Najma sadar dan terbangun keesokan harinya, dia terkejut melihat Gangsa yang juga tertidur di sisinya.
Najma segera membangunkan Gangsa, lalu turun dari tempat tidur.Najma lalu melotot pada Gangsa, meminta penjelasan apa yang terjadi hingga mereka ada di tempat ini.Gangsa yang tidak ingin Najma makin marah padanya segera meneritakan apa yang terjadi pada mereka.Najma menutup mulutnya tak percaya mendengar apa yang di ceritakan Gangsa padanya. Namun Mala ingat saat dirinya di tarik oleh seseorang semalam.Najma langsung memeluk Gangsa erat, entah bagaimana nasibnya, jika Gangsa tidak mengikutinya."Mulai sekarang kamu boleh mengikuti ku sampai kapanpun dan kemanapun, aku tak akan mengeluh," ucap Najma.***Najma menundukkan kepalanya saat temannya Ratih marah padanya, karena dia telah lalai melakukan tugasnya, bahkan Ratih tidak percaya dengan cerita yang dia ceritakan tentang apa yang semalam menimpanya.Ratih dengan terpaksa melaporkan Najma, sebagai perawat yang lalai. Karena posisi nya di sini hanya perawat magang, kesalahan itu di anggap sangat fatal, hingga akhirnya Najma di keluarkan dari rumah sakit.Najma dengan. sedih pulang ke rumah, entah bagaimana lagi dia akan menghidupi Nuri. Najma menangis sedih, sambil memeluk kedua lututnya.Gangsa yang sejak tadi diam, masih tetap diam, dia tidak berani mengganggu Najma. Gangsa terus menatap ke arah Najma, tidak sedikitpun Gangsa melepaskan pandangannya dari Najma.Jauh di lubuk hatinya, ada kekhawatiran pada Najma.Gangsa yang dulu terkenal sangat dingin, tidak pernah perduli pada orang lain, kini sedikit terenyuh dengan kejadian yang menimpa Najma.Setalah beberapa jam lamanya Najma menangis, Najma menatap Gangsa yang ada di depan matanya."Aku bersedia menjadi perawat kamu!" Ucap Najma.Gangsa menatap Najma lalu tersenyum lebar, gembira dengan keputusan Najma ini."sepuluh juta setiap bulan, deal!" ucap Najma."oke! Deal!" Balas Gangsa.Keduanya tersenyum lebar lalu bersalaman, tapi kemudian keduanya terdiam lagi."Tapi bagaimana menyakinkan kedua orang tua kamu, untuk memilihku menjadi perawat kamu?" Tanya Najma.Gangsa tidak.menjawab pertanyaan Najma itu, karena diapun sekarang sedang berpikir yang sama, bagaimana menyakinkan kedua orangtuanya agar menerima Najma menjadi perawatnya.Kedua nya membisu dalam jangka waktu yang panjang, karena hal ini."Bagaimana jika besok kita menemui kedua orang tuaku, tentang cara membujuk mereka, kita pikirkan nanti," ucap GangsaNajma menatap tajam.Gangsa, Gangsa gampang sekali bicara dalam segala hal, membuat Najma kesal."jika mereka menolak ku, bagaimana?" Tanya Najma."Aku akan menyakinkan mereka!" jawab Gangsa."bagaimana, mereka saja tidak melihat kamu?" balas Najma."Kamu yang akan membuat mereka melihat ku," jawab Gangsa lagi.Najma menatap Gangsa tidak mengerti, bagaimana bisa dia membuat kedua orang tuanya Gangsa bisa melihat putranya."Gimana caranya?" tanya Najma penasaran."Besok, aku akan memberitahukan caranya," jawab Gangsa.Keesokan harinya, Gangsa mengajak Najma pergi ke kantor ayahnya.Gangsa tahu jika ayahnya bukan orang yang sembarangan bisa di temui. Oleh sebab itu sebelum mereka pergi ke kantor, Gangsa meminta Najma untuk menelepon ke nomor pribadi ayahnya.Nomer telepon itu, hanya di ketahui oleh ayah, ibu dan dirinya."Halo!" ucap Najma ketika sambungan teleponnya di angkat."Dengan pak Surya Dinata," lanjut Najma lagi, Najma melakukan sesuai apa yang di perintahkan oleh Gangsa."ini siapa? bagaimana kamu bisa tahu nomer ini?" Suara dari balik telepon"apa anda ingin tahu, bagaimana nasib putra Anda yang sedang koma itu?" Ucap Najma."jangan bercanda kamu!" bentak Surya."saya tidak bercanda, jika bercanda bagaimana saya bisa menelepon