Share

5. Rencana Gilbert

last update Last Updated: 2023-10-08 19:50:14

Seorang pria tampan melangkah memasuki sebuah rumah sakit. Tujuannya adalah untuk membesuk temannya yang baru saja sadar dari koma selama tiga bulan. Sejak temannya tersebut dirawat, dia sering kali mondar mandir di rumah sakit ini sehingga para dokter dan perawat sudah sangat hafal dengan wajahnya. Tak sedikit para perawat dan dokter wanita yang mencuri pandang.

Leo Ye Joon, pria tampan berdarah Eropa-Korea yang wajahnya sangat diminati hampir setiap wanita. Banyak wanita berlomba mendekati dia karena berwajah rupawan layaknya seorang Idol terkenal. Dia adalah teman baik Aslan Del Piero yang bekerja sebagai dokter klinik kecantikan yang dia dirikan sendiri di pusat kota Paris.

"Bagaimana keadaanmu hari ini, Aslan?" tanya Leo setelah dia menarik kursi dan duduk di dekat brankar Aslan.

"Biasa saja. Aku senang Tuhan masih membiarkanku bangun dari tidur panjang, sehingga aku bisa mengetahui kenyataan tentang diriku yang menyedihkan," jawab Aslan yang sedang duduk bersandar di atas brankarnya.

"Padahal aku kira kau tidak akan bangun lagi," gurau Leo yang segera mendapat lirikan tajam dari Aslan.

"Sialan kau!"

Leo mengambil beberapa potong buah apel milik Aslan yang ada di atas nakas lalu memakannya.

"Aku sangat terkejut saat mengetahui kau dicampakan oleh Aiko bahkan sampai hampir dibunuh oleh gadis itu. Sebenarnya kau punya salah apa padanya? Apa jangan-jangan karena kau tidak bisa memuaskannya saat di atas ranjang?" tanya Leo diakhiri dengan gelak tawa pria itu.

Aslan mendengus tidak suka dengan pertanyaan Leo. "Kau pikir, aku sama sepertimu yang sudah membawa puluhan gadis naik ke atas ranjang hanya untuk bersenang-senang?"

"Iya aku tahu. Namun, setidaknya aku tidak pernah dicampakan sepertimu," jawab Leo dengan bangga.

"Huft ... Rasanya ingin sekali aku melemparmu ke Antartika!"

Leo hanya menanggapi dengan tersenyum mengejek. Dia telah selesai memakan apel yang ada ditangannya lalu mengajukan pertanyaan kepada Aslan, "Apa rencanamu?"

Pertanyaan Leo membuat Aslan menoleh kearah temannya yang sedang menatap dirinya dengan serius. "Aku ingin menemukan Aiko bagaimanapun caranya dan membalaskan dendam ini," jawab Aslan dengan wajah menahan amarah.

Leo tahu bagaimana rasanya di campakan oleh gadis yang dicintai. Sejujurnya dia pernah mengalaminya dan hanya dia pendam sendiri tanpa menceritakannya kepada siapapun. Hal itulah yang menjadi penyebab Leo suka bergonta ganti wanita dalam hidupnya selama ini, dia hanya akan dekat dengan gadis untuk sekedar bersenang-senang di atas ranjangnya.

"Semoga kau bisa cepat menemukannya karena Aiko termasuk pintar dalam bersembunyi. Buktinya sudah tiga bulan dia menghilang dan belum ada yang menemukannya."

Aslan mengangguk setuju dengan pendapat temannya tersebut. Aiko memang pintar bersembunyi tapi dia harus menemukan gadis itu secepatnya. Dia sangat penasaran dengan alasan kenapa dia diracuni pada malam itu, sedangkan selama ini mereka tidak pernah mempunyai masalah apalagi sampai bertengkar.

Kurang lebih hampir setengah jam, Leo berada di ruangan Aslan. Dia pamit undur diri setelah keluarga temannya itu datang menjenguk. Namun, bukannya langsung meninggalkan rumah sakit, dia justru menggoda salah satu dokter cantik yang ia temui di basemant rumah sakit.

"Bagaimana keadaanmu hari ini, Nak?" tanya Mentari Del Piero setelah memeluk putranya.

Aslan tersenyum tipis memandangi ibunya yang masih terlihat cantik diusianya yang sudah tidak muda lagi. "Lebih baik, Mom. Aku harap bisa keluar dari rumah sakit secepatnya."

