Share

Menuruti Keinginan Alisa

Wira langsung tancap gas setelah mengantar Modi pulang. Wira pun menuruti segala titah Modi. Di tengah perjalanan Wira berpikir bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk bertanya pada Alisa.

"Kebohongan apa yang sedang Anda sembunyikan dari Modi? Apa sebenarnya niat terselubung Anda?" tanya Wira sangat serius.

Alisa menatap Wira dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Alisa sungguh sangat bingung apa maksud dari ucapan asisten kepercayaan Modi itu.

"Sungguh saya tidak mengerti maksud ucapan Pak Wira itu apa?"

Wira masih tetap fokus menyetir, walaupun Wira masih mencoba mencecar Alisa untuk mendapat jawaban itu. "Jangan berpura-pura tak mengerti apa yang saya maksud!" ucap Wira penuh penekanan namun santai. "Saya yakin Anda juga pasti tahu, jika Modi meminta saya mencari sahabat lamanya!"

Alisa tersenyum sinis, kini ia mulai mengerti arah pembicaraan Wira. "Saya tahu dan saya tidak ingin ikut campur masalah itu." Alisa menetralkan segala rasa. Toh, hal itu bagi Alisa tak penting.

"Saya tahu, jika wanita yang dicari Modi adalah Anda, namun mengapa Anda seolah menutupi itu semua dari Modi? Modi sangat membutuhkanmu. Modi mencarimu bertahun-tahun. Apa Anda tak memiliki rasa simpati dan empati untuk Modi?" tanya Wira yang cukup kecewa dengan sikap Alisa yang membuatnya harus bekerja keras untuk menemukannya.

Alisa tersenyum menanggapi pertanyaan Wira. Dengan sangat tenang Alisa tahu apa yang harus ia katakan.

"Saya tidak menutupi apapun dari siapapun termasuk Modi." Alisa menghembuskan nafasnya perlahan. "Lalu  jika Modi mencari saya, apa harus saya memberitahu beliau dengan jati diri saya? Apa menurutmu Modi akan percaya? Yang ada semua orang akan menganggap saya mengincar harta Modi."

Wira diam seribu bahasa mencerna segala jawaban dan ucapan Alisa. Wira benar-benar mendengarkan segala ucapan Alisa. "Tapi bukan berarti menutupinya dari Modi jugakan?" potong Wira saat Alisa menjelaskan

"Bukankah Anda juga tahu bagai mana sikap Modi terhadap saya? Apa perlu saya jelaskan semuanya? Saya hanya ingin bekerja dengan tenang. Toh, ada saya atau tidak adanya itu sama saja. Modi sudah dewasa. Dia harus bisa memilih mana yang baik dan buruk. Bukan anak kecil yang harus saya arahkan." Seluruh ucapan yang keluar dari mulut Alisa sangat tegas tanpa takut sedikitpun.

"Saya juga tak ada maksud apapun untuk Modi. Ada masanya nanti saya akan keluar dengan jati diri saya sendiri dihadapan Modi. Ada baiknya jika Kau tak memberitahu Modi. Itu semua sebagai pelajaran hidup bahwa tak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan." Kata-kata bijak itu begitu saja keluar dari mulut Alisa.

Wira terperangah atas semua jawaban Alisa. Ternyata wanita yang dicari Modi memang sangat spesial. Pantas saja Modi mati-matian memintanya mencari wanita ini. 

"Sampai kapan Nona Alisa mau menutupi itu semua? Jika Nona tak segera membuka jati diri Anda, saya pastikan saya akan membongkar itu semua!" Wira masih menekan wanita itu. Wira tahu jika Wira yang memberitahu Modi maka dipastikan ucapannya tidak akan dipercaya. Walaupun semua bukti telah Wira kantongi.

"Jangan panggil saya 'nona'!" Alisa sengaja menekan kata nona. "Saya hanya pegawai biasa. Bahkan jabatan saya di bawah Anda. Ada masanya saat saya, membongkar jati diri saya. Modi juga membenci saya. Tidak ada gunanya saya memberitahu Modi masalah itu." Alisa termenung merasakan sakit kembali atas seluruh ucapan Modi. Lebih baik jika Modi tak usah mengenalnya sebagai sahabat lagi. 

*

Modi di kamarnya bolak-balik mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Pikiran dan perasaan Modi berkelana. Ada sesuatu di wajah Ica yang menarik untuknya hingga membuat terbayang wajah wanita itu. Disisi lain ia pun sangat cemas juga dilema.

