Gangsa mengikuti kemanapun Najma pergi hari itu, di jadi tidak merasa terlalu bosan, walau kadang-kadang kesal karena Najma selalu membentak, saat bicara dengannya.
"Apa kamu tidak jijik setiap hari berurusan dengan air seni?" Tanya Gangsa.Najma tidak menjawab pertanyaan bodoh itu, bagaimana mungkin dia jijik, ini pekerjaannya."Apa ini?" Teriak Gangsa ketika mencium bau yang menyengat di sebuah box.Najma tertawa mendengar itu."Rasain dari tadi kepo terus!" Umpat Najma pelan, takut di dengar Sari rekan kerjanya yang sedang berada tidak jauh dari tempatnya.Najma menahan senyumnya melihat Gangsa menutup hidungnya rapat-rapat, karena yang baru di ciumnya adalah kotoran luka dari salah satu pasien."Itu kotoran, mau di buang!"Ucap Najma, membuat Gangsa memegang mulutnya, menahan rasa mual karena bau kotoran itu telah masuk ke dalam penciumannya.Najma meneruskan pekerjaannya, membiarkan Gangsa berputar-putar di sekitarnya.Setelah selesai, Najma pergi ke ruang pasiennya yang lain, yang harus dia cek keadaan nya.Ternyata jadi perawat lumayan capek juga, kesana kemari dari awal bekerja hingga selesai.Karena hari ini Najma lembur, Najma duduk santai di ruangan untuk istirahat sebentar."Naj! Kamu tahukan pasien koma di ruang 212," ucap Ratih.Najma menoleh ke arah Gangsa, karena itu adalah kamarnya."Iya, kenapa memang?" Tanya Najma pelan."Dia itu seorang CEO, masih muda dan juga tampan belum menikah lagi, kasihan," lanjut Ratih."Udah takdir!" Jawab Najma.Mendengar jawaban Najma, Gangsa langsung melotot ke arah Najma."Iya, sih. Katanya dia mau di bawa pulang, akan di rawat di rumah!" Lanjut Ratih.Najma kembali melihat ke arah Gangsa, menanyakan apa kabar ini benar pada Gangsa, Gangsa menggeleng karena dia juga tidak tahu soal rencana ini, beberapa hari ini, dia jarang ke kamarnya, dia lebih sering bersama Najma."Mereka sedang mencari perawat yang akan merawatnya 24 jam," lanjut Ratih lagi."Apa mereka sudah dapat?" Tanya Najma penasaran."Tidak tahu!" Jawab Ratih.Najma melirik ke arah Gangsa lagi, berarti sebentar lagi dia akan bebas dari Gangsa, risi juga di ikuti dia terus kemana-mana."Kenapa tidak kamu saja yang mendaftar jadi perawatku," bisik Gangsa."Gila!" Seru Najma pada Gangsa."Siapa yang gila, naj?" Tanya Ratih tidak jadi keluar dari ruangan itu."Enggak bukan siapa-siapa," jawab Najma cepat.Ratih menatap sebentar ke arah Najma."Kamu yakin mau menggantikan aku lembur?" Tanya Ratih, jadi ragu meninggalkan Najma."Iya, jangan khawatir!" Jawab Najma sambil tersenyum.Najma lalu menatap kepergian Ratih, kini tinggal dia sendirian di ruangan itu.Najma melotot ke arah Gangsa."Please, kamu mau yah, jadi perawatku, aku akan membayar kamu mahal!" Ucap Gangsa."Berapa?""Terserah kamu!""Yakin?" Tanya Najma, sambil melihat ke arah Gangsa."Iya!""Kalau sepuluh juta sebulan, Gimana?" Tanya Najma iseng."Deal!" Ucap Gangsa.Najma melotot tidak percaya pada Gangsa, lalu tertawa kencang."Kamu ini hanya ruh, pake mengkhayal mau bayar aku mahal," ucap Najma sinis."Aku punya tabungan pribadi yang tidak ketahui siapapun, kamu bisa mengambilnya sekarang jika tidak percaya," ucap Gangsa.Najma terdiam, jika benar Gangsa membayarnya sebanyak itu, pasti dia tak perlu bingung lagi membayar hutang kedua orang tuanya, yang belum lunas.Tapi jika dua puluh empat jam, bagaimana Nuri, di rumah dia akan sendirian."Maaf aku tidak bisa, bagaimana Nuri, jika aku harus dua puluh empat jam merawat kamu," ucap Najma."Ajak saja Nuri tinggal bersama kamu,"Najma melotot ke arah Gangsa sekali lagi, pria ini kalau bicara memang nggak di pikir dulu, bagaimana dia bisa membawa Nuri.Najma meninggalkan Gangsa tanpa menjawab, kesal juga bicara dengan Gangsa yang selalu memaksa.Gangsa masih mengikuti Najma, yang keluar dari tempat itu, Najma yang sedang banyak pikiran menjadi tidak nyaman, hingga merasa