Home / Romansa / Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti / 1. Aslan Del Piero Sang Bujang Lapuk

Share

Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti
Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti
Author: Langit Jingga1415

1. Aslan Del Piero Sang Bujang Lapuk

last update Last Updated: 2023-09-16 08:44:12

Seorang pria dewasa tengah mematut dirinya di depan cermin. Dia menelisik dari atas sampai bawah pantulan dirinya yang terlihat mempesona. Rambut berwarna cokelat gelap, netra mata berwarna kehijauan, kulit putih bersih, wajah perpaduan Indonesia-Eropa, ditambah tubuh yang tegap dan proporsional membuat setiap mata para kaum hawa melirik dan menatap kagum pada sosoknya. Apalagi masih disertai dengan semua benda mewah dan berkelas yang menempel di tubuhnya, tentu membuat pesonanya semakin terasa.

Aslan Cakra Del Piero, putra sulung dari pasangan Erlan Del Piero dan Mentari Del Piero. Banyak wanita yang begitu menggilainya, bahkan rela melakukan berbagai cara untuk bisa naik ke atas ranjangnya. Dengan satu kedipan mata atau satu jentikan jarinya saja, sudah bisa membuat wanita yang dia inginkan berada dalam kuasanya. Namun, sayangnya sampai saat ini belum ada wanita yang mampu menggoyahkan hatinya dan membuat dirinya bergairah kecuali seorang gadis yang telah menjadi sekertarisnya dalam setahun ini.

"Mom, apakah sarapannya telah siap?" tanya Aslan memeluk tubuh wanita yang telah melahirkannya.

Mentari menepuk lengan putranya. "Dasar anak nakal! Kapan kau akan mencari istri? Memangnya kau akan terus merecoki Mommy yang sudah tua ini untuk mengurusi semua kebutuhanmu?"

Tanpa Aslan duga ada tangan lain yang ikut menjewer telinganya. "Dasar anak durhaka! Kau selalu saja merepotkan istri kesayanganku!"

Dia adalah Erlan Del Piero, pria yang baru saja menjewer putranya. Pria tua itu sungguh kesal kepada putranya yang masih belum juga membawa seorang wanita untuk dijadikan istri. Padahal Aslan sangat hebat dalam memimpin perusahaan hingga Del Piero Company Group bisa merajai bisnis baik di dalam maupun di luar negeri. Namun, untuk mencari seorang istri harus di akui oleh Erlan bahwa putranya sangat bodoh.

"Dasar Bujang Lapuk! Jauh-jauh dari istriku yang cantik ini!" Erlan menggeser tubuh Aslan dan dia segera membimbing istrinya untuk duduk di kursi tempat istrinya biasa duduk.

Aslan menarik kursi untuk dia duduki. Sarapan bersama adalah rutinitas setiap pagi yang wajib dilakukan oleh anggota keluarga Del Piero. Tangannya mulai mengambil makanan yang telah di siapkan oleh Ibunya dan memasukkan ke dalam mulut.

"Makanan yang Mommy buat rasanya tidak pernah mengecewakan," puji Aslan kepada makanan buatan ibunya sambil melemparkan ciuman jarak jauh untuk wanita yang menjadi nomer satu di dalam hatinya.

"Hei, Bujang Lapuk!"

"Uhuk!"

Aslan hampir tersedak makanan di dalam mulutnya saat mendengar suara yang paling dia benci karena bisa merusak suasana hatinya di pagi hari.

Seorang wanita berambut hitam sebahu dengan menggendong seorang anak kecil menepuk bahu Aslan. Dia adalah putri dari keluarga Del Piero, Maharani Del Piero yang sangat mirip dengan wajah ibunya.

"Selamat pagi, Bujang Lapuk!"

Aslan hanya menggerutu di dalam hati. Dia sungguh kesal dengan suara cempreng adiknya saat mengolok-olok dirinya. Bisa jatuh harga dirinya jika ada salah satu pegawainya yang mendengar. Namun, wajah kesal Aslan segera berubah cerah saat mendengar suara kecil menyapanya.

"Selamat pagi, Uncle Tampan."

Anak laki-laki berusia enam tahun sedang tersenyum manis kepada Aslan, dialah Daneswara Soren yang sedang digendong oleh ibunya. Bocah laki-laki yang sangat tampan itu selalu manja kepadanya. Apalagi jika sedang menginginkan sesuatu, pasti akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan itu dengan merayu dirinya.

