Mata Marshel memicing menatap Sabrina yang sedang berdiri dihadapannya, dengan cepat Sabrina memberikan isyarat untuk tidak membahas hal itu dimuka umum .
"Yaudah kita ketemu nenek gimana," ajak Marshel.
"Hore, Sasa ketemu nenek," girang bocah kecil tersebut.
Marshel membawa keduanya kembali kerumah, Lena juga Rizal begitu tak sabar menunggu kedatangan mereka. Suara klakson berbunyi membuat Lena segera berlari meninggalkan dapurnya menuju halaman depan.
"Nenek," teriak Sasa saat melihat Lena ada didepan pintu menyambutnya.
"Aduh cucunya nenek, udah makan belum ini?"
"Belum, Sasa laper banget ini nek," menyentuk perutnya dengan ekspresi yang begitu menggemaskan.
Lena mengajak semuanya masuk, Marshen sendiri menuntun sang adik untuk masuk kedalam rumah miliknya. Dan benar saja, baru saja masuk Sabrina sudah disuguhi dengan foto keluarga Marshel yang terpajang begitu besarnya.
"Akhh, kepalaku," rintihnya menghentikan langkah
Hari sudah mulai gelap saat Antonio tiba dirumah Rizal, ia merasa bersalah dengan istri juga anaknya karena terlalu lama menjemputnya. Pekerjaan hari ini benar-benar membuat ia menjadi sibuk."Maaf ya ayah, Nio terlalu lama meninggalkan istri juga anak Nio," sesalnya yang tak enak hati."Ngomong apasih, Sabrina juga anak ayah. Terima kasih karena kamu sudah memberi kami waktu bersama," ucap Rizal sambil menepuk bahu menantunya tersebut."Perlahan aja yah, Nio janji bakal bantuin Sabrina mengingat masa lalunya," disambut senyum hangat Rizal padanya."Udah datang loe, gue kira malam ini adek gue nginep disini," canda Marshel yang baru datang."Lain kali aja deh," balas Nio santai."Papaa," teriak Sasa yang berlari lalu meminta gendong pada papanya."Kita makan malam sekalian ya, kebetulan tadi Sabrina masak."Setelah makan malam, Nio mengajak anak juga istrinya kembali kerumah. Sasa begitu lelah hingga tanpa sadar ia tertid
Nio benar-benar tak habis fikir dengan apa yang dilakukan oleh sang istri, hal yang begitu membahayakan dengan santainya ia lakukan dan bahkan ketika ia meminta Sabrina turun tak ada sedikitpun rasa takut melihat kebawahnya."Ngapain kamu tidur diatap," tanyanya dengan nada tegas ketika ia mendudukan sang istri.Sabrina yang tak merasa bersalah hanya terdiam menatap sekelilingnya dengan kebingungannya, ia merasa tidur diatas atap adalah hal biasa sebeb ia sering melakukan hal tersebut ketika dihukum oleh Carisa namun ia tak tahu jika kini hal itu membuat semua orang sangat ketakutan."Apa ada yang salah dengan hal itu," tanyanya tanpa rasa bersalah sedikitpun."Astagaa," berdiri dan mencengkeram kuat kepalanya sendiri. Nio hampir kehilangan kontrol emosinya ketika menatap sang istri."Nak, lain kali jangan sembarangan tidur lagi ya. Kalau nggak nyaman dikamar bisa tidur dikamar lainnya," tutur Bulan lemah lembut."Maaf ya kalau udah bu
Sabrina kesakitan, tangannya begitu sakit akibat pukulan dari tongkat Selly terhadapnya. Sasa yang melihat mamanya kesakitan dengan segera turun dari mobil dan memeluk tubuh mamanya."Mama, mama yang mana yang sakit," tanyanya penuh dengan kekhawatiran."Sayang mama baik-baik saja kok, kamu masuk ke mobil lagi ya," pintanya mengelus kepada anaknya."Wanita jahat, nakal. Berani sekali melukai mamaku, aku kutuk kamu jadi cacing," marahnya menatap tajam Selly penuh dengan kemarahan."Hahahaha, dasar bocah. Kebanyakan baca dongeng sih ya gini, sini ikut mama biar mama kasih pelajaran kamu," menarik tubuh Sasa dengan paksa."Mama tolong, nggak mau lepasi. Mama.""Lepasin Sasa, lepasin anak gue.""Brisik banget," menekan luka dibahu Sabrina."Akhhh.""Mamaaa," teriak Sasa saat dibawa pergi oleh Selly entah kemana.Sabrina yang kesakitan mencoba tenang, ia tak boleh panik agar tahu apa yang harus dilakukannya. Ia m
Nio begitu geram saat kembali menatap wajah angkuh dari mantan istrinya tersebut, wanita yang dulu pergi meninggalkan dirinya juga anaknya. Tangannya terkepal kuat menahan diri untuk memukul langsung Selly didepannya."Berapa nyali yang anda miliki sampai berani melukai nyonya Antonio?""Bahkan gue sudah berbaik hati hanya mematahkan satu tangannya saja, " sombongnya memancing kemarahan Nio.Nio yang murka mencekik leher Selly dengan begitu kuatnya, Sabrina segera menyerahkan Sasa pada salah seorang pengawal dan memintanya membawa Sasa pergi dahulu."Tenang hubby," ucap Sabrina membelai punggung Nio suaminya."Munafik, berani sekali merebut kedudukanku sebagai nyonya Nio juga mama kandung Sasa.""Anda perlu berkaca diri nona Selly. Anda yang dengan sadarnya pergi meninggalkan keluarga kecil anda sekarang menghina saya merebut itu semua, bodoh," seru Sabrina memberikan tekanan pada Selly. "Pergi, bawa dia. Lakukan se
