Share

Chapter 10

Author: Razi Maulidi
last update Last Updated: 2025-06-04 15:23:24

Akhirnya malu sendiri

"Sombong sekali kau. Baru mengenal Tuan Nathan saja sudah ngaku-ngaku." Timpal bik Misna.

Namun, Herlina tidak mendengarkan ucapan itu. Dia tetap duduk dengan angkuh di sana. Sang manajer mall itu langsung memberikan kursi untuk Herlina duduk. Manajer itu juga menawarkan makanan juga minuman untuknya. Tapi Herlina menolak dengan cara angkuh.

Merasa muak dengan semua itu, Tina melangkah untuk pergi dari sana. Namun, lagi lagi Herlina menghentikannya.

"Sudah aku bilang, kamu itu cocoknya sama juragan itu. Masih ingin saja tetap tinggal dengan Nathan dan jadi babu lagi. Tidak masalah sih, artinya kamu siap jadi babu ku."

Tina tidak menjawab, matanya memicing pelan ke arah kakaknya itu.

***

"Ada apa ini ribut-ribut?"

Mendengar suara itu semua orang termasuk juga manajer nya menoleh ke arah sumber suara.

"Maaf, Tuan. Mereka berdua membuat keributan disini dengan calon Anda."

Nathan berhenti sejenak lalu melangkah kembali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mengandung Benih Majikan Arogan   Chapter 25.

    Diri tamak dan serakah masih mendukung dirinya, sehingga dirinya tidak menyadari apapun. Bahkan dia tidak tau kalau baru saja melewati masa kritisnya. Dia mengira semua itu hanya mimpi, mana mungkin dia sakit. *** Tidak terasa kini sudah dua bulan waktu telah berlalu. Kehamilan Tina sudah memasuki sembilan bulan, Tina sudah kelihatan gemuk. Namun, tenaganya jauh dari kata sehat. Akan tetapi, dia harus menahannya sampai bayi itu lahir. Tidak terasa terbeban karena mertuanya dan para pelayan begitu menjaganya dengan baik. Semenjak itu, bahkan Herlina menghilang tanpa jejak. Entah kemana perginya dia. Entah bagaimana kabarnya, hidupnya di luar sana seorang diri. Hingga dua minggu berlalu, akhirnya Tina tiba waktunya melahirkan. Nafasnya tidak teratur, tenaganya sangat lemas. Darahnya yang kurang, bahkan sang dokter pun panik harus melakukan proses lahirannya bagaimana. "Maaf, Tuan. Hanya satu di antara mereka yang harus di selamatkan." Ujar dokter.

  • Mengandung Benih Majikan Arogan   Chapter 24.

    Keesokan harinya, paman pulang kerumah dengan tatapan kosong. "Ada apa pak? Kenapa begini, bapak sakit?" Tanya bik Seri yang panik melihat kondisi sang paman. "Dimana Tina?" "Mereka masih di kamar. Kenapa pak?" "Mereka harus kembali pulang saja. Tidak ada guna juga tetap disini. Salma masih tidak berubah terhadapnya. Uang segalanya di depannya. Dasar serakah!" Dengan emosi yang mendalam, mata yang memerah, rahang mengeras, dengan tangan meninju. Paman mengepal kuat tangannya. "Sudah, jangan marah-marah dulu. Belum sarapan kan? Sana sarapan dulu biar tenang." Memang dari dulu dulu istrinya itu paling mengerti dirinya dan paling mudah untuk menenangkannya. Sang istri tidak takut sedikitpun padanya walaupun saat ia sedang marah. *** Kembali lagi ke Nathan dan Tina. "Lalu apa rencanamu?" Tanya Nathan datar. "Balik saja. Hari ini juga kita pulang." "Kenapa mendadak? Ibumu belum sembuh total dan masih dirumah sakit. Kenapa, nggak betah ya?

  • Mengandung Benih Majikan Arogan   Chapter 23.

