Share

Menikah

Author: Ranum Aksara
last update Last Updated: 2025-12-16 11:04:06

Sesuai rencana dua keluarga, pernikahan keduanya digelar di pesantren dengan konsep tertutup. Hanya dua keluarga dan kerabat  saja yang hadir di sana, tapi cukup untuk memberitahu pada seluruh netizen yang terhormat kalau status Chalya Medina dan Zayn Albirru saat ini adalah sepasang suami istri.

Mentari hangat menyapa pesantren Al-Muntazhar. Angin sejuk menerbangkan aroma tanah basah sisa hujan semalam. Jam menunjukan pukul 09:00. Pagi yang sejak kemarin redup tertutup kabut tebal, hari ini terasa mendukung momen dua manusia yang akan berikrar janji  suci di hadapan Allah.

Ruang tamu ndalem yang cukup luas disulap menjadi tempat sakral dengan dekorasi dominan warna putih. Ada dua rangkaian bunga-bunga putih tersusun sangat rapi di tiap sudut ruangan tersebut. Di dalamnya dua keluarga duduk  saling berdampingan menyimak dengan khidmat rangkaian akad yang baru saja dilaksanakan.

Suara Birru saat mengucapkan akad menggema di seluruh penjuru pesantren, memunculkan decak  kagum sekaligus gumaman patah hati dari para santri  putri yang menggilainya. 

Sementara di  aula pesantren, Chacha duduk ditemani ibu Arum dan umma Khadijah. Perempuan cantik itu, mengenakan gaun penganti syar’i warna putih lengkap dengan hijab yang menutup bagian dadanya.

Riasan wajah hasil karya dari tangan-tangan ajaib para MUA nyaris membuatnya tak dikenali, begitu halus dan anggun. Berbeda jauh dengan kesehariannya yang biasa berpenampilan asal karena sibuk melayani pasien menumpuk di klinik.

Sungguh momen akad yang tidak pernah Chacha bayangkan akan datang secepat ini.

Jemari Chacha yang lembab di genggam hangat oleh umma Khadijah ketika acara akad selesai. 

“Terima kasih sayang, sudah mau menjadi putri Umma,” ujar umma Khadijah, haru.

Chacha menoleh tanpa suara, hanya menyunggingkan senyumnya sebagai jawaban. Dia masih menutup mulutnya rapat-rapat sejak mereka menginjakan kaki di aula. Jantungnya berdebar kencang, tapi tidak tahu apa penyebabnya. 

Setelah untaian doa selesai di lantunkan, Birru memejamkan matanya sejenak, sekarang ia sudah resmi menjadi suami dari seorang perempuan yang sudah dia cari sejak lama.

Birru dipersilahkan untuk menemui istrinya di aula. Lelaki itu terlihat menghela napas panjang beberapa kali, di balik sikapnya yang berusaha baik-baik saja, siapa sangka bahwa yang ia rasakan saat ini adalah kegugupan yang luar biasa.

“Bismillah,” ucap Birru lirih, seraya melangkah kecil  menuju ke arah depan perempuan yang sudah sah menjadi istrinya beberapa menit lalu.

Di depannya, Chacha menunduk dalam. Apapun alasan pernikahan ini, tetap saja ia tidak kehilangan momen sakral dan harunya. 

Sebelah tangan Birru terulur menyentuh ubun-ubun sang istri, ia melafalkan sebuah doa dengan khidmat di sana.

Akal boleh menolak. Namun, hati tak bisa dibohongi. Sebuah desiran halus bisa Chacha rasakan begitu tangan Birru berlabuh di ubun-ubunnya. 

Ada setitik cairan bening berdesakan dalam pelupuk mata Chacha, sekuat hati ia menahannya agar tidak jatuh, ia terlalu terbawa suasana sepertinya.

Birru melihat wajah ayu di hadapannya. Dalam jarak sedekat itu, mata bulat dengan bulu mata lentik, ditambah hidungnya yang sedikit tinggi, serta bibir merah tipis yang kontras dengan kulit putihnya membuat Birru tak bisa berpaling.

“Terima kasih,” ucap Birru tulus. 

Tidak seperti  pasangan mempelai pada umumnya, mereka tidak bergandengan tangan atau becanda romantis membuat iri para tamu. Keduanya saling terdiam dengan pemikiran masing-masing, pun dengan rasa kagum yang hanya berisik dalam dada mereka sendiri.

