Home / Romansa / Mendadak dipinang Ustaz Idaman / Hari Pertama Menjadi Istri

Share

Hari Pertama Menjadi Istri

Author: Ranum Aksara
last update Last Updated: 2025-12-16 11:13:15

Chacha mengangguk, “Ok, satu lagi. Kita … nggak tidur sekamar, kan?”

Pertanyaan Chacha yang terdengar gamang itu, ia lontarkan dengan memiringkan badannya sedikit. Harap-harap cemas, takut jawabannya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kepalanya.

“Nggak. Saya tidur di bawah, saya juga belum terbiasa dengan orang asing.” Jawaban yang sederhana, singkat dan … menohok.

Chacha diam sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. Bukan perkara kamar yang terpisah tapi kata ‘orang asing’ nya. Padahal pria itu yang memintanya untuk menikah, seolah Chacha yang memaksanya.

“Kemarin umma yang beresin kamar atas jadi barang-barang saya masih di sana. Mungkin besok baru saya pindah,” lanjut Birru.

“Oh, iyaa. Nggak masalah, ya udah kalau gitu, aku naik dulu,” pamit Chacha buru-buru.

“Sebentar,” sela Birru cepat. “Saya mau bilang kalau, saya suami kamu. Mulai sekarang biasakan jangan panggil saya ustaz terus.”

“Terus, panggil apa?” Chacha balik menanyainya.

Birru melirik sekilas, “Terserah,”

“Mm, mas aja kali, yaa?”

“Boleh,”

“Kamu juga jangan terlalu formal,” imbuh Chacha.

“Iya, tidur duluan, gih. Mm, aku masih ada yang mau dikerjain bentar.”

Chacha mengangguk patuh, menuju kamarnya dengan langkah ringan. Ia tidak perlu cemas kalau akan berbagi tempat tidur dengan Birru. Biasanya kamar menjadi tempat paling nyaman untuknya, entah apakah kamarnya kali ini juga akan memberinya rasa nyaman.

Chacha duduk di pinggir ranjang, kakinya mengayun pelan. Di tangannya ada segelas susu yang ia bawa dari dapur. Satu kebiasaan kecil yang hampir tak pernah dilewatkan olehnya sebelum tidur.

Matanya menatap kosong kearah jendela. Isi kepalanya masih memutar ulang semua kejadian hari ini.

“Jadi, gini rasanya menikah?” gumamnya pelan. Lalu meletakan gelas susu yang isinya sudah tandas. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang, mengangkat lutut dan memeluk bantal yang tergeletak di dekatnya.

Terpikirkan sebuah moment yang pernah ia rancang bersama dengan Fakhri. Kini, terealisasikan dengan orang yang berbeda, dengan alasan yang berbeda juga. Mereka hanya dua orang asing yang kebetulan terikat oleh kalimat akad.

Sementara di luar, Birru masih terjaga di depan laptop. Jemarinya bergerak di atas keyboard, tapi pandangannya kosong. Melayang jauh ke tempat yang tidak sedang mereka tinggali.

“Maaf,” ucapnya setengah memohon. Entah untuk apa dan siapa. Untuk Aisha yang ia anggap dikhianati olehnya atas penikahan ini, atau untuk Chacha yang sudah ia ikat dengan sebuahh alasan.

***

Mentari masih menyembunyikan diri di peraduannya. Semilir angin sejuk bergerak menyusup melalui celah jendela. Birru megerjapkan matanya perlahan, ia beranjak dari tempatnya menuju kamar mandi untuk bebersih dan mengambil wudhu. Tak lama ia keluar menuju lantai dua tempat kamar istrinya berada.

Seulas senyum tipis terbit di wajah Birru begitu membuka kamar dan mendapati penghuni lain di sana masih terlelap.

Perlahan ia mendekat, berniat membangunkan Chacha dengan mengusap kepalanya. Namun urung, tangannya menggantung di udara.

“Chalya …” panggil Birru akhirnya. Dua kali, perempuan itu masih tak bereaksi. Ketiga kalinya, Birru menggoyangkan guling yang Chacha peluk.

“Chalya … bangun, shalat dulu.”

Merasa tidurnya terusik, Chacha menggeliat pelan. “ Mhh, kok di sini?” seru Chacha, suaranya parau khas bangun tidur. Ia mengucek matanya mencoba meraih kesadaran penuh.

“Aku mau ke masjid, kamu shalat, yaa?”

“Jam berapa? Masih ngantuk bangett.”

“Jam 3.”

Chacha tersentak, untuk sepersekian detik sepertinya lupa kalau ia sudah menikah. “Bentar lagi, yaa? Masih ngantuk bangettt,” rengeknya, demi apapun matanya masih sangat berat untuk terbuka.

Bagaimana bisa Birru yang tidur lebih larut darinya sudah bangun sepagi itu dengan wajah segar bugar.

“Ya udah, nanti bangun shalat shubuh, yaa? Aku ke masjid dulu,” Birru maklum. Segala bentuk perubahan kebiasaan mereka bukanlah hal yang mudah, termasuk dirinya nanti dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan istrinya.

