Share

bab 5

Penulis: Mariahlia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-22 13:06:08

"Dita nggak mau ayah...”

“Ayolah Dita, kamu harus coba. Kalau kamu diam saja di rumah, yang ada kamu galau terus.” Ucap Arthur membujuk anak perempuannya itu.

"Ini perusahaan milik ayah yang nggak semua orang tau. Yang pegang juga nggak ada, jadi kamu harus pegang perusahaan ayah yang ini." Kata Arthur lagi.

Anandita  mengerucutkan ujung bibirnya. "Dita nggak sepandai yang ayah duga. Dita nggak sanggup pegang perusahaan milik ayah. Nanti kalau ayah malah bangkrut gimana?"

Arthur terkekeh. "Ya nggak lah. Mana mungkin satu perusahaan cabang yang hancur bisa membuat ayahmu ini bangkrut. Sudah jangan banyak alasan. Ayah tau bagaimana potensi kamu. Kamu itu hebat, kamu punya bakat yang terpendam, cuman kamu saja yang tidak mau menunjukkan bakat kamu itu." Cibir Arthur.

Anandita cengengesan. "Aku nggak hebat, ayah. Aku nggak pernah kerja, apa lagi ini harus tiba-tiba banget di suruh pegang kantor."

"Sudah, jangan banyak alasan. Ayah tidak mau tau, yang penting kamu masuk dulu, pegang perusahaan, dan nanti kita lihat." Ucap Arthur.

Anandita menghela nafasnya kasar. Menurut saja walaupun terpaksa, padahal dirinya terlalu malas untuk bekerja. Rasanya tuh hidupnya cuman pengen tiduran, makan dan main hp. Mau keluar juga malas. Dirinya tak mau kejadian semalam terulang lagi. Dirinya tak mau bertemu dengan Nayaka.

Pesan-pesan dari Ziren saja yang mengajaknya keluar jalan-jalan di abaikan oleh Anandita.

"Sudah sana mandi. Sudah besar kok hari gini belum mandi. Kamar kamu ini untung di belikan parfum mahal, kalau tidak sudah bau iler ini." Gurau Arthur sambil menutup hidungnya berpura-pura bau.

Anandita mencebikkan ujung bibirnya. "Nggak mandi juga Dita masih wangi kok."

"Apa iya? Sudahlah, jangan membuang waktu. Sana kamu mandi dan bersiap-siap. Nanti akan datang seseorang yang akan menjadi asisten pribadi kamu."

Mata Anandita melotot, seumur-umur dirinya sampai sebesar ini mana pernah dirinya punya asisten pribadi. Dirinya terlalu malas mendapatkan seseorang baru.

"Nggak! Aku nggak mau, ayah."

"Kenapa nggak mau? Dia yang bakalan bantu pekerjaan kamu. Dia juga yang akan menghendle semuanya." Seru Arthur.

"Kalau dia nggak cocok sama aku gimana? Aku itu orangnya ribet banget. Nggak suka di ganggu sama orang asing."

Arthur tersenyum. "Kamu tenang saja, dia sudah di tes. Dan ayah sudah pastikan dia baik dan tidak akan pernah mengganggu privasi kamu. Dia juga proporsional."

Kalau sudah seperti itu, Dita hanya bisa menurut saja, dirinya tak membantah perkataan ayahnya lagi.

"Yaudah, Dita mau siap-siap dulu." Kata Dita.

"Iya sayang, ayah tunggu di meja makan."

Anandita menganggukkan kepalanya dan langsung bergegas ke kamar mandi. Dan soal kejadian semalam, Anandita tak perlu bertanya lagi, karena bi Ina tadi pagi sudah memberitahukan padanya. Dan beruntung tadi malam yang membawanya abangnya. Jika saja orang lain, Anandita  tak tau entah bagaimana nasibnya tadi malam. Dan siapa sangka, minuman yang di minum oleh Anandita berisi obat tidur. Entah milik siapa, Anandita  tak tau pun, dirinya juga asal  mengambil minum tadi malam.

Tak lama, Anandita  sudah selesai dengan pakaian rapi, baju kemeja berwarna pink, serta rok span dan penampilannya sungguh cantik dengan make-up tipis. Sedangkan rambutnya di ikat ekor kuda. Sungguh janda itu sangat mempesona bagi siapa saja yang melihatnya.

"Wah, anak ayah sudah cantik. Ayo sarapan dulu, sembari menunggu asisten pribadi kamu datang." Ucap Arthur.

Anandita menganggukkan kepalanya, lalu menarik kursi dan duduk di sana. Bi Ina langsung menghidangkan menu sarapan untuk Anandita.

"Bang Daniel kemana?" Tanya Anandita saat tidak melihat keberadaan sang Abang pagi itu.

"Abangmu sudah pergi pagi-pagi sekali. Kamu tau sendiri Abangmu itu super duper sibuk. Dia harus pagi-pagi ke kantor untuk mengecek berkas."

Anandita  menganggukkan kepalanya,  sambil memasukkan roti yang sudah di potong itu ke mulutnya, Anandita  tau betul bagaimana sifat abangnya dan bagaimana sibuknya seorang Daniel.

"Ayah kenapa belum berangkat? Ini sudah jam delapan lewat juga kan?"

Arthur menyesap tehnya terlebih dahulu. Lalu setelahnya meletakkan gelas kecil itu di atas meja kembali. "Sebentar lagi. Ayah mau tunggu Patih dulu. Dia juga baru akan datang." Sahut Arthur sambil menyebut nama asisten pribadinya itu.

Anandita  menganggukkan, lalu kembali melanjutkan sarapan paginya itu.

*

*

*

"Ya ampun, bos muka bos kenapa kayak begitu?" Lupus menatap wajah bos-nya yang tampak kusut, apalagi saat dirinya tiba di apartemen bos-nya itu untuk menjemput sang bos berangkat ke kantor, Lupus sang asisten pribadinya itu malah melihat penampilan bos-nya yang acak-acakan, tidak pernah terlihat sebelumnya, dan itu membuat Lupus kaget bukan main.

Nayaka berdecak, ini karena dirinya yang tidak bisa tidur semalaman. Bahkan dirinya harus terjaga sampai pagi. Bayang-bayang Anandita terus memenuhi kepalanya, dan dirinya tidak bisa menghilangkan bayangan istrinya itu.

"Sudah jangan cerewet kamu, sekarang saya mau mandi dan ganti baju dulu." Sahut Nayaka.

Lupus terkekeh, tak mempermasalahkan  nada jutek bos-nya, dirinya menganggukkan kepalanya, memilih menunggu sang bos di sofa ruang tamu apartemen itu.

Nayaka melesat menuju ke dalam kamarnya kembali, membiarkan saja asisten pribadinya itu duduk di sana, dirinya akan bersiap-siap ke kantor.

Sampai beberapa menit kemudian, Nayaka telah siap, dirinya dan Lupus berjalan menuju mobil yang sudah ada di parkiran apartemen itu.

Saat membuka pintu mobil, Nayaka mendekik saat melihat keberadaan seorang wanita yang sudah duduk di bangku depan. Wanita itu tersenyum ke arah Nayaka.

"Selamat pagi bos Nayaka." Sapa perempuan itu.

Nayaka melengos, lalu kembali menutup pintu mobil itu, dan menoleh ke arah Lupus.

"Lupus! Kamu mau kerja apa mau pacaran?!" Sentak Nayaka marah. Pasalnya Lupus malah membawa pacarnya, mana naik mobilnya pula.

Lupus meringis, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.  "Saya nggak mau pacaran, bos. Saya cuman mau antar pacar saya ke rumah majikannya."

Nayaka melotot. "Ini saya sudah telat loh. Kamu malah sempat-sempatnya mau antar pacar kamu lagi."

Perempuan yang bernama Rara pacarnya Lupus itu keluar dari mobil saat mendengar suara Nayaka yang marah-marah.

"Bos, jangan marah dong. Saya cuman minta antar Yayang Lupus di jalan perumahan elit sana. Dari sini juga nggak terlalu jauh kok. Hemat ongkos, pak bos." Seru Rara.

Nayaka berkacak pinggang, moodnya dari semalam berantakan kini bertambah berantakan lagi. "Nggak! Kamu naik ojol atau apa sana. Saya tidak mau antar kamu. Waktu saya sudah mepet ini." Sentak Nayaka marah.

Rara mengerucutkan ujung bibirnya, lalu menoleh ke arah Lupus. Mata Rara berkaca-kaca.

Dan Lupus yang melihat itu sungguh tidak tega. Dirinya terpaksa memohon pada Nayaka untuk mengantarkan Rara berangkat kerja sebentar saja.

Nayaka berdecak, mau tak mau mengijinkan, daripada beradu argument di sana terlalu lama yang akan membuatnya terlambat nantinya.

Nayaka duduk di belakang, karena terlalu malas duduk di depan.

Keduanya berbincang di dalam mobil, dan Nayaka hanya memutar bola matanya jengah mendengar obrolan sepasang kekasih itu.

Hubungan mereka memang terbilang baru, karena baru beberapa hari ini Lupus bertemu dengan Rara, dan mereka langsung jadian.

Dan baru beberapa hari bertemu dengan Nayaka dan Nayaka terlalu malas berurusan dengan Rara yang cerewetny luar biasa. Padahal mereka baru bertemu, tapi wanita itu cerewet sekali.

"Kamu kerja apa Yang?"

"Eum, aku kerja jadi asisten pribadi"

"Oh iya?  Majikan kamu cowok apa cewek?"

"Yang rekrut aku sih ayahnya ya, tapi katanya aku kerja jadi asisten anaknya yang perempuan."

"Wah bagus dong, kita berarti jodoh, sama-sama jadi asisten pribadi." Kata Lupus gombal.

Nayaka yang mendengar itu memutar bola matanya malas, bibirnya mencibir kedua pasangan di depannya ini.

"Btw, nama majikan kamu siapa?" Tanya Lupus.

"Katanya namanya, Bu Anandita."

Deg

Mendengar nama mantan istri di sebut, Nayaka langsung tergelak. Begitupun dengan Lupus.

"Katanya, atasan aku  ini baru pisah gitu sama suaminya. Dan ayahnya suruh aku buat jagain dia, nggak boleh ketemu sama mantan suaminya, nanti juga di kasih tau fotonya. Malah aku di suruh cariin dia cowok sih. Tapi, pelan-pelan nggak boleh sampai membuat atasan aku ini risih karena dia nggak suka sama orang yang terlalu mencampuri urusannya." Kata Rara.

Mata Nayaka semakin terbelalak.

"Eh, kaleng comber, boleh kasih tau nama lengkap atasan kamu nggak?" Tanya Nayaka.

Rara mencebikkan ujung bibirnya, kesal pastinya dengan panggilan yang di sematkan oleh Nayaka itu.

"Tanya yang bagus kek"

"Cepetan! Saya tidak punya banyak waktu"

Rara mencibir. "Namanya, Anandita Putri Widuri."

Deg

Tidak salah lagi, itu mantan istrinya...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Mantan Istriku   bab 49

    "Mau bicara apa kamu sama saya! Tidak ada hal yang di bicarakan lagi! Saya sudah muak dengan kamu, kamu itu pria bajingan yang bisanya hanya menyakiti anak saya!" Maki Arthur. Saat ini keduanya sedang duduk di sebuah kursi yang ada di sebuah taman rumah besar milik Arthur. Tadi, saat Nayaka membujuk pria itu agar memintanya memberikan waktu sebentar saja, untuk berbicara, pada akhirnya Arthur mengiyakan, ia juga sangat penasaran dengan rahasia apa yang akan di katakan oleh pria itu. Sedikit banyaknya, Arthur juga takut jika sampai Nayaka mengetahui tentang rahasianya. Jangan sampai pria sialan itu tau, dan hal itu akan membuat hubungan ia dan juga anaknya berantakan. "Saya tidak punya banyak waktu! Cepat kamu katakan! Waktu saya lebih berharga daripada perbincangan ini" ucap Arthur lagi, ia bahkan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dengan angkuh. Arthur bahkan menatap sengit Nayaka, sungguh ia sangat benci sekali dengan mantan menantunya itu. Entah hal apa yang mendas

  • Mengejar Cinta Mantan Istriku   bab 48

    Siang itu terasa teduh, dengan angin yang berhembus lembut, menggerakkan dedaunan yang menaungi jalan setapak di taman kota. Langit tampak cerah dengan beberapa awan putih yang berarak perlahan. Matahari yang tak terlalu terik, memberikan sinar hangat yang nyaman. Di sisi jalan, beberapa bangku taman kosong menawarkan tempat istirahat bagi siapa saja yang ingin menikmati keindahan hari itu. Burung-burung berkicau riang, menambah suasana santai dan damai. Seorang pria tua duduk di salah satu bangku, membaca koran dengan kacamata yang terletak tepat di ujung hidungnya. Bukan hanya Arthur, tapi Anandita juga terkejut dengan apa yang baru saja di katakan oleh Nayaka, ia tidak tau jika ada sebuah rahasia yang di ketahui oleh mantan suaminya itu. "Nay! Rahasia apa?" Tanya Anandita penasaran, Sedangkan Rara dan Lupus, keduanya lebih memilih duduk di mobil saja, keduanya lebih memilih tidak untuk ikut campur masalah rumah tangga keduanya. "Nay!" Seru Anandita saat melihat Nayaka han

  • Mengejar Cinta Mantan Istriku   bab 47

    "Nay, ini ayah udah hubungi aku terus, katanya aku di suruh pulang hari ini juga." Anandita mengerucutkan ujung bibirnya kesal. Terlebih ayahnya bahkan sudah menghubungi Rara, dan meminta gadis itu untuk memesan tiket agar Anandita dan Rara segera kembali ke Jakarta. "Kayaknya ayah marah banget deh, gimana Nay? Aku nggak mau pisah sama kamu" Anandita bahkan sudah memeluk erat lengan Nayaka, rasanya begitu berat sekali jika harus berpisah lagi dengan mantan suaminya itu."Kamu tenang saja sayang, sampai kapanpun kita tidak akan pernah berpisah lagi.. Dan secepatnya setelah kita sampai di Jakarta, aku akan datangin kamu, dan kita akan rujuk. Masalah pulang, kita akan pulang hari ini juga. Nggak apa-apa kok.""Tapi Nay? Kata kamu ada orang jahat, lalu bagaimana kalau dia sampai tau kamu sudah baik-baik saja, pasti dia akan membuat rencana yang lain lagi yang buat kamu celaka. Aku nggak mau Nay." Ia teramat takut dengan orang jahat yang meneror mereka itu. "Kamu tenang saja sayang, ak

  • Mengejar Cinta Mantan Istriku   bab 46

    "Daniel!" Ucap Arthur dari seberang telpon. Setelah menghubungi Anandita, ia kembali menghubungi Daniel. "Ya, ayah? Ada apa?" Tanya Daniel. Ia baru saja selesai menyelesaikan semua pekerjaannya. Ia baru saja menutup laptopnya. Tapi, suara dering ponsel miliknya menyita perhatian Daniel. Dan siapa sangka, ayahnya yang menghubunginya. "Ayah ada perlu sesuatu? Ingin berbicara apa sama Daniel? Daniel belum bisa pulang ke rumah. Kemungkinan seminggu lagi. Ini kerjaan juga banyak banget, numpuk." Ujar Daniel, ia pikir ayahnya akan meminta ia pulang ke rumah. Toh, adiknya juga tidak ada di rumah. Arthur menghela nafasnya kasar. "Ayah tidak minta kamu pulang, tapi ayah minta kamu ke Bali segera." Ucap Arthur dengan nada datarnya. Rasanya masih kesal dan marah sekali saat tau anak perempuannya di Bali bersama dengan mantannya. "Loh? Kenapa? Biarin aja lah, Yah, dia juga lagi kerja di sana." Sahut Daniel santai.. Pria tampan itu bahkan menyenderkan tubuhnya di kursi kebesarannya itu. Rasan

  • Mengejar Cinta Mantan Istriku   bab 45

    "Kenapa hmm?" Nayaka memeluk tubuh Anandita, bahkan ponselnya sudah di lempar ke atas ranjang rumah sakit sana. Bibir hangat pria itu menyapu leher jenjang milik Anandita, membuat wanita itu melenguh pelan. "Nay, ah, jangan di gigit." Ucap Anandita, berusaha keras mendorong tubuh mantan suaminya itu. Nayaka terkekeh kecil, ia menggigit gemas pipi chubby milik Anandita. "Ih, kok di gigit sih" Anandita mengerucutkan ujung bibirnya, ia tampak sangat kesal dengan apa yang di lakukan oleh nayaka itu. Mantan suaminya itu memang benar-benar mesum sekali. "Habisnya kamu gemesin banget." Ucap Nayaka sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat Anandita mendecih pelan. "Aku emang udah gemesin udah dari lahir. Kamu aja yang nggak tau.""Iya iya, sayang aku memang gemesin banget." Kembali Nayaka menggigit pipi milik Anandita membuat wanita itu memekik. Anandita menabok lengan Nayaka yang terkekeh pelan. "Kamu itu masih sakit ya! Nggak usah rese' deh. Nanti aku pukul kamu!" Ucap Anandita kesa

  • Mengejar Cinta Mantan Istriku   bab 44

    "Ayah..." "Ayah tidak mau dengar apapun lagi! Ayah suruh Dita ke Bali itu karena pekerjaan, bukan suruh balikan lagi sama mantan kamu itu!" Pekik Arthur, bahkan Anandita sampai menjauhkan ponselnya dari telinganya karena tidak sanggup mendengar suara sang ayah yang seperti toa itu. Anandita meringis, ia tidak tau kalau ayahnya akan secepat ini tau hubungan dirinya dengan Nayaka, padahal ia belum siap memberitahukan semuanya pada sang ayah. Pasti ayahnya masih marah dengan pemuda itu. Ia memang sengaja memberitahukannya nanti saja setelah pulang dari Bali, dan Anandita akan memberikan semua bukti yang pernah Nayaka perlihatkan padanya beberapa hari yang lalu. Namun, semuanya tidak sejalan dengan apa yang di inginkan olehnya, ia harus mengatakan semuanya sekarang, karena ayahnya sudah lebih dulu tau. "Kenapa diam! Sudah tau kamu salah mangkanya kamu diam, iya!!! Astaga Dita, ayah bahkan kasih kuliah kamu di universitas yang paling bagus di negeri ini, agar kamu menjadi anak ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status