Share

Netizen Julid

Author: Ranum Aksara
last update Last Updated: 2025-12-16 11:20:03

Birru terkekeh geli, “Suka parfumnya?”

Istri barunya itu nyaris tersedak ludahnya sendiri, dia masih tidak sadar kalau jarak di antara mereka tersisa beberapa inch saja. Ia buru-buru memperbaiki posisinya. Memalingkan wajah untuk menutup wajah, Chacha benar-benar ingin menghilang darii bumi saat itu juga.

 

“Sarapan di kantin aja, mau?” tawar Birru. Biasanya ada Delfin yang mengurus sarapannya, tapi pria itu pasti juga tidak ingin mengganggu Birru, yang baru saja menyandang status pasutri baru.

 

“Kantin mana?”

“Kantin pesantren, enak-enak kok makanannya. Mau coba?”

 

Sebelum mereka benar-benar keluar rumah, ponsel Birru berdering. Ia tahu dari semalam berita tentang perrnikahannya kembali menjadi trending di beberapa platform. Selain ucapan selamat dan pujian untuk Chacha, ada beberapa hate komen juga yang nylekit.

 

“Mas,” panggil Chacha, gadis itu sudah berdiri siap menunggu di depan pintu.

“Iyaa? Bentar,” Birru tampak tenang, tapi gelagatnya menunjukan bahwa ada sesuatu hal berat sedang menunggu untuk disampaikan.

 

Ia tidak ingin Chacha melihat komen-komen jelek tentangnya, dari semalam memang ia sudah meminta timnya untuk mengurus tapi komen yang berisi kritikan pedas dan cemoohan tentang Chacha terus saja muncul dari akun-akun tertentu.

 

“Kalau kamu ada urusan biar aku aja yang beli sarapan,” usul Chacha melihat kening Birru mengernyit seperti tengah memikirkan sesuatu.

 

Birru tampak berpikir sejenak, sebelum merogoh saku celananya untuk memberikan dompet. “Pakai ini aja, dari gerbang asrama putra kamu belok kiri lurus terus nanti kantinnya ada di seberang mushola. Tepat di perbatasan asrama."

Chacha menerima dompetnya sambil mengingat rute yang Birru terangkan. “Ok,” Chacha memberikan senyum tipisnya sebelum melangkah keluar rumah. Ia terus berjalan melewati halaman asrama putra, dan dari kejauhan ia sudah melihat bangunan masjid yang Birru maksud itu berarti ia sudah dekat.

Namun, langkahnya harus terhenti karena ada yang memanggilnya. “Chacha …”

Gadis itu membalikan badan. “Umma?”

“Mau kemana, sayang?”

Chacha meringis tak enak. “Mau ke kantin Umma, beli sarapan.” Ia menepuk idatnya sendiri, menyesali kalimatnya. “Mm, itu. Kulkas di rumah nggak ada bahan makanan, jadi belum bisa masak, umma.” ralat Chacha.

Wanita paruh baya itu terlihat merasa bersalah. “Astaghfirullah, maaf kemarin Umma belum sempat mengisi kulkas di rumah Birru. Rumah itu biasanya kosong jadi jarang ada stok bahan makanan.”

“Nggak apa-apa, Umma. Ini mau beli,”

“Kebetulan Umma masak banyak, sarapan di rumah Umma aja. Birru di mana?”

Chacha mengangguk ragu. “Mas Birru tadi lagi terima telphon, mungkin ada urusan penting.”

Umma mengernyit samar, lalu meraih pergelangan tangan Chacha dengan lembut. “Ya sudah, kamu ikut Umma saja, yuk.”

 

Di teras rumahnya, Birru sedang duduk bersama dua orang pria yang sama-sama terlihat sibuk dengan ponsel dan laptop.