anda ke nomer ini, nomer ini hanya Anda, istri dan putra anda yang tahu iya kan," cerocos Najma persis seperti perkataan Gangga."Katakan apa maumu?""aku hanya ingin kita bertemu dan bicara, dan ingat ini menyangkut nyawa putra Anda Gangsa,""baiklah di mana?""0dinkantor anda saja!""baiklah, temui aku kapanpun,"Najma memutuskan sambungan telepon dengan perasaan lega, sepanjang menelepon tadi rasanya jantungnya mau copot, karena tegang.Sampai di kantor, mereka langsung menemui Surya di ruangannya.Najma sedikit merinding saat matanya bertemu dengan ayah Gangsa yang menatapnya tajam."tenanglah, ayah tidak menyeramkan seperti wajahnya," ucap Gangsa."katakan, apa .yang terjadi dengan putraku?" tanya Surya langsung."Putra anda, ada di sini!" Ucap Najma.Surya yang mendengar itu langsung berdiri dari duduknya lalu menghampiri Najma."apa buktinya?"Najma melihat ke arah Gangsa, Gangsa menggaruk kepala nya yang tidak gatal, karena dia pun bingung harus menunjukkan bukti apa,""Apa yang harus aku katakan padanya?" Tanya Najma pada Gangsa.Gangsa menggeleng pelan, membuat mata Najma melotot ke arahnya."cepat! jangan buang waktu saya dengan hal omong kosong ini!' Bentak Surya.Najma terkejut, dia langsung berdiri dari duduknya lalu menarik Gangsa mencari perlindungan."tenanglah!" Ucap Gangsa."Kamu bisanya dari tadi cuma tenang-tenang saja!" jawab Najma kesal."ayah memang seperti itu, tapi dia baik," lanjut Gangsa."baik pala kamu peang! Galak gitu, suaranya saja membuat jantungku rasanya berhenti berdetak!" balas Najma.Surya yang melihat Gadis di depannya bicara sendiri, mengerutkan keningnya."Aku akan menelepon polisi!" Ucap Surya."Jangan!" Teriak Najma."ikuti aku apa pun perkataan ku," ucap Gangsa pada Najma."nama ku Gangsa Surya Kusuma, waktu kecil aku di panggil angsa karena bibirku yang condong ke depan, aku paling suka berdiam diri di dekat lemari es," cerocos Najma.Surya mengurungkan niatnya membuka handphonenya."Apa ayah masih tidak percaya aku di sini?""aku memang koma ayah, karena ruh ku terpisah dari ragaku, saat kecelakaan kemarin, dan hanya gadis ini yang bisa bicara dan melihatku bahkan dia bisa menyembuhkan ku," cerocos Najma lagi seperti yang di katakan Gangsa."Ayah ku mohon percaya lah padaku, gadis ini tidak berbohong, aku yang memaksanya untuk menemui ayah,"Surya terdiam mendengar semua apa yang di katakan Najma, dia mengerutkan keningnya belum sepenuhnya percaya, pada gadis di depannya."apa ada bukti lain jika memang putra ku ada di sebelah kamu?" Tanya Surya.Najma menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tidak tahu harus melakukan apa, dia menoleh ke arah Gangsa yang ada di sebelah."apa lagi yang bisa kita lakukan?" Tanya Najma pada Gangsa dengan wajah bingung.Surya terus memperhatikan gadis di depannya, dia seperti sedang bicara dengan seseorang di sebelah."Boleh aku minta kertas?" Tanya Najma pada Surya."Untuk apa kamu minta kertas?" Tanya Gangsa."Diam! kamu lihat saja!" Sentak Najma pada Gangsa, dia kesal sejak bertemu Gangsa hidupnya selalu penuh ketegangan, bahkan kali ini dia terancam akan di laporkan kepada polisi."Najma mengambil kertas yang di berikan oleh ayah Gangsa padanya, lalu Najma menarik tangan Gangsa untuk mengikutinya."Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Gangsa."Diam kamu!" Sentak Najma.Sedangkan Surya terus memperhatikan Najma, yang terlihat seperti sedang berdebat terus dengan seseorang, di depan matanya.Jika memang yang ada di dekat gadis itu benar-benar Gangsa, Surya bisa pastikan jika Gangsa sudah jatuh di tangan gadis itu.Gangsa putranya sangat tidak suka di atur oleh siapapun, apalagi oleh seorang gadis."Tanda tangan!" Pinta Najma pada Gangsa, dengan mata melotot."Bagaimana?" Tanya Gangsa kebingungan, karena dia bahkan tidak bisa menyentuh pulpen yang ada di atas kertas itu, apalagi tanda tangan.Najma tersenyum melihat Gangsa kebingungan."Sini tangan kiri kamu, kita berpegangan!" Pinta Najma lagi.Gangsa tersenyum pada Najma mendengar itu, Najma terpaku sebentar ditempatnya melihat senyum Gangsa itu, selama ini Gangsa tidak pernah tersenyum seperti barusan.Tidak ma