Ucapan-ucapan selamat datang dari kerabat dan beberapa teman dekat Birru saja. Media sengaja tidak ada yang diundang agar tidak ada yang menggiring opini menjadi pernikahan gimmick. 

Semua terkesan memang sudah direncanakan  lama. Berita pernikahan mereka hanya keluar lewat unggahan rekan-rekan dan akun official  milik Birru yang dipegang oleh salah satu sahabatnya.

“Capek? Mau istirahat dulu?” tawar Birru, ia menyodorkan segelas air putih pada Chacha. Gadis itu menerimanya, tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan untuk pertama kali. Birru sedikit tersentak. Namun tidak segera menariknya, ia membiarkan rasa canggung ituu menggantung di udara.

Setelah semua rangkaian acara selesai, dan berakhir dengan foto keluarga, satu per satu kerabat dan tamu undangan mulai berpamitan meninggalkan pesantren. 

“Nggak apa-apa? Masih ada tamu,” balas Chacha, menunjuk beberapa orang yang tampak duduk mengobrol.

“Istirahat saja. Makan.”

Birru tampaknya menyadari kalau Chacha belum makan.

Chacha melupakan makan siangnya, mana mungkin dia bisa merasa lapar ketika pikirannya Tengah bercabang ke mana-mana. 

Tanpa mereka tahu, di sudut ruangan ada seorang pria yang menatap momen bahagia hari itu dengan senyum sinis.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Kesabaran diuji

    Chacha benar-benar dibuat berpikir keras oleh suaminya. Bagaimana tidak, setelah menenangkannya menghadapi komentar pedas netizen dia lalu menghilang. Berpamitan akan mengurus beberapa pekerjaan di ruang kerjanya, hingga malam hari belum keluar. “Chalya,” Birru menghampiri Chacha di ruang tengah. Gadis itu menghela napas. Akhirnya Chacha mendengar panggilan itu juga. Bukan dia sangat mengharapkan, Chacha hanya tidak tahu saja harus melakukan apa di rumah besar itu. Nonton tv sudah, beres-beres sudah, scroll media sosial? Chacha tidak akan melakukannya. Hanya akan menambah beban mental saja. “Yaa?” “Mm, mau makan di luar?” tawar Birru. Chacha kontan mengangguk. “Aku siap-siap dulu, bentar.” Tidak berselang lama, Chacha berlarian kecil menuruni tangga sudah mengganti pakaiannya dengan gamis simpel warna hitam, lengkap dengan hijabnya juga. Sampai di bawah Birru mempersilahkan dia untuk jalan lebih dulu. Di depan rumah ada dua mobil yang terlihat sudah siap, Chacha menghentikan

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Netizen Julid

    Birru terkekeh geli, “Suka parfumnya?”Istri barunya itu nyaris tersedak ludahnya sendiri, dia masih tidak sadar kalau jarak di antara mereka tersisa beberapa inch saja. Ia buru-buru memperbaiki posisinya. Memalingkan wajah untuk menutup wajah, Chacha benar-benar ingin menghilang darii bumi saat itu juga.“Sarapan di kantin aja, mau?” tawar Birru. Biasanya ada Delfin yang mengurus sarapannya, tapi pria itu pasti juga tidak ingin mengganggu Birru, yang baru saja menyandang status pasutri baru.“Kantin mana?”“Kantin pesantren, enak-enak kok makanannya. Mau coba?”Sebelum mereka benar-benar keluar rumah, ponsel Birru berdering. Ia tahu dari semalam berita tentang perrnikahannya kembali menjadi trending di beberapa platform. Selain ucapan selamat dan pujian untuk Chacha, ada beberapa hate komen juga yang nylekit.“Mas,” panggil Chacha, gadis itu sudah berdiri siap menunggu di depan pintu.“Iyaa? Bentar,” Birru tampak tenang, tapi gelagatnya menunjukan bahwa ada sesuatu hal berat sedang m