“Kayaknya memang butuh video kalian berdua yang muncul, mereka yang julid pasti bakal langsung kepo sama akunnya dr. Chacha, kan? Dari situ baru mereka bisa bungkam kalau ternyata istri  lo bukan cewek sembarangan, dia dokter yang berprestasi,” usul Agam, salah satu tim yang mengurus media sosial Birru.

Birru bersandar pada sofa, menyilangkan kedua tangannya. “Bukannya itu jadi terkesan pernikahan ini memang diatur buat pencitraan? Gimana kalau acara besok aku ajak Chalya ikut? Biar aja mereka liat sendiri.”

“Alya juga udah diem kayaknya, dia nggak koar-koar lagi di medsos.” Alya adalah cewek yang   mengaku hamil oleh Birru.

Delfin dan Agam saling melirik, dari awal mereka paling tahu apa alasan Birru menikahi Chacha. Selain untuk mengalihkan skandalnya.

Usai sarapan Chacha mengurus Moly, memberinya makan dan mengajaknya bermain di samping rumah. Karena Birru melarangnya keluar saat ada banyak temannya di sana. Bukan tanpa alasan, Birru jelas punya alasan masuk akal untuk itu. Dan, Chacha tidak ingin mendebatnya.

Merasa bosan karena tidak ada yang bisa dilakukan, Chacha membuka ponselnya. Menilik beranda sosial media untuk melihat update-an teman-temannya. Namun, perhatiannya teralihkan pada satu timeline yang jelas sekali terpampang foto perikahannya kemarin.

Apa yang Birru khawatirkan, terjadi.

Chacha lantas membukanya dan membaca caption dari postingan itu.

‘Sosok istri dari ustaz Birru, yang berhasil mematahkan hati banyak gadis’

Di bawahnya ada beberapa  penjelasan yang mengatakan siapa Chalya Medina, lengkap dengan latar belakangnya. Jantung Chacha berdetak makin kencang, keringat dingin membasahi tangannya. Ia langsung bisa menebak apa yang akan terjadi berikutnya.

Beberapa komentar teratas berisi ucapan selamat dan ungkapan kekaguman atas pestasi dan kecantikan Chacha. Chacha bersyukur untuk itu, hanya saja deretan komentar pedas yang menyelip di antaranya juga mampu membuatnya insecure parah.

‘Dia siapa sih? Kayaknya bukan santri, bukan juga anak kyai.’

‘Lebih serasi sama ning Halwa, huhuhu.’

‘Setega itu sama Alya, padahal sama-sama perempuan.’

 

Dan masih banyak lagi komentar lailn yang sudah tidak minat lagi Chacha baca. Ia meremas erat ponsel di tangannya. Dadanya bergemuruh hebat, ingin membantah tapi semua itu benar adanya. Chacha mengakuinya.

 

“Chalya …” panggil Birru pelan. Chacha enggan meresponnya, ia masih tertunduk murung mengusap bulu-bulu moly.

Ia masih tetaplah Chacha yang sama, perempuan ambisius yang enggan berbagi cerita dengan pria, sekalipun itu  suaminya.

Lama tidak mendengar jawaban, Birru mendekat dan duduk di samping istrinya. Matanya sempat melihat betapa erat Chacha menggenggam ponselnya.

“Maaf, tim aku udah berusaha mengurus berita itu. Tapi memang selalu saja muncul hate komen yang nggak bisa kita kendalikan, tapi itu insyaAllah nggak akan lama, kok,” terang Birru, menyesal. Chacha masih terdiam di tempatnya. Ia tidak menyalahkan Birru, dia sudah sepakat menikah dengannya itu berarti siap juga menerima konsekuensinya.

“Aku harus ngapain? Biar mereka nggak nyerang kita?” Chacha menoleh pelan, menunggu jawaban.

“Kamu nggak perlu ngapa-ngapain, nanti mereka juga diem sendiri. Capek kalau ngurusin pendapat orang. Suami kamu itu aku,  jadi nggak perlu dengerin mereka. Kedepannya pasti akan ada hal-hal kayak gini terus.”