Gangsa kembali ke rumah Najma, Najma sudah tidak ada di tempat nya. Gangsa pun segera mencari di mana Najma berada."Najma! Kamu di mana? Ada yang ingin aku katakan!" Teriak Gangsa. Namun tidak ada jawaban dari Najma, Gangsa yang penasaran langsung masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan Najma, Gangsa terkejut saat melihat Najma sudah tertidur pulas di tempat tidur.Melihat Najma tertidur, Gangsa langsung keluar dari kamar tidur itu, mungkin lain kali dia akan menceritakannya.Keesokan harinya, Najma bangun di pagi hari seperti biasanya, karena hari ini dia tidak usah pergi bekerja, Najma akhirnya memilih untuk memasak.Semua yang di kerjakan Najma memang tidak aneh, namun situasi yang di rasakan Najma saat ini sangat canggung, karena sejak tadi Gangsa hanya mengikuti dan memperhatikannya saja, membuat Najma sedikit tidak nyaman jadinya."Apa tidak ada yang bisa kamu kerjakan, selain ada di sini!" Bentak Najma pada Gangsa."Memangnya aku harus apa ka? Lagi pula aku baru saja datang
Mala yang sudah berhasil menenangkan Nuri, mencium Nuri dengan lembut."Dengar Kaka tidak akan pernah meninggalkan kamu, apalagi sampai jadi gila," ucap Najma."Jika kamu sering lihat kakak bicara sendiri, itu bukan karena kakak stres, tapi di dekat kakak sekarang benar-benar ada seseorang, namun dia tidak bisa di lihat oleh kamu, hanya bisa di lihat oleh kakak, jadi percaya lah, kakak tidak gila," lanjut Najma pada Nuri."Nanti kakak pasti cerita soal dia, tapi tidak sekarang!" Nuri mengangguk, lalu memeluk Najma erat.Najma melepaskan pelukannya, lalu menatap Nuri."Kakak juga sudah dapat kerja, tapi sebagai perawat pribadi, kakak harus bekerja 24 jam di rumahnya, gajinya lumayan besar, tapi kakak bingung, karena harus meninggalkan kamu," cerocos Najma pada Nuri."Memangnya berapa gajinya, kak?" Tanya Nuri."Sepuluh juta!" Jawab Najma."Apa! Jika sebesar itu hutang ayah dan ibu bisa cepat lunas, terima saja kak, biar aku sama bibi saja," ucap Nuri."Kamu yakin?" "Tentu saja, aku i
Najma terkejut saat Gangsa yang berdiri jauh di luar rumah menjerit kesakitan, saat para ustad dan para santrinya mulai membacakan ayat-ayat suci untuk mengusirnya.Najma sebenarnya ingin sekali langsung berlari ke arah Gangsa namun tidak dia lakukan, karena jika dia lakukan itu, Keberadaan Gangsa akan di ketahui oleh ustad dan para santrinya.Najma tetap bertahan walau mendengar teriakan Gangsa meminta tolong."Sudah pak ustad, di sini tidak ada apa-apa, Nuri hanya terlalu khawatir padaku," ucap Najma dengan wajah penuh rasa khawatir karena mendengar Gangsa terus saja menjerit.Najma memutar otaknya untuk menolong Gangsa yang terlihat sangat kesakitan."Aku harus pura-pura kesurupan!" Ucap Najma."Aaaaa!" Teriak Najma tiba-tiba, membuat semua yang ada di sana terkejut dan segera melihat ke arah Najma, Najma menundukkan kepalanya dalam-dalam sambil mengacak-acak rambutnya hingga berantakan."Kakak! Kakak!" Teriak Nuri ketakutan.Gangsa segera menghentikan teriakkan nya, diapun terkeju
