin."Kau bicara apa padanya?" Jin tampak penasaran. Yola menarik napas panjang dan mengembuskannya."Aku mem

  • Mendadak Nikah dengan CEO Muda   MD45. Kejutan Untuk Yola (Extra Part 2)

    Kelanggengan keluarga Adiwangsa semakin hari bertambah harmonis. Walaupun tidak lepas dari percekcokan di setiap harinya. Juna dan Jelly pun tumbuh menjadi pribadi yang aktif dan menyenangkan.Terlepas dari masa lalu Yola. Kini Yola begitu bahagia hidup dengan keluarga Adiwangsa. HerJinot pun sukses menjadi Ci Ai O muda berbakat. Begitu pula dengan Jimmy dan Juki. Mereka berdua lulus dengan predikat murid paling berprestasi."Ayah ...," teriak Juna. Namun, orang yang dipanggil tidak menyahut. Juna kembali berteriak memanggil pria itu."Ayahmu sudah berangkat kerja, sayang. Kenapa?" tanya Yola. Melangkah mendekati putranya dan berjongkok. Wanita itu mengusap lembut surai hitam Juna. Juna menggelengkan kepalanya, "Kalau begitu tidak jadi."Yola mengerutkan kedua alisnya saat mendengar respons putranya. Wanita itu tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh Juna. Juna langsung berlalu dari hadapan Yola. Bocah itu duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Dia duduk sambil berpangku dagu. Y

  • Mendadak Nikah dengan CEO Muda   MD44. Quality Time (Extra Part 1)

    Tiga tahun kemudian.Kini keluarga kecil Adiwangsa dan Yola Asmara sudah lengkap. Setelah mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang cerdas, saat ini mereka juga mempunyai seorang anak perempuan.Juna genap berusia delapan tahun dan dia memiliki adik perempuan bernama Jelly Adiwangsa yang baru berusia dua tahun.Hari itu, cuaca begitu sangat cerah. Cuaca yang cocok untuk jalan-jalan. Di sebuah istana pink, rumah yang dominasi dengan warna pink, tampak sangat ramai dengan tangisan Jelly.Balita kecil itu menangis karena tidak ingin dipisahkan dari Ayahnya. Setiap kali balita kecil itu lepas dari tubuh Jin, dia akan langsung menangis."Kenapa dia tidak ingin lepas dariku?" pekik Jin."Gendong saja terus," jawab Yola. Jin beralih menatap istrinya, lalu kembali lagi menatap putri kecilnya yang tak mau lepas dari tubuhnya."Tumben nih bocah manja sekali," celetuk Jin. "Di mana Juna?" tanyanya."Dia ada di kamarnya," jawab Yola singkat sambil jari-jemarinya melipat satu-persatu baju yang

  • Mendadak Nikah dengan CEO Muda   MD43. Hadiah Ulang Tahun (END)

    Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Singkat cerita, Juna Adiwangsa telah genap berusia lima tahun. Namun, pada kenyataan Juna masih suka tidur di tengah-tengah Ayah dan Ibunya, walaupun Jin sendiri sudah membuatkan kamar untuk Juna."Sayang, Juna sudah genap lima tahun. Bolehlah jika kita buat adik untuknya?" Jin mendekati Yola. Sang istri hanya memandang suaminya. "Kenapa diam?" tanyanya menatap sang istri. "Jika diam itu tandanya berarti jawabanmu adalah iya," lanjutnya menarik pinggang Yola hingga menabrak tubuhnya."Iya, nanti kita cari waktu yang tepat untuk berduaan," jawabnya menatap Jin."Tidak ada kata penolakan lagi loh," ancam Jin."Iya bawel." Jin makin mengeratkan pelukannya."Hei, ini masih siang," protes Yola."Memangnya kenapa jika masih siang?" tanyanya mendekatkan kepalanya dan menempelkan hidungnya pada hidung Yola."Rumah kosong, hanya ada kita berdua," ucap Jin lirih. "Sudah lama kita tidak berduaan seperti ini."Mendadak Jin menempelkan bibirnya dan b

  • Mendadak Nikah dengan CEO Muda   MD42. Tiga Tahun

    Kang wor wet hensem memberi kode pada sang istri, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan."Mbeb, ini bagaimana?""Apanya yang bagaimana?" "Ini ...." Jin menunjuk pusaka keramatnya."Aku akan ke bawah. Sudah waktunya Juna kecil makan dan kau cepat pakai pakaianmu." Yola sambil menunjuk Jin.Muka Jin terlihat manyun, duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Yola mendekatinya dan mendudukkan Juna dipangkuannya. Balita tiga tahun itu langsung tersenyum menatap Ayahnya."Kenapa kau berikan dia padaku?" tanyanya."Dari pada kau hanya manyun seperti itu. Pergilah ajak main Juna.""Kau sendiri mau ngapain?" tanya Jin menatap sang istri."Aku mau olahraga," jawab sang istri singkat."Buat apa kau berolahraga?" tanyanya lagi."Aku ingin berat badanku kembali seperti semula." Yola melangkah keluar rumah, tiap hari memang dia menyempatkan diri untuk berolahraga selama lima belas menit. Berat badan Yola sekarang 50 kg."Kau ingin kurus berapa kilo lagi? Tubuhmu itu sudah langsing. Nanti pu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status