Najma memandang ke arah Gangsa, lalu dia berjalan ke arah pintu, untuk mengusir Gangsa dari rumah nya saat itu juga.
"Pergilah dari rumahku!" Usir Najma.Gangsa tidak bergeming, dia tetap di tempatnya.Najma dengan kesal, menarik tangan Gangsa dengan kuat, menyeret Gangsa agar keluar dari rumahnya.Tapi usahanya sia-sia, Gangsa bahkan tidak sedikitpun bergeser, karena tubuh Gangsa dua kali lipat besarnya dari tubuh Najma."Kamu!" Bentak Najma marah.Najma ingat tentang sapu yang dia pegang sebelumnya, Najma pun segera mengambilnya, lalu mengayunkan sapu itu pada Gangsa, berharap Gangsa akan segera keluar dari rumahnya."pergi kamu dari rumahku!" Teriak Najma."Pergi!" Teriak Najma lagi.Nuri yang sedang berada di kamar, segera keluar mendengar keributan yang di sebabkan oleh suara kakaknya.Nuri melotot saat melihat Najma bertingkah seperti sedang mengusir seseorang dari dalam rumah dengan sapu."Kakak berhenti!" Teriak Nuri.Nuri berjalan ke arah Najma lalu merebut sapu dari tangan Najma."Sapu ini bisa patah, ka!" Bentak Nuri."Kakak mau mengusir dia!" Jawab Najma sambil menunjuk ke arah Gangsa."Dia? Dia? Dia siapa sih ka. Di sini tidak ada orang, lihat!" Ucap Nuri dia menendang dan memukul ke arah Gangsa, tapi tidak ada satupun tendangan atau pukulan Nuri yang mengenai Gangsa.Bahkan saat ini Nuri sedang berdiri di mana Gangsa berdiri.Najma langsung menutup wajahnya melihat hal itu, Najma langsung menarik tangan Nuri, agar ikut berlari masuk ke dalam kamarnya, lalu menutup pintu kamarnya rapat-rapat.Nuri melihat ke arah kakaknya yang terlihat ketakutan, wajahnya terlihat sangat pucat."Kaka! Kakak!" Teriak Nuri sambil menggoyangkan tubuh Najma.Najma melihat ke arah Nuri, lalu memeluk Nuri erat-erat.Gangsa yang mendengar semua itu dari balik kamar merasa sangat bersalah, dia terduduk lemas di lantai.***Setelah sekian lama, Najma akhirnya melepaskan pelukannya pada Nuri, dia beranjak dari duduknya lalu perlahan membuka pintu kamarnya, berharap apapun yang tadi dia lihat sudah tidak ada di sana.Najma menarik nafas lega, saat dia tidak lagi melihat siapapun di rumahnya.Najma pun segera melangkah lebih maju keluar dari kamarnya.Najma menutup mulutnya agar tidak berteriak, saat melihat seseorang sedang duduk di lantai sambil memeluk kedua lututnya.Pria itu melirik ke arah Najma, dengan pandangan mata yang sedih, mereka saling bertatapan dalam jangka waktu yang lama.Najma benar-benar melihat kesedihan di matapria itu."Apa dia setan? Tapi wajahnya tampan dan juga tidak menyeramkan," batin Najma."Kamu siapa? Kenapa ada di sini?" Tanya Najma akhirnya, dengan suara gemetar.Gangsa melepaskan pelukan tangannya pada kedua lututnya, lalu perlahan berdiri dari duduknya.Najma yang waspada bergerak mundur ke belakang agar sedikit menjauh dari Gangsa."Ku mohon jangan takut padaku, aku bukan setan!" Ucap Gangsa."Lalu apa? Kenapa Nuri tidak bisa melihat kamu?""Aku hanya sebuah roh, jasadku masih terbaring koma di rumah sakit, di mana kamu bekerja," jelas Gangsa."Lalu kenapa kamu, ada di sini?" Tanya Najma."Karena hanya kamu yang bisa melihat dan bicara denganku, sedangkan orang lain bahkan kedua orang tuaku juga tidak," jelas Gangsa."Kenapa bisa begitu?" Tanya Najma lagi dengan penuh heran."Aku sendiri tidak tahu," jawab Gangsa.Najma terkejut mendengar itu, sejak kapan dia bisa melihat roh, apa mungkin pria yang ada di hadapannya ini, sedang berbohong, batin Najma."Jika kamu tidak percaya, kamu bisa membuktikan di rumah sakit," ucap Gangsa seperti tahu apa yang menjadi pertanyaan Najma.Najma menatap Gangsa tajam, tidak ada rona jika dia sedang berbohong."Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Najma akhirnya.Gangsa pun akhirnya bercerita kenapa dia sampai koma, dan rohnya terlepas dari raganya.Najma yang tidak mengerti hal ini hanya diam."Lalu aku harus apa?" Tanya Najma akhirnya."Aku sendiri juga tidak tahu, tapi aku mohon temani aku menjalani semua ini, aku tidak ingin sendirian menjalani semua ini, kamu bisa bayangkan aku sendirian tanpa ada yang bisa aku ajak bicara dan bingung harus apa dan bagaimana," cerocos Gangsa.Najma terdiam, dia melihat ke arah Gangsa. Masa iya dia harus berteman dengan ruh, Najma bergidik ngeri."Siapa namamu?" Tanya Najma."Gangsa,""Aku Najma, aku tinggal di rumah ini hanya berdua dengan adikku, kami yatim piatu, kedua orang tua kami baru saja meninggal setahun yang lalu," jelas Najma memperkenalkan dirinya.Gangsa terdiam mendengar penjelasan Najma.Malam itu Najma dan Gangsa saling bercerita tentang satu sama lain, entah mengapa itu bisa terjadi, biasa Gangsa sangat sulit mengatakan apapun tentang hidupnya pada orang lain, apalagi orang yang baru di kenalnya seperti Najma.Namun bersama Najma sekarang dia begitu lancar mengatakan semuanya.Keesokan harinya, Najma terbangun dengan malas, karena semalaman dia tidak tidur.Najma pergi ke rumah sakit, setelah mengantar adiknya Nuri ke sekolah."Kakak baik-baik saja kan?" Tanya Nuri sedikit khawatir melihat wajah kakaknya yang sedikit pucat."Iya kakak baik-baik saja, kakak hanya sedikit mengantuk!" Jawab Najma.Setelah melihat Nuri masuk ke dalam sekolah, Najma langsung mengemudikan motornya ke arah rumah sakit.Sampai di rumah sakit, Najma melihat Gangsa di lobby, Najma bersikap seperti tidak melihat apapun, dia mengabaikan Gangsa yang terus mengikutinya.Najma seperti biasa begitu tiba, langsung menuju loker nya, mengambil alat-alat nya, lalu segera berkeliling.Gangsa masih saja mengikutinya, Najma berhenti di sebuah kamar, di mana ada tubuh Gangsa yang terbaring, Najma akan membuktikan jika apa yang di katakan Gangsa adalah benar.Najma membuka pintu perlahan, lalu masuk ke dalam kamar tersebut.Najma melihat ada sepasang suami istri sedang terduduk dengan wajah sedih."Mereka Ayah dan Ibuku," ucap Gangsa.Najma setelah menyapa, kedua orang tua Gangsa, dia berjalan menuju tempat tidur pasien atau Gangsa tanpa hambatan, karena dia seorang perawat, walau Gangsa bukan pasiennya.Najma memperhatikan wajah Gangsa, apa yang di katakan Gangsa memang benar, yang terbaring koma adalah dia.Najma tidak bisa berkata apapun, dia pun keluar dari kamar itu."Apa kamu percaya padaku, sekarang?" Tanya Gangsa.Najma tidak menjawab, dia tidak mungkin menjawab Gangsa sekarang."Apa kamu tahu, bagaimana caranya biar aku cepat bangun dari koma?" Tanya Gangsa lagi.Najma pun masih menutup mulutnya rapat-rapat."Kamu pasti tahu caranya, kamu kan seorang perawat!" Ucap Gangsa lagiNajma mengentikan langkahnya, melihat ke kanan dan ke kiri, melihat apakah ada orang di sana dan ternyata sepi."Perawat bukan tuhan!" Ucap Najma."iya kau tahu, tapi setidaknya kamu tahu apa yang harus di lakukan," cerocos Gangsa."Aku akan bertanya pada dokter yang bertugas menangani kamu," jawab Najma.Gangsa terdiam mendengar ucapan Najma."Najma!"Najma berhenti melangkah, saat mendengar namanya di panggil."Ada apa Rat?" Tanya Najma pada Ratih rekan kerjanya."Bisa gantikan aku lembur malam ini?" Tanya Ratih.Najma langsung tersenyum mendengar itu, tentu saja dia mau."Ok, siap!" Jawab Najma cepat."Terimakasih ya,""Sama-sama," jawab Najma.Najma meneruskan langkahnya, dengan gembira, karena ada tambahan uang masuk lagi, untuk bulan ini.Gangsa merasa heran, ada orang yang begitu senang harus kerja ekstra seperti Najma.Gangsa mengikuti kemanapun Najma pergi hari itu, di jadi tidak merasa terlalu bosan, walau kadang-kadang kesal karena Najma selalu membentak, saat bicara dengannya."Apa kamu tidak jijik setiap hari berurusan dengan air seni?" Tanya Gangsa.Najma tidak menjawab pertanyaan bodoh itu, bagaimana mungkin dia jijik, ini pekerjaannya."Apa ini?" Teriak Gangsa