"Kapan Denes yang tampan ini datang kemari? Kenapa Uncle tidak tahu?"

Aslan mengambil Danes dari gendongan Maharani kemudian dia mendudukkan bocah kecil itu di pangkuannya. Aslan mendaratkan ciuman-ciuman kecil diseluruh wajah Danes, membuat anak itu kegelian dan tertawa.

"Kami datang kemarin sore, Kak. Jelas saja kau tidak tahu karena kau pulang sangat larut." Maharani menjawab pertanyaan Aslan. Dia menarik kursi yang ada di sebelah Aslan kemudian duduk di sana.

Aslan menoleh ke arah adiknya yang sedang mengambil makanan ke piringnya. "Suamimu mana?"

"Sedang bersiap. Sebentar lagi juga turun," jawab Maharani.

Tak berselang lama turunlah seorang pria tampan dari lantai atas. Dia menyapa seluruh anggota keluarga Del Piero kecuali istri dan anaknya. Pria tampan tersebut adalah Abraham Soren, suami dari Maharani Del Piero.

Begitulah suasana keluarga besar Del Piero saat pagi hari, terutama saat Maharani beserta suami dan anaknya datang berkunjung. Suasana di rumah besar tersebut sangat ceria dan menyenangkan hingga membuat Aslan lebih sering pulang ke rumah dari pada ke apartemen. Dia pulang ke apartemen hanya jika teramat lelah dan pulang kerja sampai larut karena apartemennya berjarak sangat dekat dengan kantornya.

Kondisi kediaman keluarga Aslan sangat berbeda dengan kondisi seorang gadis cantik yang sedang sendirian memakan sarapannya di sebuah apartemen. Dia biasa hidup sendiri sejak kecil karena dia hanyalah seorang gadis yatim piatu yang tidak memiliki sanak saudara. Dia adalah Aiko De Angelo, gadis cantik keturunan Jepang-Eropa yang mampu membuat atasannya tergila-gila padanya.

Aiko melirik arloji di tangannya. "Aku harus buru-buru agar tidak telat!"

Aiko selalu ingin semua berjalan dengan sempurna, dia sebisa mungkin meminimalisir sebuah kesalahan saat bekerja. Itu salah satu yang sangat disukai oleh Aslan. Dia sungguh pintar mengambil hati atasannya tersebut.

Dalam waktu tiga puluh menit Aiko sudah berada di kantor. Dia segera membersihkan dan membereskan meja kerja atasannya karena Aslan tidak mau jika petugas kebersihan yang membereskan mejanya. Hal itu terjadi karena dulu pernah ada kertas yang terlihat seperti tidak berguna terbuang oleh petugas kebersihan, padahal itu adalah kertas yang penting. Sejak saat itu atasannya tersebut hanya memperbolehkan sekertaris yang membereskan meja kerjanya.

"Kau sangat cantik saat sedang serius seperti ini, Ai. Kau sampai tidak menyadari saat aku masuk ke sini." Aslan memeluk tubuh Aiko dari belakang.

Aiko tersentak saat tangan Aslan telah melingkar erat di perutnya. Dia memang tidak menyadari kehadiran atasannya tersebut, mungkin karena dia sedang sibuk berfikir mengatur jadwal untuk atasannya sambil membereskan meja. Dia mencoba melepaskan tangan pria itu seraya menoleh kesamping. Namun, ternyata hal itu dimanfaatkan pria tersebut untuk mencuri ciuman di bibir Aiko meski hanya sekilas.

"Bibir yang sangat manis," puji Aslan dengan menyunggingkan senyuman yang mampu menghebohkan seisi kantor jika para karyawan kantor melihatnya.

Aiko semakin kelabakan, berusaha keras untuk lepas dari dekapan bujang lapuk yang sangat mempesona itu.

"Kita sedang di kantor, Sir!" keluh Aiko yang sekarang sudah berkacak pinggang di depan atasannya. Dia melebarkan bola matanya agar seolah terlihat menyeramkan. Nyatanya hal itu bagi Aslan sungguh menggemaskan.