kesal karena Gangsa selalu mengikuti."Apa kamu tidak bisa sebentar saja, jangan mengikuti aku!" Ucap Najma kesal.Gangsa menatap Najma sebentar, lalu Gangsa berhenti di tempatnya, dia membalikkan badannya, lalu berjalan ke arah berlawanan dengan arah tujuan Najma, Gangsa mengerti Najma sedang butuh waktu untuk sendiri.Baru beberapa langkah Najma menjauh dari Gangsa, seseorang menarik tangannya dengan kuat, lalu membekap mulutnya hingga dia tak bisa bersuara.Najma sempat memberontak sebentar, namun kemudian tertidur lemas, karena telah di beri obat bius, tubuh Najma kemudian di bopong oleh orang itu.Rumah sakit yang sangat sepi ini, membuat perasaan Gangsa sedikit ngeri juga, jika berjalan sendiri.Gangsa akhirnya berbalik badan bermaksud mengejar Najma, tapi Gangsa terkejut saat melihat tubuh Najma sedang di bopong seorang pria.Gangsa segera berlari ke arah orang itu, untuk melihat keadaan Najma.Gangsa melihat ke arah wajah pria yang sedang menggendong Najma, ada sedikit senyum.di ujung bibirnya, membuat Gangsa mengerutkan keningnya, karena merasa aneh.Pria itu juga memakai seragam perawat rumah sakit ini, hingga Gangsa yakin jika pria itu perawat di sini.Mungkin Mala tadi pingsan karena kelelahan, dan akhirnya dia pingsan, kemudian di bopong oleh pria ini.Gangsa mengikuti ke mana pria itu membawa Mala, dia sangat takut terjadi sesuatu pada Mala.Gangsa terkejut, saat tahu pria itu membawa Najma ke sebuah ruangan yang ada di belakang rumah sakit."Apa yang dia lakukan di sini?" batin Gangsa bertanya-tanya.Gangsa memperhatikan daerah di sekeliling ruangan itu, sangat sepi, tiba-tiba sebuah firasat buruk muncul di hatinya.Gangsa melihat pria itu meletakkan Mala dk atas sebuah tempat tidur, lalu pria itu sendiri masuk ke dalam kamar kecil yang ada di dalam ruangan itu.Gangsa yang masih bingung, tidak tahu harus bagaimana menolong Najma, Gangsa hanya mengikuti saja kemana pria itu membawa Najma.Pria itu membawa Najma masuk ke dalam sebuah ruangan lalu meletakkan Najma di atas tempat tidur.Gangsa melihat pria itu masuk ke dalam kamar mandi, dalam kesempatan itu, Gangsa berusaha membangunkan Najma."Najma bangun!" Teriak Gangsa."Bangun Najma!" Teriak Gangsa sekali lagidengan kencang, tapi Najma yang dalam kondisi lemas karena obat bius tidak bereaksi apapun.Gangsa melihat pria itu sudah keluar dari kamar mandi. Pria itu keluar hanya menggunakan handuk kecil yang terbelit di pinggang, kemudian pria itu berjalan menghampiri Najma.Gangsa melihat pria itu tersenyum pada Najma, perasaan Gangsa makin tidak enak."Akhirnya kamu akan menjadi milikku juga!" Ucap pria itu.Mendengar itu, Gangsa makin panik, apa yang akan di lakukan pria itu pada Najma.Gangsa lalu melihat tangan pria itu hendak membuka kancing baju Najma, Gangsa bingung harus bagaimana menolong Najma, tanpa sengaja Gangsa mengangkat sebelah tangan Najma ke atas, dan itu membuat pria itu sedikit terkejut.Gangsa tersenyum melihat hal itu, Gangsa dengan pelan mengangkat tubuh Mala, hingga terlihat seperti melayang.Gangsa tertawa kecil melihat ekspresi ketakutan di wajah pria jahat itu."aku akan membuat kamu kapok, melakukan ini. lagi!" Ucap Gangsa.Gangsa dengan sengaja berjalan mendekati pria itu sambil mengendong Najma, Gangsa tahu i mata pria itu pasti Najma sedang melayang ke arahnya.Pria itu segera membalikkan badan dan keluar dari ruangan itu, kemudian lari kocar-kacir ketakutan.Gangsa tertawa terbahak-bahak melihat pria itu lari kocar-kacir, hanya dengan memakai handuk.Setelah puas tertawa, Gangsa menatap ke arah Najma yang sedang berada gendongan kedua tangannya.Najma tidur sangat pulas, sekarang dia tahu Najma pasti terkena obat bius.Gangsa meletakkan Najma kembali di atas tempat tidur. Karena lelah Gangsa pun terlelap di samping Najma.Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu