Share

5. Rencana Gilbert

Seorang pria tampan melangkah memasuki sebuah rumah sakit. Tujuannya adalah untuk membesuk temannya yang baru saja sadar dari koma selama tiga bulan. Sejak temannya tersebut dirawat, dia sering kali mondar mandir di rumah sakit ini sehingga para dokter dan perawat sudah sangat hafal dengan wajahnya. Tak sedikit para perawat dan dokter wanita yang mencuri pandang.

Leo Ye Joon, pria tampan berdarah Eropa-Korea yang wajahnya sangat diminati hampir setiap wanita. Banyak wanita berlomba mendekati dia karena berwajah rupawan layaknya seorang Idol terkenal. Dia adalah teman baik Aslan Del Piero yang bekerja sebagai dokter klinik kecantikan yang dia dirikan sendiri di pusat kota Paris.

"Bagaimana keadaanmu hari ini, Aslan?" tanya Leo setelah dia menarik kursi dan duduk di dekat brankar Aslan.

"Biasa saja. Aku senang Tuhan masih membiarkanku bangun dari tidur panjang, sehingga aku bisa mengetahui kenyataan tentang diriku yang menyedihkan," jawab Aslan yang sedang duduk bersandar di atas brankarnya.

"Padahal aku kira kau tidak akan bangun lagi," gurau Leo yang segera mendapat lirikan tajam dari Aslan.

"Sialan kau!"

Leo mengambil beberapa potong buah apel milik Aslan yang ada di atas nakas lalu memakannya.

"Aku sangat terkejut saat mengetahui kau dicampakan oleh Aiko bahkan sampai hampir dibunuh oleh gadis itu. Sebenarnya kau punya salah apa padanya? Apa jangan-jangan karena kau tidak bisa memuaskannya saat di atas ranjang?" tanya Leo diakhiri dengan gelak tawa pria itu.

Aslan mendengus tidak suka dengan pertanyaan Leo. "Kau pikir, aku sama sepertimu yang sudah membawa puluhan gadis naik ke atas ranjang hanya untuk bersenang-senang?"

"Iya aku tahu. Namun, setidaknya aku tidak pernah dicampakan sepertimu," jawab Leo dengan bangga.

"Huft ... Rasanya ingin sekali aku melemparmu ke Antartika!"

Leo hanya menanggapi dengan tersenyum mengejek. Dia telah selesai memakan apel yang ada ditangannya lalu mengajukan pertanyaan kepada Aslan, "Apa rencanamu?"

Pertanyaan Leo membuat Aslan menoleh kearah temannya yang sedang menatap dirinya dengan serius. "Aku ingin menemukan Aiko bagaimanapun caranya dan membalaskan dendam ini," jawab Aslan dengan wajah menahan amarah.

Leo tahu bagaimana rasanya di campakan oleh gadis yang dicintai. Sejujurnya dia pernah mengalaminya dan hanya dia pendam sendiri tanpa menceritakannya kepada siapapun. Hal itulah yang menjadi penyebab Leo suka bergonta ganti wanita dalam hidupnya selama ini, dia hanya akan dekat dengan gadis untuk sekedar bersenang-senang di atas ranjangnya.

"Semoga kau bisa cepat menemukannya karena Aiko termasuk pintar dalam bersembunyi. Buktinya sudah tiga bulan dia menghilang dan belum ada yang menemukannya."

Aslan mengangguk setuju dengan pendapat temannya tersebut. Aiko memang pintar bersembunyi tapi dia harus menemukan gadis itu secepatnya. Dia sangat penasaran dengan alasan kenapa dia diracuni pada malam itu, sedangkan selama ini mereka tidak pernah mempunyai masalah apalagi sampai bertengkar.

Kurang lebih hampir setengah jam, Leo berada di ruangan Aslan. Dia pamit undur diri setelah keluarga temannya itu datang menjenguk. Namun, bukannya langsung meninggalkan rumah sakit, dia justru menggoda salah satu dokter cantik yang ia temui di basemant rumah sakit.

"Bagaimana keadaanmu hari ini, Nak?" tanya Mentari Del Piero setelah memeluk putranya.

Aslan tersenyum tipis memandangi ibunya yang masih terlihat cantik diusianya yang sudah tidak muda lagi. "Lebih baik, Mom. Aku harap bisa keluar dari rumah sakit secepatnya."

"Benar! Uncle harus segera keluar dari rumah sakit karena Danes sudah rindu kita bermain bersama," sela Danes yang kini naik ke brankar Aslan dan duduk di pangkuan pamannya tersebut.

Aslan menciumi wajah Danes dengan gemas. "Uncle juga sangat merindukanmu, Danes."

"Tiga bulan tidak berseteru denganmu, rumah terasa sangat sepi," ucap Maharani menimpali. Dia yang terkadang meributkan sesuatu yang tidak penting dengan kakaknya itu sebagai bentuk kasih sayang, membuat Maharani begitu khawatir saat Aslan tidak kunjung bangun dari tidurnya. Dia juga sangat marah dan ingin mencakar wajah gadis bernama Aiko yang telah membuat kakaknya hampir kehilangan nyawa.

