Beranda / Rumah Tangga / Mendadak Talak / Sanad dan Teratai

Share

Sanad dan Teratai

Penulis: El Nurien
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-20 16:36:04

Tangis Wahda pecah. 

Sanad kebingungan. Ia mengangkat sebelah, tetapi terhenti ketika melihat istrinya yang mematung. 

"Menangislah jika itu membuat lebih nyaman," saran Sanad setelah menurunkan tangannya.

Wahda melepaskan pelukannya. Wajahnya sembab memerah. "Aku nggak tau harus gimana ngomong pada ibu!" 

Teratai bergegas mengambilkan tisu dan meletakkan di dekat Wahda. 

"Terima kasih," ucap Wahda sambil mengambil beberapa lembar tisu, lalu membersihkan wajah dan hidungnya. Namun, yang terjadi air matanya tak kunjung berhenti. 

"Bukannya ibumu sudah tahu kamu keguguran? Lagi pula,  besok kamu masih bisa mencoba lagi? Ibumu pasti ngerti kok."

Wahda menggeleng. Sesaat ia menarik napasnya dalam-dalam. "Aku dan Bagus … kami … sudah bercerai."

Sanad dan Teratai tersentak, lalu saling bersitatap. 

"Bagaimana bisa?" tanya Teratai spontan. Beberapa detik kemudian ia merapatkan bibirnya. 

***

Dalam perjalanan Teratai hanya terdiam. Pikirannya masih tertinggal di ruang rawat inap Wahda. 

"Kenapa?" tanya Sanad. 

"Kita hanya sebagai orang luar, rasa aneh saja, tiba-tiba mereka bercerai. Di perkumpulan keluarga besarmu, aku pernah dengar mereka sangat iri dengan pasutri itu. Suami memiliki karir cemerlang, Wahda juga seorang dokter dan terlihat harmonis."

"Begitulah manusia. Hanya melihat luaran saja. Kita tidak tahu mungkin di dalamnya mereka sedang menyimpan banyak masalah."

Teratai merapatkan badannya. "Kamu tahu sejarah percintaan Wahda dengan Bagus?" 

Sanad memajukan wajahnya, sehingga Teratai termundur. "Kamu mulai belajar ngerumpi?"

Teratai memasang wajah manyun. Ia menyandarkan punggungnya. "Kamu tau, pekerjaanku dari kecil harus sering menganalisis arah mata angin, mencoba mereka cuaca esok hari dengan melihat bintang dan setiap perubahan. Kalau hanya mengandalkan sumberdayanya, mungkin sampai sekarang aku masih diam di danau. Repotnya, kebiasaan itu terbawa ke suatu yang bukan urusanku. Namun, apa salahnya aku belajar dari pengalaman mereka."

Sanad tersenyum. "Aku tidak begitu tahu. Kamu sendiri tau, aku bukan tipe peduli pada orang lain. Kalaupun aku sedikit akrab dengan Wahda, itu karena dia memang agresif. Dari sifat dia, aku mengira dia yang mengejar-ngejar Bagus. Jadi mungkin Bagus menerima dia karena putus asa dengan mantan. Lalu ketika kembali bertemu mantan …. Terlebih lagi jika melihat mantan yang …. Entahlah." Sanad menyudahi spekulasinya. "Menurutmu?" 

Beberapa saat Teratai terdiam. Ia menyandarkan kepalanya ke bahu Sanad. "Dibanding agresif, menurut aku Wahda itu memiliki hati yang hangat, periang dan penuh perhatian. Dapat dibayangkan bagaimana perhatiannya kepada orang yang dia sayanginya. Aku menduga, dia tidak melanjutkan studi spesialis juga karena cintanya yang luar biasa kepada Bagus. Hanya saja, aku tak menyangka, kalau dari sudut laki-laki itu disebut agresif."

Sanad menatap tangannya yang diremas Teratai. "Kenapa? Ada yang kau takutkan?" 

"Enggak. Aku hanya teringat masa laluku. Cinta  memang mendorong kita untuk berbuat sesuatu yang kadang sangat luar biasa. Namun, tidak semua yang kita lakukan itu mendapatkan apresiasi yang bagus." 

Teratai menghela napasnya. "Untung cinta segalanya  bagiku itu Evan."

Sanad mengernyit protes. "Evan?!" 

Teratai mengangguk, lalu berpaling, menyembunyikan bibirnya yang hampir melengkung. Melihat laki-laki itu cemburu  menyenangkan juga. 

Sanad menghempaskan napasnya. Ia menyandarkan punggungnya, dan menoleh keluar. "Rupanya aku masih belum bisa mendapatkanmu seutuhnya." 

Cup. 

Sebuah kecupan mampir di pipinya. Keane yang sejak tadi fokus pada jalan, kini mengintip lewat kaca spion. 

Sanad menatap wajah Teratai.

"Jangan khawatir. Selama Evan bersama kita, kamu akan mendapatkan diriku sepenuhnya," goda Teratai. 

Sanad berdecak mengejek. "Bilang saja, kamu juga tidak bisa menolak dari pesonaku!"

Teratai mencebik. "Narsis."

Sanad Tertawa. Ia merengkuh bahu Teratai. "Bagaimana dengan kafenya?"

Teratai menghela napasnya. Ia menyandarkan punggungnya ke bahu Sanad. "Masih sepi.”

 Awalnya Tera membangun kafe itu hanya untuk minat. Di mana ia bisa santai bekerja dan belajar sambil menghabiskan hari, menunggu Evan. “Kamu tahu alasan mendirikan kafe itu, tetapi kenapa ketika sepi, jadi masuk kepikiran?”

Sanad kembali terkekeh. "Itu manusiawi, memikirkan untung rugi. Jangan terlalu dipikirkan. Selama tempat itu membuatmu nyaman, jalani saja. Anggap saja itu sebagai kantor kerjamu, kamu tetap memerlukannya, meski mengeluarkan biaya. Bagaimana dengan proses uyah wadinya?"*

"Masih proses uji coba. Alhamdulillah, Acil Nurul sudah menemukan formula rasa yang pas dan bisa kering. Hanya saja untuk sementara, menunggu berapa lama uyah itu bertahan."

Uyah wadi adalah garam untuk rujak. Khusus olahan dari Bangkau, uyah wadi diolah dari air garam rendaman ikan yang diasinkan. Setelah direndam semalaman, ikan diangkat, dibersihkan dan siap dijemur. Airnya diolah menjadi uyah wadi yang dicampuri air asam sebagai penghilang amis, kunyit untuk mempercantik warna dan serai untuk memberikan khas rasa. 

"Biasanya berapa lama bertahan?"

****

catatan penulis: 

mungkin dua tokoh membuat cerita sedikit membingungkan. Mendadak Talak memang seri dari Bahagia Setelah Terusir (Sanad dan Teratai). Jadi sebaiknya berkunjung juga ke sana, romance Sanad dan Teratai tak kalah manis dari Wahda.

Novel:

Bahagia setelah terusir

Kamu berhak bahagia

dan Setelah kau pergi, ketiga novel ini tokohnya saling berhubungan. 

Terima kasih atas perhatiannya 

Bahagia Setelah terusi

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Susi Nurhayati
baru awal baca sudah membingungkan, tokoh baru ngga jelas membingungkan , bikin bosan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mendadak Talak    Ending

    Arsa terbang ke Jakarta setelah tiga hari resepsi perkawinan. Bahkan kamar pengantin pun masih utuh, dia sudah pergi. Mengesalkan, tapi apa boleh buat. Aku juga sudah mengajukan pengunduran diri dari rumah sakit. Tinggal menuntaskan hari kerja. *** Aku mengerjap pelan. Antara sadar dan tidak, tiba-tiba tanganku terasa kram. Ternyata tanganku dijadikan bantal oleh Arsa. Aku mencoba menggeser, ia malah meletakkan kepala di dadaku. "Kenapa tidak kasih kabar kalau pulang?" "Dadakan. Aku sangat merindukanmu," sahutnya sambil memejamkan mata dan memeluk erat. "Tapi, tunggu sebentar. Badanku pegal sekali." Begitulah keadaan kami yang berasal dari satu kakek dan mempunyai banyak kesamaan. Ternyata dia juga punya sifat manja kronis. Aku mengikutinya ke Jakarta begitu pekerjaanku selesai. Aku memutuskan langsung program kehamilan dan tidak bekerja sementara waktu. Ternyata di sini, sebulan saja aku sudah bosan setengah mati. Seharian aku sendirian di rumah. Tinggal di komplek elite

  • Mendadak Talak    Jeda

    Aku tersenyum mengejek. "Kekanakan sekali. Lalu dengan mengajakku nikah, kau pikir aku langsung menjadikanmu prioritas? Ars, aku dokter, kesehatan pasien panggilan nuraniku." Arsa mendekat. Aku terlanjur membentuk pertahanan diri. “Minimal kita sama-sama berusaha untuk saling mendekat. Saling berkorban selangkah demi selangkah.”“Kau lihat tadi bagaimana perasaanku terhadap Sonia. Mungkin suatu saat kejadian malam itu akan terulang lagi.”“Setidaknya, kau juga meluangkan waktu untukku. Perhatianmu hanya untukku.”Aku menghempaskan napas. Kenapa aku baru tau Arsa memiliki sisi seperti ini? “Beri aku waktu. Ini masih terlalu mengagetkan bagiku.” Aku memeriksa jam di layar ponsel. “Sebaiknya kita pulang sekarang.” Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Tiba-tiba saja hatiku sensitif sekali. Seperti menyimpan tumpukan amarah. Mengujiku? Yang benar saja.“Wah!” panggil Arsa sambil berusaha meraih lenganku ketika kami sampai di depan rumah. Spontan saja lenganku menjauh. Ia memperlihat