"Benar! Uncle harus segera keluar dari rumah sakit karena Danes sudah rindu kita bermain bersama," sela Danes yang kini naik ke brankar Aslan dan duduk di pangkuan pamannya tersebut.

Aslan menciumi wajah Danes dengan gemas. "Uncle juga sangat merindukanmu, Danes."

"Tiga bulan tidak berseteru denganmu, rumah terasa sangat sepi," ucap Maharani menimpali. Dia yang terkadang meributkan sesuatu yang tidak penting dengan kakaknya itu sebagai bentuk kasih sayang, membuat Maharani begitu khawatir saat Aslan tidak kunjung bangun dari tidurnya. Dia juga sangat marah dan ingin mencakar wajah gadis bernama Aiko yang telah membuat kakaknya hampir kehilangan nyawa.

Aslan hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan adiknya. Kemudian dia menyibukkan diri bermain dan bersenda gurau bersama Deneswara karena hanya bocah kecil itu yang mampu mengalihkann pikirannya dari Aiko untuk saat ini. Dia mencoba untuk menghibur dirjnya sendiri dengan kehadiran Danes agar ibunya tidak khawatir kepadanya setelah insiden di Les Ombres.

Melihat kakaknya bisa ceria seperti sediakala saat bersama putranya, Maharani menjadi lebih tenang. Dia sangat khawatir tentang kakaknya yang baru pertama kali dicampakan oleh gadis yang menjadi cinta pertama pria itu. Dia berharap agar saudaranya tersebut bisa cepat melupakan gadis yang bernama Aiko dan bertemu dengan gadis lain yang bisa mencintai dan membahagiakannya.

Namun, rupanya hal tersebut berbeda dengan apa yang dirasakan Mentari. Meskipun ia dapat melihat Aslan dapat tersenyum lebar dan tertawa bersama Danes, hatinya dapat melihat dan merasakan jika sorot mata putranya tengah terluka. Entah harus berapa lama waktu dapat mengobati luka yang di sebabkan gadis yang menjadi cinta pertama anaknya itu.

* * *

"Apakah Gilbert sudah menghubungimu?" tanya Chloe, teman Aiko yang kini tinggal bersama di kota Nice.

Chloe adalah satu-satunya teman yang terpikirkan oleh Aiko saat dia akan melarikan diri. Dia tidak sengaja bertemu gadis itu di luar negri saat melakukan perjalanan bisnis bersama Aslan. Dari sanalah mereka akhirnya berteman baik dan tetap berkomunikasi dan dia menceritakan semua permasalahan yang sedang ia hadapi kini. Tidak satu orangpun yang tahu jika dia mempunyai teman di kota Nice.

Mendengar pertanyaan Chloe, kepala Aiko hanya menggeleng lemah. "Gilbert sama sekali belum mencariku."

"Kau sudah berusaha menghubungi dia lagi?"

Aiko menatap Chloe dengan sendu. "Sudah. Namun, dia tidak ingin berbicara denganku."

Chloe berdiri dan berkacak pinggang. "Bagaimana bisa kau mencintai pria brengsek seperti itu, Aiko? Lihatlah! Setelah semua yang kau lakukan untuknya, dia sama sekali tidak khawatir apa lagi mencarimu. Kau benar-benar bodoh mau membunuh orang yang mencintaimu dengan tulus untuk pria bajingan itu!"

Aiko hanya menunduk lesu. Hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh Chloe, tapi apa daya, dirinya begitu mencintai Gilbert sampai mengabaikan semuanya. Namun, sekarang justru pria itu tidak melindunginya setelah dia mencelakai Aslan. Bukankah sekarang nyawanya sedang dalam bahaya mengingat keluarga Del Piero belum berhenti mencarinya?

"Seandainya dari awal aku tahu kau akan mencelakai Aslan demi Gilbert, tentu aku akan segera menghentikanmu. Jika memang pria brengsek itu benar-benar mencintaimu, tentu dia tidak akan mendorongmu ke dalam jurang yang penuh dengan bahaya hanya agar kau membuktikan cintamu!" cecar Chloe yang emosi dengan cinta buta Aiko kepada Gilbert.

Chloe mencoba mengatur nafas untuk meredakaan emosinya. Dia duduk di sebelah Aiko dan menepuk bahu temannya yang masih menunduk lesu. "Cobalah sekali lagi kau hubungi Gilbert. Siapa tahu kali ini berhasil."

Aiko mengangkat wajah dan menatap Chloe. "Baiklah, akan aku coba."