ketika mencium bau yang menyengat di sebuah box.Najma tertawa mendengar itu."Rasain dari tadi kepo terus!" Umpat Najma pelan, takut di dengar Sari rekan kerjanya yang sedang berada tidak jauh dari tempatnya.Najma menahan senyumnya melihat Gangsa menutup hidungnya rapat-rapat, karena yang baru di ciumnya adalah kotoran luka dari salah satu pasien."Itu kotoran, mau di buang!"Ucap Najma, membuat Gangsa memegang mulutnya, menahan rasa mual karena bau kotoran itu telah masuk ke dalam penciumannya.Najma meneruskan pekerjaannya, membiarkan Gangsa berputar-putar di sekitarnya.Setelah selesai, Najma pergi ke ruang pasiennya yang lain, ya
Najma sadar dan terbangun keesokan harinya, dia terkejut melihat Gangsa yang juga tertidur di sisinya.Najma segera membangunkan Gangsa, lalu turun dari tempat tidur. Najma lalu melotot pada Gangsa, meminta penjelasan apa yang terjadi hingga mereka ada di tempat ini.Gangsa yang tidak ingin Najma makin marah padanya segera meneritakan apa yang terjadi pada mereka.Najma menutup mulutnya tak percaya mendengar apa yang di ceritakan Gangsa padanya. Namun Mala ingat saat dirinya di tarik oleh seseorang semalam.Najma langsung memeluk Gangsa erat, entah bagaimana nasibnya, jika Gangsa tidak mengikutinya."Mulai sekarang kamu boleh mengikuti ku sampai kapanpun dan kemanapun, aku tak akan mengeluh," ucap Najma.***Najma menundukkan kepalanya saat temannya Ratih marah padanya, karena dia telah lalai melakukan tugasnya, bahkan Ratih tidak percaya dengan cerita yang dia ceritakan tentang apa yang semalam menimpanya.Ratih dengan terpaksa melaporkan Najma, sebagai perawat yang lalai. Karena po
Najma mengambil kertas yang di berikan oleh ayah Gangsa padanya, lalu Najma menarik tangan Gangsa untuk mengikutinya."Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Gangsa."Diam kamu!" Sentak Najma.Sedangkan Surya terus memperhatikan Najma, yang terlihat seperti sedang berdebat terus dengan seseorang, di depan matanya.Jika memang yang ada di dekat gadis itu benar-benar Gangsa, Surya bisa pastikan jika Gangsa sudah jatuh di tangan gadis itu.Gangsa putranya sangat tidak suka di atur oleh siapapun, apalagi oleh seorang gadis."Tanda tangan!" Pinta Najma pada Gangsa, dengan mata melotot."Bagaimana?" Tanya Gangsa kebingungan, karena dia bahkan tidak bisa menyentuh pulpen yang ada di atas kertas itu, apalagi tanda tangan.Najma tersenyum melihat Gangsa kebingungan."Sini tangan kiri kamu, kita berpegangan!" Pinta Najma lagi.Gangsa tersenyum pada Najma mendengar itu, Najma terpaku sebentar ditempatnya melihat senyum Gangsa itu, selama ini Gangsa tidak pernah tersenyum seperti barusan.Tidak ma
Gangsa kembali ke rumah Najma, Najma sudah tidak ada di tempat nya. Gangsa pun segera mencari di mana Najma berada."Najma! Kamu di mana? Ada yang ingin aku katakan!" Teriak Gangsa. Namun tidak ada jawaban dari Najma, Gangsa yang penasaran langsung masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan Najma, Gangsa terkejut saat melihat Najma sudah tertidur pulas di tempat tidur.Melihat Najma tertidur, Gangsa langsung keluar dari kamar tidur itu, mungkin lain kali dia akan menceritakannya.Keesokan harinya, Najma bangun di pagi hari seperti biasanya, karena hari ini dia tidak usah pergi bekerja, Najma akhirnya memilih untuk memasak.Semua yang di kerjakan Najma memang tidak aneh, namun situasi yang di rasakan Najma saat ini sangat canggung, karena sejak tadi Gangsa hanya mengikuti dan memperhatikannya saja, membuat Najma sedikit tidak nyaman jadinya."Apa tidak ada yang bisa kamu kerjakan, selain ada di sini!" Bentak Najma pada Gangsa."Memangnya aku harus apa ka? Lagi pula aku baru saja datang