  • Mendadak Talak    Ajakan Konyol

    Getaran dadaku kembali bergelombang. Aku menahan napas supaya tidak lagi menangis. “Tadi dia menelponku, memintaku ke rumah sakit. Aku janji padanya setelah mengantar rantang ke rumah Tante. Siapa sangka akan seperti ini.” Lagi-lagi aku menghela napas. Sangat terasa tubuhku lemah sekali. Entah berapa lama aku menangis. “Dia tidak akan menyalahkanmu. Jadi jangan menyalahkan diri,” sahutnya sambil menoleh padaku. Matanya mulai bergulir lembut. “Besok dia ulang tahun. Aku telah membelikan kado untuknya Tapi ....” Aku kembali terisak. Ia menarik kepalaku, tetapi aku mengelak. Aku menghirup udara dingin kuat-kuat, lalu menghempaskannya. Aku melakukan itu berkali-kali, sampai dadaku sedikit lega.“Terima kasih. Kau bisa pergi sekarang. Maaf, telah mengganggu waktumu.”Aku berdiri, lalu menepuk-nepuk belakangku dari debu. Arsa juga berdiri. “Aku akan mengantarmu.”“Tak perlu. Kau pergilah. Aku mau pergi ke suatu tempat.”“Mau ke mana? Aku akan mengantarmu. Aku tidak akan membiarkanmu b

  • Mendadak Talak    Hubungan Emosi

    “Dokter, Sonia kritis.” Mataku membelalak. Setelah itu tidak jelas lagi Mama Sonia berucap apa, hanya terdengar deru tangis. “Tante, aku pergi dulu.”Aku bergegas membuat ponsel ke dalam tas dan langsung berdiri. “Kritis? Siapa yang kritis?" tanya Tante Fatima. Arsa dan semua ada di situ ikutan menoleh. "Pasien aku, Tante," ucapku sambil menyalami tangan Tante Fatima. Tante Fatima mengerutkan kening. Aku tidak bisa menjelaskan perasaanku saat ini. "Aku pergi, Tante. Assalamu alaikum.""Tunggu!" Langkahku terhenti. "Arsa, antar Wahda ke rumah sakit," titah Tante Fatima.Arsa melongo. "Aku bawa mobil sendiri, Tante," selaku sambil kembali bergegas. "ARSA!" Kali ini suara Tante Fatima menggelegar. "Dia panik begitu, sangat berbahaya mengemudi." Teratai terdiam dengan piring lauk masih di tangan. Caroline melongo. Mungkin dia tidak mengerti apa yang dibicarakan."Iya, Tante," sahut Arsa dengan wajah sewot. Aku langsung berlari ke depan. Tidak ada waktu melihat wajah terpaksa

  • Mendadak Talak    Di sebuah Pesta

    Aku tidak mendengar lagi perbincangan Tante Fatima dengan Caroline. Perhatianku teralih pada Arsa yang berjalan mendekati ibu. "Assalamu'alaikum, Tante. Bagaimana kabar Tante? Sehat?"Saat ia ngobrol dengan ibu, ingin rasanya aku menghilang. Diabaikan setelah sekian lama bersahabat, rasanya sangat menyakitkan. Sayangnya, aku tak punya hak untuk mengeluh, apalagi membela diri karena semua ini bermula dariku. Beruntung MC cepat memanggil dia, sehingga dia cepat berlalu dan aku dapat bernapas lega. Aku tidak bisa membayangkan, di mana menaruh muka setelah diabaikan di depan orang banyak. “Tante, kami mau naik dulu,” izin Arsa pada Tante Fatima. Tante Fatima mengangguk. Arsa mengulurkan tangan pada Caroline seperti yang kulihat di film Barat. Betapa anggun dan elegant. Tepuk tangan meriah mengiringi langkah mereka hingga sampai ke atas panggung. “Selamat malam semuanya.” Salam Arsa langsung disambut dengan tepuk meriah. Ia memperkenalkan diri juga Caroline Poni. Ternyata Caroline s

  • Mendadak Talak    Orang Baru

    "Dicari-cari ternyata di sini." Teratai muncul dengan selembar undangan di tangan.Tiba-tiba jantungku mencelos."Kenapa?" "Undangan buatmu."Aku menerima dengan wajah penuh tanya. "Ulang tahun August Market. Besok malam." Aku mengangguk. "Terima kasih ya.""Kau harus datang," jawab Teratai sambil memegang pundakku lalu masuk ke dalam ruko. Sepeninggalan Teratai, aku mengembuskan napas pelan. Lalu mencermati undangan hitam yang bertintakan warna emas itu. Mengapa tadi tiba-tiba jantungku terasa lepas saat melihat undangan ini? Padahal dilihat sampulnya saja sudah jelas ini bukan undangan perkawinan. Aku menggelengkan kepala atas kekonyolan sendiri.Jadi Arsa ke sini demi menghadiri ulang tahun August? Itu artinya dia akan balik lagi ke Amerika? ***"Dokter!" Sapa gadis kecil yang duduk di kursi roda ketika aku keluar dari ruang praktik. "Sonia, kenapa keluar?""Maaf, Dokter. Dari tadi dia merengek mau ke sini," ucap ibunya yang mendorong kursi roda yang diduduki Sonia. Aku t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status