Aslan hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan adiknya. Kemudian dia menyibukkan diri bermain dan bersenda gurau bersama Deneswara karena hanya bocah kecil itu yang mampu mengalihkann pikirannya dari Aiko untuk saat ini. Dia mencoba untuk menghibur dirjnya sendiri dengan kehadiran Danes agar ibunya tidak khawatir kepadanya setelah insiden di Les Ombres.

Melihat kakaknya bisa ceria seperti sediakala saat bersama putranya, Maharani menjadi lebih tenang. Dia sangat khawatir tentang kakaknya yang baru pertama kali dicampakan oleh gadis yang menjadi cinta pertama pria itu. Dia berharap agar saudaranya tersebut bisa cepat melupakan gadis yang bernama Aiko dan bertemu dengan gadis lain yang bisa mencintai dan membahagiakannya.

Namun, rupanya hal tersebut berbeda dengan apa yang dirasakan Mentari. Meskipun ia dapat melihat Aslan dapat tersenyum lebar dan tertawa bersama Danes, hatinya dapat melihat dan merasakan jika sorot mata putranya tengah terluka. Entah harus berapa lama waktu dapat mengobati luka yang di sebabkan gadis yang menjadi cinta pertama anaknya itu.

* * *

"Apakah Gilbert sudah menghubungimu?" tanya Chloe, teman Aiko yang kini tinggal bersama di kota Nice.

Chloe adalah satu-satunya teman yang terpikirkan oleh Aiko saat dia akan melarikan diri. Dia tidak sengaja bertemu gadis itu di luar negri saat melakukan perjalanan bisnis bersama Aslan. Dari sanalah mereka akhirnya berteman baik dan tetap berkomunikasi dan dia menceritakan semua permasalahan yang sedang ia hadapi kini. Tidak satu orangpun yang tahu jika dia mempunyai teman di kota Nice.

Mendengar pertanyaan Chloe, kepala Aiko hanya menggeleng lemah. "Gilbert sama sekali belum mencariku."

"Kau sudah berusaha menghubungi dia lagi?"

Aiko menatap Chloe dengan sendu. "Sudah. Namun, dia tidak ingin berbicara denganku."

Chloe berdiri dan berkacak pinggang. "Bagaimana bisa kau mencintai pria brengsek seperti itu, Aiko? Lihatlah! Setelah semua yang kau lakukan untuknya, dia sama sekali tidak khawatir apa lagi mencarimu. Kau benar-benar bodoh mau membunuh orang yang mencintaimu dengan tulus untuk pria bajingan itu!"

Aiko hanya menunduk lesu. Hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh Chloe, tapi apa daya, dirinya begitu mencintai Gilbert sampai mengabaikan semuanya. Namun, sekarang justru pria itu tidak melindunginya setelah dia mencelakai Aslan. Bukankah sekarang nyawanya sedang dalam bahaya mengingat keluarga Del Piero belum berhenti mencarinya?

"Seandainya dari awal aku tahu kau akan mencelakai Aslan demi Gilbert, tentu aku akan segera menghentikanmu. Jika memang pria brengsek itu benar-benar mencintaimu, tentu dia tidak akan mendorongmu ke dalam jurang yang penuh dengan bahaya hanya agar kau membuktikan cintamu!" cecar Chloe yang emosi dengan cinta buta Aiko kepada Gilbert.

Chloe mencoba mengatur nafas untuk meredakaan emosinya. Dia duduk di sebelah Aiko dan menepuk bahu temannya yang masih menunduk lesu. "Cobalah sekali lagi kau hubungi Gilbert. Siapa tahu kali ini berhasil."

Aiko mengangkat wajah dan menatap Chloe. "Baiklah, akan aku coba."

Baru saja saat Aiko akan mengambil ponsel miliknya, benda pipih tersebut berbunyi dengan nyaring. Dia dapat melihat nama kekasihnya tertera di layar ponsel.

"Gilbert?"

* * *

"Kau masih mengabaikan gadis pembunuh bayaran itu?" tanya seorang gadis berambut pirang yang tengah duduk di pangkuan Gilbert.

"Tentu. Aku tidak ingin terlibat lagi dengannya," jawab Gilbert dengan membenamkan wajahnya di dada gadis berambut pirang itu.

Gadis itu membelai kepala Gilbert dengan perlahan. "Bukankah akan lebih berbahaya jika pasukan Del Piero menemukannya dan Aiko membuka mulut bahwa kau yang menyuruhnya?"

"Dia tidak mungkin berani buka mulut," elak Gilbert dengan sangat yakin.

"Jangan seyakin itu. Keluarga Del Piero pasti akan melakukan berbagai macam cara agar Aiko mau membuka mulutnya dan saat itulah kau akan dalam bahaya."

Gilbert mengangkat kepala dan menatap lekat gadis berambut pirang yang ada di pangkuannya. "Kalau begitu aku dulu yang akan menemukan Aiko dan menutup mulutnya untuk selamanya."

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status