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Hari Pertama Menjadi Istri

    Chacha mengangguk, “Ok, satu lagi. Kita … nggak tidur sekamar, kan?” Pertanyaan Chacha yang terdengar gamang itu, ia lontarkan dengan memiringkan badannya sedikit. Harap-harap cemas, takut jawabannya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kepalanya.“Nggak. Saya tidur di bawah, saya juga belum terbiasa dengan orang asing.” Jawaban yang sederhana, singkat dan … menohok.Chacha diam sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. Bukan perkara kamar yang terpisah tapi kata ‘orang asing’ nya. Padahal pria itu yang memintanya untuk menikah, seolah Chacha yang memaksanya.“Kemarin umma yang beresin kamar atas jadi barang-barang saya masih di sana. Mungkin besok baru saya pindah,” lanjut Birru.“Oh, iyaa. Nggak masalah, ya udah kalau gitu, aku naik dulu,” pamit Chacha buru-buru.“Sebentar,” sela Birru cepat. “Saya mau bilang kalau, saya suami kamu. Mulai sekarang biasakan jangan panggil saya ustaz terus.”“Terus, panggil apa?” Chacha balik menanyainya.Birru melirik sekilas, “Terserah,”“Mm, mas

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Suami-istri

    Birru menuntun Chacha melewati rumah ndalem, menuju bangunan lain yang ada di belakang asrama santri putra. Langkah mereka terhenti di halaman depan rumah berlantai dua dengan dominan warna beige bergaya American klasik yang anggun. Seperti rumah yang biasa Chacha liat di feed pinterest.“Ini …” suara Chacha menggantung di udara. Namun, tetap saja matanya terus menatap takjub dan suka bersamaan pada pemandangan di depannya.“Rumah kita,” sahut Birru santai, mempersilahkan Chacha untuk masuk lebih dulu setelah membuka kuncinya.Chacha sempat mengeluh pada Allah karena harus dipertemukan dengan pria asing yang seenaknya saja mengajak menikah. Walau sebenarnya Chacha banyak diuntungkan juga, daripada menikahi om-om pemilik toko lebih baik menjadi istri Albirru yang masih muda dan nyatanya jauh lebih tampan.Memasuki rumah lebih dalam, Chacha disambut oleh kucing ras Persia berwarna putih dengan bulu lebat. Chacha reflek menggendongnya dan mengayun-ayun gemas.“Namanya Moly,” ujar Birru

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Menikah

    Sesuai rencana dua keluarga, pernikahan keduanya digelar di pesantren dengan konsep tertutup. Hanya dua keluarga dan kerabat saja yang hadir di sana, tapi cukup untuk memberitahu pada seluruh netizen yang terhormat kalau status Chalya Medina dan Zayn Albirru saat ini adalah sepasang suami istri.Mentari hangat menyapa pesantren Al-Muntazhar. Angin sejuk menerbangkan aroma tanah basah sisa hujan semalam. Jam menunjukan pukul 09:00. Pagi yang sejak kemarin redup tertutup kabut tebal, hari ini terasa mendukung momen dua manusia yang akan berikrar janji suci di hadapan Allah.Ruang tamu ndalem yang cukup luas disulap menjadi tempat sakral dengan dekorasi dominan warna putih. Ada dua rangkaian bunga-bunga putih tersusun sangat rapi di tiap sudut ruangan tersebut. Di dalamnya dua keluarga duduk saling berdampingan menyimak dengan khidmat rangkaian akad yang baru saja dilaksanakan.Suara Birru saat mengucapkan akad menggema di seluruh penjuru pesantren, memunculkan decak kagum sekaligus

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Saya Bersedia

    “Apa–siapa ini?” Fahri langsung merengut mendapati kehadiran Birru.Chacha mengernyit. Tidak mungkin Fahri tidak mengenali Birru, mengingat Birru merupakan ustaz populer. Semua konten-konten dan acara live dakwahnya selalu penuh oleh anggota majelis baik laki-laki maupun perempuan muda, Namun, jika diperhatikan lagi, penampilan Birru memang sedang tidak seperti biasanya. Wajahnya luka-luka–bahkan sedikit bengkak. Sementara penampilannya tampak sedikit kumuh.Meski begitu, suaranya masih tenang seperti saat membawakan kajian, saat mengatakan, “Tidak boleh berisik di klinik.”Fahri jelas tidak terima ditegur seperti itu.“Eh, kamu–!”“Sepertinya perban Anda akan terlepas, Pak,” sela Chacha buru-buru, berkata pada Birru. “Mari ikut saya.”Tanpa menunggu respons, Chacha membawa Birru ke bilik lain agar lebih aman.“Itu mantan Dokter?” Chacha mendongak pada pria yang tengah berjalan tertatih itu. Birru tengah menatapnya dengan raut wajah serius.“Ustaz dengar?” gumam Chacha, mengalihkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status