"Memangnya ada yang berkata jika kita sedang berada di pasar, Ai?" tanya Aslan menampilkan wajah polosnya. Tangannya terulur ke depan membelai wajah Aiko, gadis yang sangat dia rindukan sejak kemarin. Namun, gadis itu sedikit mengabaikannya dengan mengatakan jika tengah menikmati hari liburnya diakhir pekan kemarin.

"Sir!"

"Aku merindukanmu, Ma Cherie," ucap Aslan dengan lembut.

Aslan maju selangkah agar bisa lebih dekat dengan Aiko, mengikis jarak diantara mereka. "Tahukah kau aku sangat merindukaanmu. Kemarin adalah akhir pekan yang sangat buruk karena aku tidak bisa melihatmu seharian."

Aiko menggelengkan kepala tanda tak mengerti dengan sikap atasannya itu. "Anda kan kemarin memang sedang menemani salah satu klien kita bermain golf, Sir."

"Setelah itu dia mengajakku ke bar sampai larut," keluh Aslan di hadapan Aiko.

Aiiko menepuk bahu Aslan sebanyak tiga kali. "Tidak apa-apa. Anda kan sedang menjaga hubungan dengan relasi bisnis Anda."

Kaki Aslan maju selangkah lagi agar lebih dekat dengan Aiko, kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahu kecil gadis itu. "Jangan protes, Ai! Biarkan seperti ini sejenak."

Aiko tidak habis pikir dengan atasannya yang suka bersikap manja pada dirinya setelah mereka meresmikan kedekatan keduanya. Yah benar! Mereka berdua menjalin hubungan secara diam-diam tanpa ada yang tahu karena itu adalah permintaannya sendiri. Akan merepotkan jika semua orang tahu dirinya adalah kekasih dari pria yang paling diminati oleh para gadis di negara ini.

Setelah merasa cukup tenang dan rasa rindunya sedikit terobati, Aslan mengangkat kepalanya dan menatap netra hitam Aiko yang selalu mampu menghipnotisnya. "Nanti malam beriaslah yang cantik, aku akan membawamu ke suatu tempat."

Begitulah Aslan, dia menjadi sangat manja dengan gadis yang disukainya. Butuh perjuangan dan waktu lebih dari setengah tahun agar sekertaris itu mau menerima perasaannya. Disaat banyak gadis mengantri untuk menjadi pasangannya, Aiko hanya bergeming sambil menatapnya datar. Hal itu membuat rasa penasaran di hati Aslan muncul untuk meluluhkan hati pemilik netra hitam yang cantik tersebut.

Usaha Aslan tidak sia-sia. Sebulan yang lalu Aiko menerima perasaannya dengan syarat hubungan mereka jangan dipublikasikan terlebih dahulu. Dia pun hanya bisa menyetujui permintaan gadis yang disukainya meskipun sebenarnya dia ingin mengatakan kepada dunia jika gadis itu adalah miliknya.

Aslan berencana untuk mengajak Aiko makan malam yang romantis di Les Ombres Restaurant. Di bawah sinar rembulan dengan pemandangan menara Eiffel yang pastinya sangat memukau di malam hari, itu adalah moment yang sangat pas bagi seorang pria melamar pujaan hatinya. Itulah yang sudah direncanakan dengan matang di dalam kepala Aslan. Dia berniat mengakhiri masa lajangnya bersama gadis yang berdiri di hadapannya saat ini.

"Baiklah. Aku akan berdandan dengan sangat cantik sampai kau tidak bisa mengedipkan matamu," ucap Aiko sebelum keluar dari ruangan Aslan sambil mengedipkan sebelah matanya.

* * *

Malam ini Aiko tampak sangat memukau, bahkan dia memuji penampilannya sendiri yang terlihat di depan kaca. Setelah puas mematut dirinya di depan cermin, dia mengambil botol kaca dengan ukuran sangat kecil dari dalam laci nakas yang ada di samping tempat tidurnya. Senyum aneh tersungging di bibirnya saat melihat botol tersebut yang berada di telapak tangannya.

Aiko mengambil ponsel dan segera menghubungi seseorang yang namanya telah tersimpan dalam daftar kontak ponselnya. "Hallo, iya. Aku sudah menerimanya. Kau yakin ini sangat mematikan?"