Senyum Chacha seketika mengembang, perasaannya jauh lebih baik sekarang. Birru benar, apapun kondisinya saat ini mereka adalah suami istri, tidak perlu pusing memikirkan pendapat orang.

Dan, sekali lagi Chacha berpikir. Apa ia akan terus menerima cemoohan seperti itu, kedepannya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Kesabaran diuji

    Chacha benar-benar dibuat berpikir keras oleh suaminya. Bagaimana tidak, setelah menenangkannya menghadapi komentar pedas netizen dia lalu menghilang. Berpamitan akan mengurus beberapa pekerjaan di ruang kerjanya, hingga malam hari belum keluar. “Chalya,” Birru menghampiri Chacha di ruang tengah. Gadis itu menghela napas. Akhirnya Chacha mendengar panggilan itu juga. Bukan dia sangat mengharapkan, Chacha hanya tidak tahu saja harus melakukan apa di rumah besar itu. Nonton tv sudah, beres-beres sudah, scroll media sosial? Chacha tidak akan melakukannya. Hanya akan menambah beban mental saja. “Yaa?” “Mm, mau makan di luar?” tawar Birru. Chacha kontan mengangguk. “Aku siap-siap dulu, bentar.” Tidak berselang lama, Chacha berlarian kecil menuruni tangga sudah mengganti pakaiannya dengan gamis simpel warna hitam, lengkap dengan hijabnya juga. Sampai di bawah Birru mempersilahkan dia untuk jalan lebih dulu. Di depan rumah ada dua mobil yang terlihat sudah siap, Chacha menghentikan

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Netizen Julid

    Birru terkekeh geli, “Suka parfumnya?”Istri barunya itu nyaris tersedak ludahnya sendiri, dia masih tidak sadar kalau jarak di antara mereka tersisa beberapa inch saja. Ia buru-buru memperbaiki posisinya. Memalingkan wajah untuk menutup wajah, Chacha benar-benar ingin menghilang darii bumi saat itu juga.“Sarapan di kantin aja, mau?” tawar Birru. Biasanya ada Delfin yang mengurus sarapannya, tapi pria itu pasti juga tidak ingin mengganggu Birru, yang baru saja menyandang status pasutri baru.“Kantin mana?”“Kantin pesantren, enak-enak kok makanannya. Mau coba?”Sebelum mereka benar-benar keluar rumah, ponsel Birru berdering. Ia tahu dari semalam berita tentang perrnikahannya kembali menjadi trending di beberapa platform. Selain ucapan selamat dan pujian untuk Chacha, ada beberapa hate komen juga yang nylekit.“Mas,” panggil Chacha, gadis itu sudah berdiri siap menunggu di depan pintu.“Iyaa? Bentar,” Birru tampak tenang, tapi gelagatnya menunjukan bahwa ada sesuatu hal berat sedang m

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Hari Pertama Menjadi Istri

    Chacha mengangguk, “Ok, satu lagi. Kita … nggak tidur sekamar, kan?” Pertanyaan Chacha yang terdengar gamang itu, ia lontarkan dengan memiringkan badannya sedikit. Harap-harap cemas, takut jawabannya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kepalanya.“Nggak. Saya tidur di bawah, saya juga belum terbiasa dengan orang asing.” Jawaban yang sederhana, singkat dan … menohok.Chacha diam sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. Bukan perkara kamar yang terpisah tapi kata ‘orang asing’ nya. Padahal pria itu yang memintanya untuk menikah, seolah Chacha yang memaksanya.“Kemarin umma yang beresin kamar atas jadi barang-barang saya masih di sana. Mungkin besok baru saya pindah,” lanjut Birru.“Oh, iyaa. Nggak masalah, ya udah kalau gitu, aku naik dulu,” pamit Chacha buru-buru.“Sebentar,” sela Birru cepat. “Saya mau bilang kalau, saya suami kamu. Mulai sekarang biasakan jangan panggil saya ustaz terus.”“Terus, panggil apa?” Chacha balik menanyainya.Birru melirik sekilas, “Terserah,”“Mm, mas