    Tina menoleh sesaat lalu menunduk lesu. Tubuhnya yang gemetar perlahan membaik. Ia tak langsung menjawab, rasa takut masih menjalar di tubuhnya. "Ayo, istirahat. Kamu butuh banyak istirahat. Tidurlah." Tina sejenak termenung. Terkagum melihat sikap Nathan yang sekarang. Ada apa dengannya? Dan ada apa denganku? Tina langsung ikut merebahkan tubuhnya di samping Nathan. Namun, hatinya terus berdebar hebat tak karuan. Kini, Nathan malah berbalik lagi. Nathan tidur dengan menghadap langsung kearahnya. Tina semakin linglung dibuatnya. "Apa yang salah? Kenapa kamu?" Tanyanya dengan mata yang masih menatap lurus kearah Tina. "Apa maksudmu, Tuan?" "Entahlah. Apa yang kamu punya? Kenapa aku aku melakukan itu waktu itu? Kenapa aku harus menikahimu? Padahal begitu banyak cewek-cewek berkelas dan cantik yang selalu saja mengejarku. Tapi, kenapa kamu yang aku pilih?" "Kenapa kamu nanya itu padaku? Mana aku tau." "Apa mungkin karna anak yang tumbuh di rahimmu i

  • Mengandung Benih Majikan Arogan   Chapter 22.

    "Bik, siapkan barangmu juga. Kamu akan ikut dengan mereka." Bik Misna hanya bisa mengangguk pelan tanpa membantah apalagi bertanya. Tak lama kemudian, Nathan pun tiba di rumah. Ia melihat Tina yang sudah siap dengan barangnya begitu juga dengan pelayan mereka. "Cepat angkat ini ke mobil!" Titah Marissa lantang. Nathan memutar balek tubuhnya dengan malas dan segera mengangkat koper itu ke bagasi mobil. "Terimakasih, Tuan" Hmmm... Tina masih berdiri dengan alis mengerut. "Jawabannya begitu ya?" Sontak, Nathan segera berbalik menoleh menatap Tina dengan tatapan datar. "Capat masuk. Katanya terburu-buru." "Nathan. Langsung di suruh masuk aja, pintunya tidak kamu buka bagaimana dia bisa masuk. Dasar kamu!" Hhhffff.. Lagi lagi Nathan hanya menghela nafas. Setelah 6 jam di perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah sakit Bhayangkara. Itu rumah sakit yang tidak jauh yang terletak di pertengahan kota dan desa. Tina langsung turun dan ber

  • Mengandung Benih Majikan Arogan   Chapter 21.

    Kakinya melangkah mantap menuju rumahnya. Semakin jauh ke dalam tampak rumah rumah sudah sunyi. Mungkin sebagian orang sudah tidur. Herlina membuka pintu rumahnya yang ternyata tidak di kunci. Ibu Salma sudah berapa hari ini tidak kelihatan di komplek desa. Namun, mereka juga enggan mencarinya. Begitu syok, Herlina mendapati ibunya dalam keadaan menggigil di dalam rumah itu seorang diri. Tubuhnya kusut, kurus kering. Herlina menangis sejadi-jadinya. Sama siapa ia harus meminta tolong? Jika semua orang desa ini mengucilkan dirinya. Hanya dua orang yang terlintas di hati Herlina yaitu paman dan bibinya. Dengan panik Herlina menelpon pamannya. Dia menceritakan kondisi ibunya pada sang paman. Mendengar kabar itu, paman pun segera datang kerumah bersama istrinya. "Kita harus bawa dia kerumah sakit, ayo." Mereka pun langsung mengangkut ibu Salma ke atas kereta yang ada. Hanya satu kendaraan yang ada, hanya paman yang ambil alih berkendara dan istrinya yang dudu

  • Mengandung Benih Majikan Arogan   Chapter 20.

    Sang paman melihat adik iparnya yang sering kali mencari makanan bekas dan juga sering kali mencuri makanan orang. Melihat adiknya yang sudah hilang akal membuat dirinya tidak tega. Masih ada rasa welas asih terhadap adik iparnya tersebut. Untung saja sang paman mengingat dua keponakannya itu, jika tidak dia sudah lama tidak sudi menjalin hubungan dengannya. "Ini, makanlah." Ibu Salma melirik kakak iparnya sejenak, lalu langsung menarik kantong makanan yang di bawakan sang paman. "Terimakasih kak." Air mata berlinang saat menyuapkan nasi ke mulutnya. Ternyata kakak iparnya masih peduli padanya. Dia tidak benar-benar dibuang. Ada rasa haru sekaligus malu terhadap kakak iparnya. *** "Bagaimana bang? Apa yang terjadi dengan Salma? Benarkah yang di bicarakan orang-orang?" Tanya istrinya dengan lembut. Namun hatinya merasakan kekhawatiran yang mendalam. "Aku sudah melihatnya. Keadaannya persis seperti yang di bicarakan orang-orang. Sudahlah. Biarkan saja sepert

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status