Baru saja saat Aiko akan mengambil ponsel miliknya, benda pipih tersebut berbunyi dengan nyaring. Dia dapat melihat nama kekasihnya tertera di layar ponsel.

"Gilbert?"

* * *

"Kau masih mengabaikan gadis pembunuh bayaran itu?" tanya seorang gadis berambut pirang yang tengah duduk di pangkuan Gilbert.

"Tentu. Aku tidak ingin terlibat lagi dengannya," jawab Gilbert dengan membenamkan wajahnya di dada gadis berambut pirang itu.

Gadis itu membelai kepala Gilbert dengan perlahan. "Bukankah akan lebih berbahaya jika pasukan Del Piero menemukannya dan Aiko membuka mulut bahwa kau yang menyuruhnya?"

"Dia tidak mungkin berani buka mulut," elak Gilbert dengan sangat yakin.

"Jangan seyakin itu. Keluarga Del Piero pasti akan melakukan berbagai macam cara agar Aiko mau membuka mulutnya dan saat itulah kau akan dalam bahaya."

Gilbert mengangkat kepala dan menatap lekat gadis berambut pirang yang ada di pangkuannya. "Kalau begitu aku dulu yang akan menemukan Aiko dan menutup mulutnya untuk selamanya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 42 : Menerima apa adanya

    Malam di Paris masih terasa hangat, tapi udara di dalam apartemen Angela seperti berhenti berputar. Hening. Sunyi. Dan menyesakkan.Aslan berdiri di dekat jendela, menatap lampu-lampu kota yang bergemerlapan. Sementara Angela duduk di sofa, memeluk lututnya. Tatapannya kosong, tapi dalam pikirannya ribuan suara berteriak minta dikeluarkan."Aslan..." suaranya pelan, hampir seperti bisikan.Aslan menoleh. "Hm?"Angela menarik napas dalam. “Selama ini... kamu hanya tahu aku adalah Aiko. Gadis yang memalsukan identitas dan mencuri posisi sebagai sekretarismu. Tapi aku belum pernah bilang... siapa aku sebenarnya.”Aslan diam. Tapi seluruh tubuhnya menegang. Matanya mengunci ke arah Angela yang kini menatapnya, tak lagi bersembunyi.“Aku bukan penipu biasa. Aku dulu pembunuh bayaran.”Keheningan runtuh seketika. Seperti kaca yang dibanting di lantai marmer."Aku… dulu bekerja untuk Organisasi Tangan Hitam. Mereka yang melatihku sejak aku berusia 12 tahun. Membuatku jadi senjata. Aku menghi

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 41 : Penolakan seorang ibu

    Angela menatap jam tangannya. Sudah hampir satu jam ia berada di restoran ini. Meskipun ia duduk diam dan hanya menjawab saat ditanya, tetap saja atmosfer meja itu membuatnya sesak.Aslan dan Klara terlihat membahas sesuatu tentang acara amal. Mentari sesekali menimpali, lalu menatap Angela dengan sorot mata yang tidak bisa dibaca.Angela berdiri dengan sopan. “Maaf, saya ke toilet sebentar.”Aslan pun menoleh pada Angela dan mengangguk tanpa banyak bicara.---Toilet wanita berlapis marmer hitam dan cermin panjang itu sunyi. Angela berdiri di depan wastafel, membasuh wajahnya perlahan. Ia tahu, ada yang tak beres hari ini. Klara, Mentari, dan cara makan siang ini dirancang—semuanya terlalu... sempurna.Angela menarik napas pelan, tapi langkah sepatu hak tinggi menghentikannya.Angela menoleh ke cermin.Mentari berdiri di ambang pintu dengan anggun, menutup pintu perlahan. “Kukira kita butuh bicara berdua,” ucapnya tenang.Angela berdiri tegak, tidak ingin menunjukkan kelemahan sediki

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 40 : Makan siang yang menyesakkan