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Suami-istri

    Birru menuntun Chacha melewati rumah ndalem, menuju bangunan lain yang ada di belakang asrama santri putra. Langkah mereka terhenti di halaman depan rumah berlantai dua dengan dominan warna beige bergaya American klasik yang anggun. Seperti rumah yang biasa Chacha liat di feed pinterest.“Ini …” suara Chacha menggantung di udara. Namun, tetap saja matanya terus menatap takjub dan suka bersamaan pada pemandangan di depannya.“Rumah kita,” sahut Birru santai, mempersilahkan Chacha untuk masuk lebih dulu setelah membuka kuncinya.Chacha sempat mengeluh pada Allah karena harus dipertemukan dengan pria asing yang seenaknya saja mengajak menikah. Walau sebenarnya Chacha banyak diuntungkan juga, daripada menikahi om-om pemilik toko lebih baik menjadi istri Albirru yang masih muda dan nyatanya jauh lebih tampan.Memasuki rumah lebih dalam, Chacha disambut oleh kucing ras Persia berwarna putih dengan bulu lebat. Chacha reflek menggendongnya dan mengayun-ayun gemas.“Namanya Moly,” ujar Birru

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Menikah

    Sesuai rencana dua keluarga, pernikahan keduanya digelar di pesantren dengan konsep tertutup. Hanya dua keluarga dan kerabat saja yang hadir di sana, tapi cukup untuk memberitahu pada seluruh netizen yang terhormat kalau status Chalya Medina dan Zayn Albirru saat ini adalah sepasang suami istri.Mentari hangat menyapa pesantren Al-Muntazhar. Angin sejuk menerbangkan aroma tanah basah sisa hujan semalam. Jam menunjukan pukul 09:00. Pagi yang sejak kemarin redup tertutup kabut tebal, hari ini terasa mendukung momen dua manusia yang akan berikrar janji suci di hadapan Allah.Ruang tamu ndalem yang cukup luas disulap menjadi tempat sakral dengan dekorasi dominan warna putih. Ada dua rangkaian bunga-bunga putih tersusun sangat rapi di tiap sudut ruangan tersebut. Di dalamnya dua keluarga duduk saling berdampingan menyimak dengan khidmat rangkaian akad yang baru saja dilaksanakan.Suara Birru saat mengucapkan akad menggema di seluruh penjuru pesantren, memunculkan decak kagum sekaligus

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Saya Bersedia

    “Apa–siapa ini?” Fahri langsung merengut mendapati kehadiran Birru.Chacha mengernyit. Tidak mungkin Fahri tidak mengenali Birru, mengingat Birru merupakan ustaz populer. Semua konten-konten dan acara live dakwahnya selalu penuh oleh anggota majelis baik laki-laki maupun perempuan muda, Namun, jika diperhatikan lagi, penampilan Birru memang sedang tidak seperti biasanya. Wajahnya luka-luka–bahkan sedikit bengkak. Sementara penampilannya tampak sedikit kumuh.Meski begitu, suaranya masih tenang seperti saat membawakan kajian, saat mengatakan, “Tidak boleh berisik di klinik.”Fahri jelas tidak terima ditegur seperti itu.“Eh, kamu–!”“Sepertinya perban Anda akan terlepas, Pak,” sela Chacha buru-buru, berkata pada Birru. “Mari ikut saya.”Tanpa menunggu respons, Chacha membawa Birru ke bilik lain agar lebih aman.“Itu mantan Dokter?” Chacha mendongak pada pria yang tengah berjalan tertatih itu. Birru tengah menatapnya dengan raut wajah serius.“Ustaz dengar?” gumam Chacha, mengalihkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status