Terdengar seseorang berbicara di ujung sana yang mampu membuat Aiko tersenyum puas. Entah apa yang sedang di rencanakan gadis itu. Yang jelas dia tidak tahu jika malam ini Aslan akan melamar dirinya.

"Aku harap ini berhasil. Aku akan mentrasfer uangnya sekarang. Terimakasih," kata Aiko mengakhiri panggilannya.

Aiko memasukkan botol kecil tersebut bersama ponselnya ke dalam tas yang akan dia pakai malam ini. Sekali lagi, dia kembali mamatut dirinya di cermin. Memastikan tidak ada cela sedikitpun dari penampilannya.

Bersamaan dengan itu suara bel apartemen Aiko berbunyi. Dia tahu jika itu adalah Aslan yang menjemputnya karena pria itu sebelumnya telah mengirim pesan teks saat tiba di bawah gedung apartemennya. Tanpa keraguan sedikitpun Aiko melangkah menuju pintu sambil menyeringai.

"It's time to show!"

* 𝘔𝘢 𝘊𝘩𝘦𝘳𝘪𝘦 = 𝘚𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Lanjut thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 42 : Menerima apa adanya

    Malam di Paris masih terasa hangat, tapi udara di dalam apartemen Angela seperti berhenti berputar. Hening. Sunyi. Dan menyesakkan.Aslan berdiri di dekat jendela, menatap lampu-lampu kota yang bergemerlapan. Sementara Angela duduk di sofa, memeluk lututnya. Tatapannya kosong, tapi dalam pikirannya ribuan suara berteriak minta dikeluarkan."Aslan..." suaranya pelan, hampir seperti bisikan.Aslan menoleh. "Hm?"Angela menarik napas dalam. “Selama ini... kamu hanya tahu aku adalah Aiko. Gadis yang memalsukan identitas dan mencuri posisi sebagai sekretarismu. Tapi aku belum pernah bilang... siapa aku sebenarnya.”Aslan diam. Tapi seluruh tubuhnya menegang. Matanya mengunci ke arah Angela yang kini menatapnya, tak lagi bersembunyi.“Aku bukan penipu biasa. Aku dulu pembunuh bayaran.”Keheningan runtuh seketika. Seperti kaca yang dibanting di lantai marmer."Aku… dulu bekerja untuk Organisasi Tangan Hitam. Mereka yang melatihku sejak aku berusia 12 tahun. Membuatku jadi senjata. Aku menghi

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 41 : Penolakan seorang ibu

    Angela menatap jam tangannya. Sudah hampir satu jam ia berada di restoran ini. Meskipun ia duduk diam dan hanya menjawab saat ditanya, tetap saja atmosfer meja itu membuatnya sesak.Aslan dan Klara terlihat membahas sesuatu tentang acara amal. Mentari sesekali menimpali, lalu menatap Angela dengan sorot mata yang tidak bisa dibaca.Angela berdiri dengan sopan. “Maaf, saya ke toilet sebentar.”Aslan pun menoleh pada Angela dan mengangguk tanpa banyak bicara.---Toilet wanita berlapis marmer hitam dan cermin panjang itu sunyi. Angela berdiri di depan wastafel, membasuh wajahnya perlahan. Ia tahu, ada yang tak beres hari ini. Klara, Mentari, dan cara makan siang ini dirancang—semuanya terlalu... sempurna.Angela menarik napas pelan, tapi langkah sepatu hak tinggi menghentikannya.Angela menoleh ke cermin.Mentari berdiri di ambang pintu dengan anggun, menutup pintu perlahan. “Kukira kita butuh bicara berdua,” ucapnya tenang.Angela berdiri tegak, tidak ingin menunjukkan kelemahan sediki

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 40 : Makan siang yang menyesakkan

    Langit malam Paris terlihat redup, seperti menahan napas. Aslan berdiri membeku di balkon unit kosong sebuah apartemen—berada tepat di seberang unit apartemen Angela. Jaraknya cukup dekat untuk melihat ke dalam, apalagi dengan lampu yang masih menyala terang di ruang tengah.Di dalam sana, Angela dan Leo duduk berdampingan di sofa. Angela tertawa pelan, lalu menerima secangkir coklat hangat yang baru saja dibuat Leo.Aslan mengepalkan tinjunya. Ada nyeri di dadanya. Aneh dan sulit dijelaskan.“Apa dia memang... sebahagia itu bersamanya?” desisnya lirih.Dari balik tirai kaca balkon, ia melihat Angela menyender sebentar ke bahu Leo sambil bicara pelan. Wajah Leo memerah. Tapi yang membuat hati Aslan makin bergetar adalah saat Angela menyentuh lengan Leo, lalu tertawa kecil sambil meledek, “Kamu tuh cocok banget gabung boyband Korea, Leo. Udah tinggi, putih, manis, bisa masak, bisa jagain orang… lengkap.”Leo menatap Angela. “Tapi sayangnya hatiku bukan untuk fans. Aku lebih suka peremp