    Langit malam Paris terlihat redup, seperti menahan napas. Aslan berdiri membeku di balkon unit kosong sebuah apartemen—berada tepat di seberang unit apartemen Angela. Jaraknya cukup dekat untuk melihat ke dalam, apalagi dengan lampu yang masih menyala terang di ruang tengah.Di dalam sana, Angela dan Leo duduk berdampingan di sofa. Angela tertawa pelan, lalu menerima secangkir coklat hangat yang baru saja dibuat Leo.Aslan mengepalkan tinjunya. Ada nyeri di dadanya. Aneh dan sulit dijelaskan.“Apa dia memang... sebahagia itu bersamanya?” desisnya lirih.Dari balik tirai kaca balkon, ia melihat Angela menyender sebentar ke bahu Leo sambil bicara pelan. Wajah Leo memerah. Tapi yang membuat hati Aslan makin bergetar adalah saat Angela menyentuh lengan Leo, lalu tertawa kecil sambil meledek, “Kamu tuh cocok banget gabung boyband Korea, Leo. Udah tinggi, putih, manis, bisa masak, bisa jagain orang… lengkap.”Leo menatap Angela. “Tapi sayangnya hatiku bukan untuk fans. Aku lebih suka peremp

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 39 : Aslan yang cemburu + Leo yang hangat

    Suara langkah sepatu Aslan terdengar menghentak di lorong kantor pusat Del Piero pusat. Para staf yang masih lembur sontak menunduk, pura-pura sibuk di depan layar komputer masing-masing. Tapi mereka tak bisa membohongi detak jantung yang berdegup lebih cepat setiap kali langkah dingin dan aura gelap sang CEO melintas. Wajah Aslan tampak gelap. Tatapan matanya tajam, seperti elang yang baru saja disakiti dan siap mencabik siapa pun yang berani menyentuh wilayahnya. Tadi sore, Leo menggendong Angela dengan tubuh dengan luka ringan dan wajah pucat. Katanya, Angela disekap di cabang kantor Del Piero Group di pinggiran kota oleh orang tak dikenal. Leo menyelamatkannya secara tidak sengaja saat hendak mencari Aslan. Aslan tidak peduli bagaimana Leo bisa berada di tempat itu. Yang dia lihat hanya satu hal—lelaki lain yang menggendong wanita yang dia cintai. Tubuh wanita itu adalah yang pernah tidur di pelukannya. Yang pernah membisikkan bahwa cinta itu tidak mudah, tapi dia ingin ber

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 38 : Jebakan

    Langit Paris sore itu diselimuti awan kelabu. Cahaya matahari yang biasanya menyapa lembut melalui kaca tinggi menara Del Piero pusat di Paris kini redup, tertutup mendung yang menggantung. Angela berdiri di dekat jendela kantornya, memandangi lalu lintas yang mengalir perlahan di sepanjang Rue de Rivoli. Ada sesuatu yang membuat hatinya tak tenang sejak pagi. Mungkin firasat. Atau mungkin karena mimpi buruk yang membangunkannya dini hari tadi—bayangan masa lalunya sebagai Aiko yang terus menghantui. Ia menghela napas panjang, lalu kembali ke meja dan melanjutkan pekerjaannya. Baru saja ia selesai mengecek laporan keuangan divisi logistik, ketika suara dari meja resepsionis terdengar di interkom. "Mademoiselle Angela Zhou, ada kiriman surat untuk Anda," ujar suara sopan sang petugas. Angela bangkit, berjalan menuju lobi lantai executive. Di sana, seorang pria kurir bertubuh ramping dengan topi hitam menyodorkan amplop besar berwarna hitam legam, disegel dengan lilin merah. Eleg

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 37 : Tergoda pesona Angela

    Cahaya lampu di ruang tamu maansiom Del Piero temaram. Jam dinding berdetak pelan, sesekali bersaing dengan suara rintik gerimis yang membasahi kaca jendela besar. Aslan duduk di sofa panjang, satu kaki disilangkan di atas yang lain, segelas wine merah yang belum disentuh berada di meja di depannya. Pikirannya jauh. Tiba-tiba, ponselnya yang tergeletak di meja bergetar pelan. 🔔 Notifikasi masuk: 📍“Permintaan akses untuk rekaman keamanan lantai 23: disetujui oleh Klara R.” Kening Aslan langsung berkerut. Matanya menyipit, menatap layar ponsel dengan tatapan curiga. > "Rekaman keamanan... lantai 23...? Bukankah itu lantai kantor Angela?" Dia menggulir layar ke atas, memastikan kalau dia tidak salah baca. Benar. Klara—wanita yang baru saja diperkenalkan sebagai rekan bisnis strategis—meminta akses khusus ke lantai yang seharusnya tidak menjadi urusannya. Ada firasat aneh yang menyelinap dalam dada Aslan. Perasaan tak nyaman yang menjalar perlahan, seperti hawa dingin yang menusuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status