"Apa yang harus Ku lakukan? Haruskah aku selalu bermain dengan wanita-wanita jalang itu saat ini?" Modi bermonolog. Pikiran Modi saat kalut selalu saja itu. "Tapi aku juga sudah sangat lelah jika mereka terus menggangguku. Wira, andai saja ia cepat menemukan Alisa pasti aku tak akan kacau seperti ini," lanjut Modi.

Lekas Modi mengambil benda pipih persegi empat. Modi pun kemudian menghubungi Wira. 

Tut tut tut

["Sedang apa Kau sampai lama sekali mengangkat telponKu?" tanya Modi penuh emosi.]

["Maaf, Bos! Saat ini saya sedang makan bersama Ica." Wira berkata sambil mengunyah nasi goreng yang masih ada di mulutnya.]

Seketika hati Modi panas. Amarah serta perasaan yang aneh menyergap tubuhnya. 'Apa yang sedang mereka lakukan? Mereka sebenarnya memiliki hubungan spesial seperti apa?' batin Modi.

["Bagaimana dengan Alisa? Sudah dapat info apa Kau tentang dia? Kau tidak lupakan tugas utamamu?" tanya Modi bertubi-tubi dengan serius. Modi mencoba meredam amarahnya, dengan menjadi lebih dingin dan sinis dalam nada bicaranya.]

["Maaf, Bos! Orang-orang saya menyerah mencari Alisa. Saya bisa apa tanpa mereka. Informasi yang terakhir mereka dapatkan Alisa meninggalkan kostnya dan pergi tanpa jejak. Bahkan tetangga kos, kawan kos juga sahabatnya tidak ada tahu. Kabarnya Alisa menghilang bagai ditelan bumi. Saya bisa apa, Bos?"

"Siaaal?" ucap Modi sambil membanting ponselnya kelantai. Modi tak bisa menahan rasa kecewanya. Mengapa Alisa tidak dapat ditemukan kembali? 

*

Alisa yang sedang makan bersama Wira pun mengernyit bingung atas tindakan itu. "Tumben Kau bisa membohongi Modi? Biasanya nurut terus macam anak ayam yang selalu mengikuti induknya," sindir Alisa.

Wis tersenyum tulus. "Bukankah Kau yang mengajarkanku. Bahwa apa yang kita inginkan tidak selalu kita dapatkan. Dan aku rasa Modi patut mendapatkan itu," ucap Wira enteng tanpa beban.

Sejak sedari tadi Wira mengobrol dengan Alisa, ia merasa memiliki ketertarikan sendiri. Pikiran ingin mengatakan jika Ica adalah Alisa, tetapi hati tidak mengizinkan. Wira sadar betul apa yang dia rasa saat ini. Wira tak ingin terlambat menyadari itu. Apalagi saingan terberatnya adalah Modi. Jika ia tak mendapatkan Alisa terlebih dahulu, maka sangat kecil kemungkinan nanti untuk mendapatkan Alisa jika bersaing dengan Modi.

"Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Cepat habiskan makananmu! Kemudian kita pulang. Besok banyak meeting yang harus kita hadiri!"

Alisa cukup merasa tenang karena Wira tak membongkar identitasnya. Tapi sampai kapan?

Alisa dan Wira melanjutkan makan tanpa berbicara apapun kembali.

*

Pagi-pagi sekali Alisa telah sampai kantor. Semalam Alisa hanya bisa memejamkan mata selama 4 jam. Sampai di kantor Alisa, segera menyiapkan berkas untuk Wira bawa. Alisa juga menyiapkan segala keperluan Modi. Siska sekretaris pertama Modi izin masuk telat karena sedikit tidak enak badan. Tentu saja hal itu membuat Alisa kerepotan pontang-panting. Pasalnya, selama ini Wira tak pernah meminta bantuan sekretaris bos selama ini. Pekerjaan Wira cukup rahasia, karena beberapa berkas ia urus sendiri karena termasuk hal yang sangat penting. Entah, apa yang membuat ia mempercayai Ica mengurus itu?

Wira datang lebih dahulu dibandingkan Modi. Wira segera membantu Ica mengurus berkas yang termasuk rahasia perusahaan. Terlihat Ica dan Wira amat sangat dekat.

Modi segera menghampiri Ica dan berkata, "Ica cepat bereskan file untuk meeting jam 10 nanti. Taruh di meja saya dulu. Saya akan cek terlebih dahulu," ucap Modi dengan sangat datar.

Bersambung…

Semoga suka ya karyaku ini….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status