Share

Suami-istri

Author: Ranum Aksara
last update Last Updated: 2025-12-16 11:07:32

Birru menuntun Chacha melewati rumah ndalem, menuju bangunan lain yang ada di belakang asrama santri putra. Langkah mereka terhenti di halaman depan rumah berlantai dua dengan dominan warna beige bergaya American klasik yang anggun. Seperti rumah yang biasa Chacha liat di feed p*******t.

“Ini …” suara Chacha menggantung di udara. Namun, tetap saja matanya terus menatap takjub dan suka bersamaan pada pemandangan di depannya.

“Rumah kita,” sahut Birru santai, mempersilahkan Chacha untuk masuk lebih dulu setelah membuka kuncinya.

Chacha sempat mengeluh pada Allah karena harus dipertemukan dengan pria asing yang seenaknya saja mengajak menikah. Walau sebenarnya Chacha banyak diuntungkan juga, daripada menikahi om-om pemilik toko lebih baik menjadi istri Albirru yang masih muda dan nyatanya jauh lebih tampan.

Memasuki rumah lebih dalam, Chacha disambut oleh kucing ras Persia berwarna putih dengan bulu lebat. Chacha reflek menggendongnya dan mengayun-ayun gemas.

“Namanya Moly,” ujar Birru.

“Hai Moly, namaku Chacha. Salam kenal,” sapa Chacha riang, hidungnya menggosok-gosok pelan bulu lembutnya.

Ruangan kembali hening, hanya terdengar denting jam dan suara belalang dari kebun di samping rumah. Chacha masih menggendong Moly, ia belum beranjak dari ruang tengah. Matanya terus beredar menyusuri dekorasi ruangan yang sederhana, tapi terkesan begitu elegan. Selera desain pria itu lumayan juga.

“Mau ganti baju?” tanya Birru lebih dulu. “Kamarnya di atas, udah aku siapin keperluan kamu. Kamu cek dulu aja, kalau ada yang kurang, bilang aja,” lanjutnya lagi.

Chacha melangkah ragu, memasuki kamar yang Birru maksud. Harum aroma lavender dari diffuser semerbak memenuhi ruangan.

Chacha berdiri di ambang pintu, membiarkan pandangannya menyapu ke seluruh ruangan. Ada buket lili putih di atas meja rias, memantik seulas senyum di bibir merahnya.

Yang paling menarik perhatian Chacha adalah balkon kamarnya. Kakinya melangkah cepat membuka pintu penghubung ke balkon. Dinginnya udara malam seketika menyergapnya, membuat ia tak bisa berlama-lama di sana.

Kembali dari balkon, Chacha melihat tempat tidur empuk king size yang di tata merapat pada tembok kaca. Sprei ranjang yang dilipat rapi membentuk hati diatasnya, bertaburan kelopak mawar putih.

Terlalu banyak simbol romantis yang tidak Chacha pahami.

Andai saja dekorasi di rumah itu, dan semua yang terjadi hari ini adalah milik Chacha sepenuhnya. Mungkin suasana hatinya beda, jelas akan lebih bahagia lagi.

Sayangnya, ia hanya meminjam. Sementara. Semua ini mempunyai batas waktu, ia harus meninggalkan semua ini suatu hari nanti.

Selesai melepas hijab dan aksesoris yang menempel, Chacha lanjut melepas gaunnya dengan kesusahan sampai merusak resletingnya.

“Ribet banget, sih!” gerutunya sembari mengayun langkahnya menuju kamar mandi.

Lima belas menit membersihkan diri dirasa cukup, Chacha keluar dalam keadaan lebih segar dan sedikit rasa lelahnya serasa menghilang terbawa air. Permasalahannya sekarang dia lapar. Mau tidak mau harus turun.

Di ruang tengah Birru sedang duduk memangku laptopnya, matanya tampak fokus menyimak slide demi slide yang tengah ia gulir. Bahkan di hari pernikahannya ia masih tetap memikirkan pekerjaan.

Di anak tangga, Chacha melangkah kikuk hampir tersandung kakinya sendiri.

Fokus Birru beralih pada kedatangan Chacha. Selama beberapa detik pandangan pria itu jatuh pada sosok perempuan cantik berambut basah dengan tubuh berbalut piyama warna peach, sebelum tatapannya kembali ke laptop.

“Saya sudah selesai,” ucap Chacha akhirnya. “Kamu belum mau ganti? Masih sibuk?”

“Setelah ini.” Suara bariton Birru bergumam.

Namun, beberapa detik kemudian, pria itu menutup laptopnya dan berdiri.

“Saya tinggal dulu,” ucap Birru sebelum berjalan melewati Chacha. “Kalau sudah lapar, kamu boleh makan duluan.”

Bahu mereka bersentuhan ringan. Membuat Chacha sedikit tegang–entah kenapa.

Selagi Birru berada di kamar, ruang tengah seketika terasa terlalu luas. Chacha memilih duduk bersandar pada sofa, menutup matanya, dan menekan pelipis yang berdenyut.

Rangkaian acara hari ini hingga detik itu juga, semua menyita kewarasan mental Chacha. Semuanya lebih dari cukup untuk menjadi pelajaran bahwa semesta selalu punya cara untuk mengejutkannya.

Birru kembali muncul dengan pakaian santainya, set pakaian formal putihnya sudah berganti dengan celana panjang dan kaos oblong hitam.

Sambil menuruni anak tangga ia mengangkat tangan menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jari panjangnya. Hal itu cukup memantik rasa kagum dalam hati Chacha.

“Pantesan digilai banyak fans. Cakep gitu,” gumam Chacha lirih tanpa mengalihkan pandangan, memastikan hanya dirinya yang mendengar.

“Belum makan?” tegur Birru.

“Nunggu Ustaz. Nggak enak makan sendiri,” sahut Chacha jujur.

Birru tersenyum tipis, menghampiri meja makan. Keduanya makan dalam diam, hanya ada suara denting sendok yang beradu. Selesai makan, Chacha berinisiatif membersihkan piring dan gelas yang mereka pakai.

“Mm, Ustaz, saya boleh ngomong sebentar?” tanya Chacha. Setelah membilas tangan ia mengumpulkan keberanianya untuk mengutarakan beberapa hal yang masih mengganggu pikiran.

“Boleh,” balas Birru singkat. Ia meletakkan laptopnya, bersiap menyimak penuturan Chacha.

Chacha menarik napas pelan. “Saya mau memastikan kembali kesepakatan kita. Saya masih boleh kerja sebagai dokter di klinik. Benar demikian, bukan?”

Birru mengangguk.

“Lalu sebelumnya, kita belum membahas ini. Apakah saya harus pake jilbab sepanjang hari?”

Pria itu menatap Chacha lamat-lamat, membuat gadis itu entah kenapa salah tingkah–padahal sebelumnya tidak begini.

“Saya pribadi nggak ingin kamu kehilangan apapun setelah pernikahan ini,” ucap Birru kemudian. “Namun, terkait jilbab. Hanya saya yang boleh lihat kamu seperti ini, Chalya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Kesabaran diuji

    Chacha benar-benar dibuat berpikir keras oleh suaminya. Bagaimana tidak, setelah menenangkannya menghadapi komentar pedas netizen dia lalu menghilang. Berpamitan akan mengurus beberapa pekerjaan di ruang kerjanya, hingga malam hari belum keluar. “Chalya,” Birru menghampiri Chacha di ruang tengah. Gadis itu menghela napas. Akhirnya Chacha mendengar panggilan itu juga. Bukan dia sangat mengharapkan, Chacha hanya tidak tahu saja harus melakukan apa di rumah besar itu. Nonton tv sudah, beres-beres sudah, scroll media sosial? Chacha tidak akan melakukannya. Hanya akan menambah beban mental saja. “Yaa?” “Mm, mau makan di luar?” tawar Birru. Chacha kontan mengangguk. “Aku siap-siap dulu, bentar.” Tidak berselang lama, Chacha berlarian kecil menuruni tangga sudah mengganti pakaiannya dengan gamis simpel warna hitam, lengkap dengan hijabnya juga. Sampai di bawah Birru mempersilahkan dia untuk jalan lebih dulu. Di depan rumah ada dua mobil yang terlihat sudah siap, Chacha menghentikan

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Netizen Julid

    Birru terkekeh geli, “Suka parfumnya?”Istri barunya itu nyaris tersedak ludahnya sendiri, dia masih tidak sadar kalau jarak di antara mereka tersisa beberapa inch saja. Ia buru-buru memperbaiki posisinya. Memalingkan wajah untuk menutup wajah, Chacha benar-benar ingin menghilang darii bumi saat itu juga.“Sarapan di kantin aja, mau?” tawar Birru. Biasanya ada Delfin yang mengurus sarapannya, tapi pria itu pasti juga tidak ingin mengganggu Birru, yang baru saja menyandang status pasutri baru.“Kantin mana?”“Kantin pesantren, enak-enak kok makanannya. Mau coba?”Sebelum mereka benar-benar keluar rumah, ponsel Birru berdering. Ia tahu dari semalam berita tentang perrnikahannya kembali menjadi trending di beberapa platform. Selain ucapan selamat dan pujian untuk Chacha, ada beberapa hate komen juga yang nylekit.“Mas,” panggil Chacha, gadis itu sudah berdiri siap menunggu di depan pintu.“Iyaa? Bentar,” Birru tampak tenang, tapi gelagatnya menunjukan bahwa ada sesuatu hal berat sedang m