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 39 : Aslan yang cemburu + Leo yang hangat

    Suara langkah sepatu Aslan terdengar menghentak di lorong kantor pusat Del Piero pusat. Para staf yang masih lembur sontak menunduk, pura-pura sibuk di depan layar komputer masing-masing. Tapi mereka tak bisa membohongi detak jantung yang berdegup lebih cepat setiap kali langkah dingin dan aura gelap sang CEO melintas. Wajah Aslan tampak gelap. Tatapan matanya tajam, seperti elang yang baru saja disakiti dan siap mencabik siapa pun yang berani menyentuh wilayahnya. Tadi sore, Leo menggendong Angela dengan tubuh dengan luka ringan dan wajah pucat. Katanya, Angela disekap di cabang kantor Del Piero Group di pinggiran kota oleh orang tak dikenal. Leo menyelamatkannya secara tidak sengaja saat hendak mencari Aslan. Aslan tidak peduli bagaimana Leo bisa berada di tempat itu. Yang dia lihat hanya satu hal—lelaki lain yang menggendong wanita yang dia cintai. Tubuh wanita itu adalah yang pernah tidur di pelukannya. Yang pernah membisikkan bahwa cinta itu tidak mudah, tapi dia ingin ber

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 38 : Jebakan

    Langit Paris sore itu diselimuti awan kelabu. Cahaya matahari yang biasanya menyapa lembut melalui kaca tinggi menara Del Piero pusat di Paris kini redup, tertutup mendung yang menggantung. Angela berdiri di dekat jendela kantornya, memandangi lalu lintas yang mengalir perlahan di sepanjang Rue de Rivoli. Ada sesuatu yang membuat hatinya tak tenang sejak pagi. Mungkin firasat. Atau mungkin karena mimpi buruk yang membangunkannya dini hari tadi—bayangan masa lalunya sebagai Aiko yang terus menghantui. Ia menghela napas panjang, lalu kembali ke meja dan melanjutkan pekerjaannya. Baru saja ia selesai mengecek laporan keuangan divisi logistik, ketika suara dari meja resepsionis terdengar di interkom. "Mademoiselle Angela Zhou, ada kiriman surat untuk Anda," ujar suara sopan sang petugas. Angela bangkit, berjalan menuju lobi lantai executive. Di sana, seorang pria kurir bertubuh ramping dengan topi hitam menyodorkan amplop besar berwarna hitam legam, disegel dengan lilin merah. Eleg

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 37 : Tergoda pesona Angela

    Cahaya lampu di ruang tamu maansiom Del Piero temaram. Jam dinding berdetak pelan, sesekali bersaing dengan suara rintik gerimis yang membasahi kaca jendela besar. Aslan duduk di sofa panjang, satu kaki disilangkan di atas yang lain, segelas wine merah yang belum disentuh berada di meja di depannya. Pikirannya jauh. Tiba-tiba, ponselnya yang tergeletak di meja bergetar pelan. 🔔 Notifikasi masuk: 📍“Permintaan akses untuk rekaman keamanan lantai 23: disetujui oleh Klara R.” Kening Aslan langsung berkerut. Matanya menyipit, menatap layar ponsel dengan tatapan curiga. > "Rekaman keamanan... lantai 23...? Bukankah itu lantai kantor Angela?" Dia menggulir layar ke atas, memastikan kalau dia tidak salah baca. Benar. Klara—wanita yang baru saja diperkenalkan sebagai rekan bisnis strategis—meminta akses khusus ke lantai yang seharusnya tidak menjadi urusannya. Ada firasat aneh yang menyelinap dalam dada Aslan. Perasaan tak nyaman yang menjalar perlahan, seperti hawa dingin yang menusuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status