Tak ada yang bisa Nio lakukan untuk menghilangkan rasa sakit ditangan istrinya, ia hanya bisa menemaninya sambil terus tersenyum kepadanya. Hanya semangat yang kini Sabrina butuhkan, hanya keselamatan Sasa juga keluarganya yang menjadi keutamaannya."Selamat pagi sayang," ucapnya ketika Sabrina baru membuka matanya."Pagi hubby," tersenyum begitu manisnya."Apa masih sakit," tanyanya mencium lengan juga tangan istrinya yang di gips.Sabrina tahu kekhawatiran suaminya, ia tak bisa menghibur dengan berpura-pura kuat atau dalam keadaan baik-baik saja. Sabrina hanya bisa tersenyum sambil memeluk tubuh sang suami dengan penuh kasih sayang."Semua akan baik-baik aja, " ucap Sabrina dalam dekap hangat tubuh Antonio.Tak ada kata-kata, Nio hanya menghujani istrinya dengan kecupan kasih sayang. Dengan telaten juga membantu istrinya mandi juga mengganti pakaiannya."Mama," gumam Sasa yang melihat Sabrina berjalan sambil dituntun Nio
Tubuh Selly sudah tak mampu lagi menahan kesakitannya, rasanya sakit itu menjalar disekujur tubuhnya. Apa yang bisa ia lakukan kini selain memohon ampun dan belas kasih, tak ada dan tak akan pernah ada."Tuan, saya sudah melakukan tugas saya.""Hm, Lex antar dia keluar dan berikan kompensasinya.""Baik tuan. Mari ikut saya.""Apa yang harus kami lakukan selanjutnya tuan," tanya kepala pada Nio."Tunggu sampai gelap, antarkan dia pulang didepan gerbangnya. Pastikan jangan sampai terlihat oleh orang.""Baik tuan."Nio bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Bersama Alex ia kembali ke kantor dan menyelesaikan pekerjaannya seperti biasa. Ada rasa was-was saat ia meninggalkan Sabrina seorang diri dirumah tanpa pengawalan darinya, karena semejak kejadian itu Nio tak lagi percaya jika bukan dirinya sendiri.Sedangkan dirumah Sabrina begitu kesepian, Nio melarangnya keluar rumah jika tanpa dirinya bahkan ia juga tak berani ikut bersama
Hujan yang semakin deras bercampur dengan angin kencang membuat Lastri terus memikirkan putrinya, firasatnya mengatakan hal buruk sedang menimpa putrinya namun ia tak tahu itu apa. Mengambil kunci mobilnya, Lastri hendak pergi kembali mencari Selly kemanapun."Buka gerbangnya," teriaknya dari dalam mobil."Astagaaaa," teriak satpam yang membuat Lastri mengerutkan dahinya."Ada apa sih?""Nyonya, nyoya itu," paniknya."Yang jelas ngomongnya,saya kagi buru-buru ini.""I,, itu nyonya. Non Selly didepan."Lastri terdiam, ia turun dengan tergesa-gesa hingga lupa membawa payung miliknya. Selly tak sadarkan diri, dengan bantuan para satpam Selly dimasukkan kedalam mobil dan dibawanya segera ke rumah sakit.Sesampainya dirumah sakit Selly segera dilarikan ke ICU, Lastri hanya bisa berdoa dan berharap jika putrinya akan baik-baik saja kali ini. Lastri tak menyangka jika putrinya mengalami hal buruk seperti hari ini.&nb
Mata Sabrina terbelalak melihat ruang rawatnya saat ini, bukan terlihat seperti layaknya ruang pada rumah sakit melainkan lebih mirip dengan penthahouse yang ada difilm-film korea."Hubby, sepertinya kita salah masuk kamar deh," ucap Sabrina."Kita tidak salah kamar nona, ini memang ruangan khusus untuk anda," jawab Alex membantu tuannya.Antonio mendorong kursi roda istrinya masuk, membawa tubuh itu naik keatas ranjangnya yang sangatlah empuk. Mata Sabrina masih terus menjelajahi seisi ruangannya, benar-benar begitu mewah bahkan ia bisa melihat sunrise juga sunset dari tempat tidurnya."Suka," tanya Nio memeluk tubuh sang istri."Sangat suka, begitu indah hubby.""Aku sudah mempersiapkan ini untukmu, dan andai kamu tadi bilang tak suka maka minta maaflah pada Alex sayang," ucap Nio membingungkan."Kenapa harus minta maaf pada kak Alex," tanyanya."Karena kalau nona bilang tidak suka maka tuan akan memerintahkan saya untuk meng