Mala yang sudah berhasil menenangkan Nuri, mencium Nuri dengan lembut."Dengar Kaka tidak akan pernah meninggalkan kamu, apalagi sampai jadi gila," ucap Najma."Jika kamu sering lihat kakak bicara sendiri, itu bukan karena kakak stres, tapi di dekat kakak sekarang benar-benar ada seseorang, namun dia tidak bisa di lihat oleh kamu, hanya bisa di lihat oleh kakak, jadi percaya lah, kakak tidak gila," lanjut Najma pada Nuri."Nanti kakak pasti cerita soal dia, tapi tidak sekarang!" Nuri mengangguk, lalu memeluk Najma erat.Najma melepaskan pelukannya, lalu menatap Nuri."Kakak juga sudah dapat kerja, tapi sebagai perawat pribadi, kakak harus bekerja 24 jam di rumahnya, gajinya lumayan besar, tapi kakak bingung, karena harus meninggalkan kamu," cerocos Najma pada Nuri."Memangnya berapa gajinya, kak?" Tanya Nuri."Sepuluh juta!" Jawab Najma."Apa! Jika sebesar itu hutang ayah dan ibu bisa cepat lunas, terima saja kak, biar aku sama bibi saja," ucap Nuri."Kamu yakin?" "Tentu saja, aku i
Najma terkejut saat Gangsa yang berdiri jauh di luar rumah menjerit kesakitan, saat para ustad dan para santrinya mulai membacakan ayat-ayat suci untuk mengusirnya.Najma sebenarnya ingin sekali langsung berlari ke arah Gangsa namun tidak dia lakukan, karena jika dia lakukan itu, Keberadaan Gangsa akan di ketahui oleh ustad dan para santrinya.Najma tetap bertahan walau mendengar teriakan Gangsa meminta tolong."Sudah pak ustad, di sini tidak ada apa-apa, Nuri hanya terlalu khawatir padaku," ucap Najma dengan wajah penuh rasa khawatir karena mendengar Gangsa terus saja menjerit.Najma memutar otaknya untuk menolong Gangsa yang terlihat sangat kesakitan."Aku harus pura-pura kesurupan!" Ucap Najma."Aaaaa!" Teriak Najma tiba-tiba, membuat semua yang ada di sana terkejut dan segera melihat ke arah Najma, Najma menundukkan kepalanya dalam-dalam sambil mengacak-acak rambutnya hingga berantakan."Kakak! Kakak!" Teriak Nuri ketakutan.Gangsa segera menghentikan teriakkan nya, diapun terkeju
"Kamu! Apa kamu tidak bisa menolongku!" Teriak Najma pada Gangsa yang tadi hanya diam, menatap ke arah Toni.Toni menghentikan langkahnya mendengar ucapan Najma, yang aneh itu, lalu dia sedikit tertawa."Apa kamu begitu takut padaku, tenang aku ini Abang kamu, pasti aku akan memperlakukan kamu dengan lembut," ucap Toni."Bang! Kumohon jangan gila! Ini uang yang Abang minta! Aku bayar lunas!" Ucap Najma."Pegang saja uang itu buat kamu! Asalkan kamu mau sama Abang!" Balas Toni."Jangan gila bang!" Teriak Najma lagi."Aku memang gila, gila sama kamu! Sejak melihat kamu pertama kali, sampai sekarang," oceh Toni makin tidak jelas di telinga Najma.Jarak antara Toni dan Najma pun kini sudah saling berhadap-hadapan, hanya tinggal satu senti meter lagi, tubuh mereka akan saling menempel.Najma menoleh ke arah Gangsa dengan wajah memohon untuk di tolong.Gangsa bukan tidak mau menolong Najma, tapi dia bingung harus bagaimana menolong Najma, sejak tadi dia berusaha menyentuh Toni untuk menahan
"Kenapa kak?" Tanya Nuri kebingungan."Dia telah menolong kakak, kakak tidak mau dia pergi dari tempat ini," jelas Najma."Tapi dia setan, ka!" Protes Nuri."Bukan, dia bukan setan, dia hanya ruh yang gentayangan karena terpisah dari raganya," jelas Najma."Jadi kakak tahu, siapa setan itu!" Teriak Nuri"Aku bukan setan!" Teriak Gangsa membalas teriakan Nuri." Dia pasien di rumah sakit kakak," jawab Najma.Nuri diam, lalu menatap Najma dengan tajam, Nuri begitu takut jika sampai kakaknya sakit atau celaka karena mahluk yang tidak bisa dia lihat itu."Apa kakak yakin dia tidak bahaya buat Kaka?" Tanya Nuri Najma mengangguk, lalu memeluk Nuri, Najma tahu Nuri sangat mengkhawatirkan dirinya."Tenanglah, kakak yakin dia baik, walau kadang dia menyebalkan karena suka seenaknya!" Lanjut Najma."Apa dia begitu menyebalkan?" Tanya Nuri lagi."Iya," jawab Najma.Gangsa hanya diam mendengar apa yang di katakan Najma tentang dirinya, mungkin apa yang di katakan Najma ada benarnya juga.Gangsa