"Kamu! Apa kamu tidak bisa menolongku!" Teriak Najma pada Gangsa yang tadi hanya diam, menatap ke arah Toni.Toni menghentikan langkahnya mendengar ucapan Najma, yang aneh itu, lalu dia sedikit tertawa."Apa kamu begitu takut padaku, tenang aku ini Abang kamu, pasti aku akan memperlakukan kamu dengan lembut," ucap Toni."Bang! Kumohon jangan gila! Ini uang yang Abang minta! Aku bayar lunas!" Ucap Najma."Pegang saja uang itu buat kamu! Asalkan kamu mau sama Abang!" Balas Toni."Jangan gila bang!" Teriak Najma lagi."Aku memang gila, gila sama kamu! Sejak melihat kamu pertama kali, sampai sekarang," oceh Toni makin tidak jelas di telinga Najma.Jarak antara Toni dan Najma pun kini sudah saling berhadap-hadapan, hanya tinggal satu senti meter lagi, tubuh mereka akan saling menempel.Najma menoleh ke arah Gangsa dengan wajah memohon untuk di tolong.Gangsa bukan tidak mau menolong Najma, tapi dia bingung harus bagaimana menolong Najma, sejak tadi dia berusaha menyentuh Toni untuk menahan
"Kenapa kak?" Tanya Nuri kebingungan."Dia telah menolong kakak, kakak tidak mau dia pergi dari tempat ini," jelas Najma."Tapi dia setan, ka!" Protes Nuri."Bukan, dia bukan setan, dia hanya ruh yang gentayangan karena terpisah dari raganya," jelas Najma."Jadi kakak tahu, siapa setan itu!" Teriak Nuri"Aku bukan setan!" Teriak Gangsa membalas teriakan Nuri." Dia pasien di rumah sakit kakak," jawab Najma.Nuri diam, lalu menatap Najma dengan tajam, Nuri begitu takut jika sampai kakaknya sakit atau celaka karena mahluk yang tidak bisa dia lihat itu."Apa kakak yakin dia tidak bahaya buat Kaka?" Tanya Nuri Najma mengangguk, lalu memeluk Nuri, Najma tahu Nuri sangat mengkhawatirkan dirinya."Tenanglah, kakak yakin dia baik, walau kadang dia menyebalkan karena suka seenaknya!" Lanjut Najma."Apa dia begitu menyebalkan?" Tanya Nuri lagi."Iya," jawab Najma.Gangsa hanya diam mendengar apa yang di katakan Najma tentang dirinya, mungkin apa yang di katakan Najma ada benarnya juga.Gangsa
Merasa ada getaran aneh yang menyerang hati mereka saat ini, keduanya memutuskan pandangan mata mereka, bersamaan."Kamu ini! kakak bisa jaga diri sendiri, justru kakak itu mengkhawatirkan kamu, yang akan tinggal sama bibi Nur," omel Najma "Kamu ini pemalas, dan kamu tahu sendiri bagaimana bibi Nur, dia super cerewet walaupun aslinya baik, kakak takut kamu tidak betah di sana," omel Najma lagi."Tenang saja ka, aku sudah biasa mendengar ucapan bibi Nur," balas Nuri."Semoga saja, itu benar!" Jawab Najma, sambil merapihkan rumah, yang terlihat agak berantakan."Nanti kamu sering-sering lihat rumah ini, dan bersihkan!" Ucap Najma lagi pada Nuri."Iya," jawab Nuri.Keesokan harinya lagi, saat itu sudah waktunya Najma harus pergi ke rumah Gangsa, namun sebelum pergi, Gangsa mengajak Mala untuk kembali ke ATM, untuk mengambil uang terlebih dahulu, uang itu akan di berikan pada Nuri, sebagai uang jajan selama Mala pergi merawatnya."Serius ini untuk aku kak?" Tanya Nuri, melihat sepuluh lem
Bukan hanya Najma yang terkejut dengan bentakan Nurma, tapi juga Gangsa, Gangsa terkejut melihat ibunya bisa semarah itu pada Najma."A_aku,""Sudahlah! Sekarang aku mohon jaga Gangsa dengan baik, rawat dia dan usahakan agar dia cepat kembali ke raganya!" Potong Nurma kesal.Nurma melihat ke arah Najma yang berjalan menuju kamar Gangsa, lalu mengerutkan keningnya, merasa aneh melihat Najma tahu di mana letak kamar Gangsa."Tunggu! Bagaimana kamu tahu itu kamar Gangsa?" Tanya Nurma."A_aku pernah kemari," jawab Najma terbata-bata."Apa?" Teriak Nurma lagi, yang membuat Najma kembali terkejut.Melihat Najma yang sejak tadi di marahi ibunya, Gangsa jadi merasa kasihan.Gangs merasa aneh, dengan sikap ibunya yang mudah sekali marah pada Najma, padahal selama ini Gangsa melihat Ibunya termasuk orang yang sangat sabar."Lebih baik kamu, jangan jadi perawat aku!" Ucap Gangsa.Najma mengangkat wajahnya, menatap Gangsa dengan tatapan bingung."Kenapa?" Tanya Najma."Aku takut ibu sering memar