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Hari Pertama Menjadi Istri

    Chacha mengangguk, “Ok, satu lagi. Kita … nggak tidur sekamar, kan?” Pertanyaan Chacha yang terdengar gamang itu, ia lontarkan dengan memiringkan badannya sedikit. Harap-harap cemas, takut jawabannya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kepalanya.“Nggak. Saya tidur di bawah, saya juga belum terbiasa dengan orang asing.” Jawaban yang sederhana, singkat dan … menohok.Chacha diam sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. Bukan perkara kamar yang terpisah tapi kata ‘orang asing’ nya. Padahal pria itu yang memintanya untuk menikah, seolah Chacha yang memaksanya.“Kemarin umma yang beresin kamar atas jadi barang-barang saya masih di sana. Mungkin besok baru saya pindah,” lanjut Birru.“Oh, iyaa. Nggak masalah, ya udah kalau gitu, aku naik dulu,” pamit Chacha buru-buru.“Sebentar,” sela Birru cepat. “Saya mau bilang kalau, saya suami kamu. Mulai sekarang biasakan jangan panggil saya ustaz terus.”“Terus, panggil apa?” Chacha balik menanyainya.Birru melirik sekilas, “Terserah,”“Mm, mas

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Suami-istri

    Birru menuntun Chacha melewati rumah ndalem, menuju bangunan lain yang ada di belakang asrama santri putra. Langkah mereka terhenti di halaman depan rumah berlantai dua dengan dominan warna beige bergaya American klasik yang anggun. Seperti rumah yang biasa Chacha liat di feed pinterest.“Ini …” suara Chacha menggantung di udara. Namun, tetap saja matanya terus menatap takjub dan suka bersamaan pada pemandangan di depannya.“Rumah kita,” sahut Birru santai, mempersilahkan Chacha untuk masuk lebih dulu setelah membuka kuncinya.Chacha sempat mengeluh pada Allah karena harus dipertemukan dengan pria asing yang seenaknya saja mengajak menikah. Walau sebenarnya Chacha banyak diuntungkan juga, daripada menikahi om-om pemilik toko lebih baik menjadi istri Albirru yang masih muda dan nyatanya jauh lebih tampan.Memasuki rumah lebih dalam, Chacha disambut oleh kucing ras Persia berwarna putih dengan bulu lebat. Chacha reflek menggendongnya dan mengayun-ayun gemas.“Namanya Moly,” ujar Birru

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Menikah

    Sesuai rencana dua keluarga, pernikahan keduanya digelar di pesantren dengan konsep tertutup. Hanya dua keluarga dan kerabat saja yang hadir di sana, tapi cukup untuk memberitahu pada seluruh netizen yang terhormat kalau status Chalya Medina dan Zayn Albirru saat ini adalah sepasang suami istri.Mentari hangat menyapa pesantren Al-Muntazhar. Angin sejuk menerbangkan aroma tanah basah sisa hujan semalam. Jam menunjukan pukul 09:00. Pagi yang sejak kemarin redup tertutup kabut tebal, hari ini terasa mendukung momen dua manusia yang akan berikrar janji suci di hadapan Allah.Ruang tamu ndalem yang cukup luas disulap menjadi tempat sakral dengan dekorasi dominan warna putih. Ada dua rangkaian bunga-bunga putih tersusun sangat rapi di tiap sudut ruangan tersebut. Di dalamnya dua keluarga duduk saling berdampingan menyimak dengan khidmat rangkaian akad yang baru saja dilaksanakan.Suara Birru saat mengucapkan akad menggema di seluruh penjuru pesantren, memunculkan decak kagum sekaligus

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Saya Bersedia

    “Apa–siapa ini?” Fahri langsung merengut mendapati kehadiran Birru.Chacha mengernyit. Tidak mungkin Fahri tidak mengenali Birru, mengingat Birru merupakan ustaz populer. Semua konten-konten dan acara live dakwahnya selalu penuh oleh anggota majelis baik laki-laki maupun perempuan muda, Namun, jika diperhatikan lagi, penampilan Birru memang sedang tidak seperti biasanya. Wajahnya luka-luka–bahkan sedikit bengkak. Sementara penampilannya tampak sedikit kumuh.Meski begitu, suaranya masih tenang seperti saat membawakan kajian, saat mengatakan, “Tidak boleh berisik di klinik.”Fahri jelas tidak terima ditegur seperti itu.“Eh, kamu–!”“Sepertinya perban Anda akan terlepas, Pak,” sela Chacha buru-buru, berkata pada Birru. “Mari ikut saya.”Tanpa menunggu respons, Chacha membawa Birru ke bilik lain agar lebih aman.“Itu mantan Dokter?” Chacha mendongak pada pria yang tengah berjalan tertatih itu. Birru tengah menatapnya dengan raut wajah serius.“Ustaz dengar?” gumam Chacha, mengalihkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status