Chacha meraih pergelangan tangan Birru saat pria itu hendak berbalik, entah hal itu dilakukan dengan sadar atau tidak. “Aku shalat di rumah aja, nggak apa-apa?” tanya Chacha.

Di tempatnya, Birru berdiri terpaku menatap pergelangan tangannya. Bibirnya terbuka sedikit, tapi tak ada kata yang keluar. “Oh, mm. Iyaa, di rumah aja,” jawab Birru. Tersenyum tipis, menyadari Chacha sepertinya memang tidak sadar dengan apa yang ia lakukan barusan.

Mengerjakan shalat yang harus selalu tepat waktu bukan satu-satunya masalah Chacha di sana. Setelah menyandang status sebagai seorang istri, ia bahkan tidakk tahu caranya memasak. Sesimpel memasak nasi saja ia harus membuka youtube untuk melihat tutorialnya.

Hari pertama menjadi seorang istri, Chacha bertekad akan memberikan kesan baik bagi suaminya. Sembari menunggu Birru pulang kajian pagi ia menonton beberapa video memasak.

Bersusah payah melihat tutorial masak, Chacha bahkan tidak tahu di mana letak berasnya. Menyerah, Chacha akhirnya hanya membuat dua gelas susu hangat dan telur rebus untuk sarapan mereka.

“Assalamu’alaikum,”

“Wa’alaikumsalam,” sahut Chacha lesu. Ia masih duduk manis di atas kursi kitchen bar. Memandangi uap tipis yang mengepul dari gelas susunya.

“Kamu bikin sarapan? Harum banget?” tanya Birru menatap penuh minat pada susu yang terhidang di atas meja.

“Kamu nyindir aku?” Chacha mamalingkan wajah, melipat bibirnya. Melihat itu Birru terkekeh. Situasi baru yang entah mengapa ia merasa senang.

“Nggak. Beneran harum, kok. Terima kasih, yaa?”

“Aku mau masak tapi nggak bisa. Tadi mau masak beras juga nggak tahu berasnya di mana,” adu Chacha sedikit kesal.

Birru menyesap pelan susunya sebelum beralih memutari meja sampai berdiri tepat di samping Chacha. Membungkuk sedikit untuk membuka pintu lemari tempat penyimpanan yang tergabung dibawah meja.

“Berasnya di sini,” tunjuk Birru. Refleks Chacha turun dari kursinya untuk melongok tempat yang Birru tunjukan

Dalam posisi yang sedekat itu Chacha bisa menghirup jelas aroma musk bercampur woody, yang menyeruak dari tubuh Birru. Begitu maskulin, dan sialnya membuat Chacha ingin menghirupnya lama-lama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Kesabaran diuji

    Chacha benar-benar dibuat berpikir keras oleh suaminya. Bagaimana tidak, setelah menenangkannya menghadapi komentar pedas netizen dia lalu menghilang. Berpamitan akan mengurus beberapa pekerjaan di ruang kerjanya, hingga malam hari belum keluar. “Chalya,” Birru menghampiri Chacha di ruang tengah. Gadis itu menghela napas. Akhirnya Chacha mendengar panggilan itu juga. Bukan dia sangat mengharapkan, Chacha hanya tidak tahu saja harus melakukan apa di rumah besar itu. Nonton tv sudah, beres-beres sudah, scroll media sosial? Chacha tidak akan melakukannya. Hanya akan menambah beban mental saja. “Yaa?” “Mm, mau makan di luar?” tawar Birru. Chacha kontan mengangguk. “Aku siap-siap dulu, bentar.” Tidak berselang lama, Chacha berlarian kecil menuruni tangga sudah mengganti pakaiannya dengan gamis simpel warna hitam, lengkap dengan hijabnya juga. Sampai di bawah Birru mempersilahkan dia untuk jalan lebih dulu. Di depan rumah ada dua mobil yang terlihat sudah siap, Chacha menghentikan

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Netizen Julid

    Birru terkekeh geli, “Suka parfumnya?”Istri barunya itu nyaris tersedak ludahnya sendiri, dia masih tidak sadar kalau jarak di antara mereka tersisa beberapa inch saja. Ia buru-buru memperbaiki posisinya. Memalingkan wajah untuk menutup wajah, Chacha benar-benar ingin menghilang darii bumi saat itu juga.“Sarapan di kantin aja, mau?” tawar Birru. Biasanya ada Delfin yang mengurus sarapannya, tapi pria itu pasti juga tidak ingin mengganggu Birru, yang baru saja menyandang status pasutri baru.“Kantin mana?”“Kantin pesantren, enak-enak kok makanannya. Mau coba?”Sebelum mereka benar-benar keluar rumah, ponsel Birru berdering. Ia tahu dari semalam berita tentang perrnikahannya kembali menjadi trending di beberapa platform. Selain ucapan selamat dan pujian untuk Chacha, ada beberapa hate komen juga yang nylekit.“Mas,” panggil Chacha, gadis itu sudah berdiri siap menunggu di depan pintu.“Iyaa? Bentar,” Birru tampak tenang, tapi gelagatnya menunjukan bahwa ada sesuatu hal berat sedang m

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Hari Pertama Menjadi Istri

    Chacha mengangguk, “Ok, satu lagi. Kita … nggak tidur sekamar, kan?” Pertanyaan Chacha yang terdengar gamang itu, ia lontarkan dengan memiringkan badannya sedikit. Harap-harap cemas, takut jawabannya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kepalanya.“Nggak. Saya tidur di bawah, saya juga belum terbiasa dengan orang asing.” Jawaban yang sederhana, singkat dan … menohok.Chacha diam sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. Bukan perkara kamar yang terpisah tapi kata ‘orang asing’ nya. Padahal pria itu yang memintanya untuk menikah, seolah Chacha yang memaksanya.“Kemarin umma yang beresin kamar atas jadi barang-barang saya masih di sana. Mungkin besok baru saya pindah,” lanjut Birru.“Oh, iyaa. Nggak masalah, ya udah kalau gitu, aku naik dulu,” pamit Chacha buru-buru.“Sebentar,” sela Birru cepat. “Saya mau bilang kalau, saya suami kamu. Mulai sekarang biasakan jangan panggil saya ustaz terus.”“Terus, panggil apa?” Chacha balik menanyainya.Birru melirik sekilas, “Terserah,”“Mm, mas

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Suami-istri

    Birru menuntun Chacha melewati rumah ndalem, menuju bangunan lain yang ada di belakang asrama santri putra. Langkah mereka terhenti di halaman depan rumah berlantai dua dengan dominan warna beige bergaya American klasik yang anggun. Seperti rumah yang biasa Chacha liat di feed pinterest.“Ini …” suara Chacha menggantung di udara. Namun, tetap saja matanya terus menatap takjub dan suka bersamaan pada pemandangan di depannya.“Rumah kita,” sahut Birru santai, mempersilahkan Chacha untuk masuk lebih dulu setelah membuka kuncinya.Chacha sempat mengeluh pada Allah karena harus dipertemukan dengan pria asing yang seenaknya saja mengajak menikah. Walau sebenarnya Chacha banyak diuntungkan juga, daripada menikahi om-om pemilik toko lebih baik menjadi istri Albirru yang masih muda dan nyatanya jauh lebih tampan.Memasuki rumah lebih dalam, Chacha disambut oleh kucing ras Persia berwarna putih dengan bulu lebat. Chacha reflek menggendongnya dan mengayun-ayun gemas.“Namanya Moly,” ujar Birru

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Menikah

    Sesuai rencana dua keluarga, pernikahan keduanya digelar di pesantren dengan konsep tertutup. Hanya dua keluarga dan kerabat saja yang hadir di sana, tapi cukup untuk memberitahu pada seluruh netizen yang terhormat kalau status Chalya Medina dan Zayn Albirru saat ini adalah sepasang suami istri.Mentari hangat menyapa pesantren Al-Muntazhar. Angin sejuk menerbangkan aroma tanah basah sisa hujan semalam. Jam menunjukan pukul 09:00. Pagi yang sejak kemarin redup tertutup kabut tebal, hari ini terasa mendukung momen dua manusia yang akan berikrar janji suci di hadapan Allah.Ruang tamu ndalem yang cukup luas disulap menjadi tempat sakral dengan dekorasi dominan warna putih. Ada dua rangkaian bunga-bunga putih tersusun sangat rapi di tiap sudut ruangan tersebut. Di dalamnya dua keluarga duduk saling berdampingan menyimak dengan khidmat rangkaian akad yang baru saja dilaksanakan.Suara Birru saat mengucapkan akad menggema di seluruh penjuru pesantren, memunculkan decak kagum sekaligus

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Saya Bersedia

    “Apa–siapa ini?” Fahri langsung merengut mendapati kehadiran Birru.Chacha mengernyit. Tidak mungkin Fahri tidak mengenali Birru, mengingat Birru merupakan ustaz populer. Semua konten-konten dan acara live dakwahnya selalu penuh oleh anggota majelis baik laki-laki maupun perempuan muda, Namun, jika diperhatikan lagi, penampilan Birru memang sedang tidak seperti biasanya. Wajahnya luka-luka–bahkan sedikit bengkak. Sementara penampilannya tampak sedikit kumuh.Meski begitu, suaranya masih tenang seperti saat membawakan kajian, saat mengatakan, “Tidak boleh berisik di klinik.”Fahri jelas tidak terima ditegur seperti itu.“Eh, kamu–!”“Sepertinya perban Anda akan terlepas, Pak,” sela Chacha buru-buru, berkata pada Birru. “Mari ikut saya.”Tanpa menunggu respons, Chacha membawa Birru ke bilik lain agar lebih aman.“Itu mantan Dokter?” Chacha mendongak pada pria yang tengah berjalan tertatih itu. Birru tengah menatapnya dengan raut wajah serius.“Ustaz dengar?” gumam Chacha, mengalihkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status