Share

Kepergok Baskara

Prakkhhhhhhh

Lift kantor tiba-tiba berhenti dan lampu padam seketika. Sepertinya terjadi masalah dengan listrik kantor.

‘Apa! Apa dia benar-benar akan menciumku?’ Batin Tania bercampur aduk antara rasa takut dan bahagia.

Ting..

Pintu lift terbuka dengan posisi mereka yang mengejutkan orang-orang yang berada didepan lift.

Mereka tampak kikuk tanpa berbicara sepatah kata apapun. Baskara keluar dengan menegak kan badannya kembali dan Tania dan berdiam tanpa bergeming.

“Hei Tania! Apa yang lo lakuin sama bos didalam?” Tanya fitri teman salah satu kantor yang lumayan akrab dengannya.

“Tania!” teriaknya lagi.

“Ha? Kenapa? Apa yang kalian tanyakan?” Tania tampak gugup dihadapan teman-temannya.

Dia tak bisa membohongi kata hatinya, dia sangat senang membayangi perlakuan bosnya pada dirinya tadi. Membayanginya membuat dia tersenyum bak orang gila yang membuat teman satu liftnya menyerngit dahi.

“Aku tidak akan berhenti berusaha untuk mendapatinya hahahah.” Tania keluar lift dengan tertawa terbahak-bahak yang membuat orang lain disekitarnya menganggapnya tak waras.

***

“Sadar Tania!” Teriak Airin.

Namun tak membuyarkan lamunan Tania.

“Astaga Tania!”

“Itu benar-benar hampir Airin, ahh mengingatnya kembali saja aku sangat senang!”

“Kenapa kamu terus menggoda bos, bagaimana jika dia merasa terganggu?” Airin mencoba menasehati Tania agar tak terus menaruh harapan pada CEO dingin dan kejam dikala terusik.

“Kenapa merasa terganggu? Buktinya dia- ahh aku benar-benar gila padanya Airin.” Tania terus menceritakan pada Airin bahwa bos hampir saja menyentuh bibirnya.

Airin melarangnya bukan karena Airin mencintai CEO dingin, hanya saja dia terlihat kasian dengan harapan besar Tania karena apa? Karena Tania tidak akan mampu menggantikan posisi mendiang istrinya disisi Baskara.

“Sudah lah Tania, ayo kita pulang!”

Sejak tadi Airin sangat pusing mendengar cerita Tania yang menghabiskan waktunya selama 2 jam hanya bercerita tentang ciuman yang tak jadi itu.

“Ya udah deh, anterin aku ke apartement ya.”

“iya-iya emang nya kamu punya rumah selain disana.”

Tania hanya memandang sinis Airin saat dia melantunkan kalimat yang sebenarnya menyakitkan hati. Namun begitulah kedua sahabat ini tampak seperti saudara meskipun Airin anak seorang pengusaha yang kaya raya. Bekerja baginya hanya untuk bersenang-senang.

***

“Sayang.. apa kau senang?” Bos nya kini sedang merapikan rambut Tania yang sudah berantakan.

“Aku sangat senang tuan.” Tania sangat terbiasa memanggil baskara dengan sebutan tuan entah sejak kapan dia memulainya.

“Apa kau masih ingin?”

“Aku sangat ingin tapi aku benar-ben—”

Tak sempat menyelesaikan ucapannya Baskara melahap bibirnya dengan rakus tanpa memberikannya kesempatan untuk berbicara. Baskara menelusuri setiap inci dari leher jenjang milik Tania.

Tania bahkan berteriak dengan keras.

“AKRHHHHHH.”

Tania membuka matanya yang sejak tadi memejam. Dia bahkan sedari tadi terlelap tidur sejak Airin pulang.

“Astaga apa aku bermimpi?” Tania terbelalak kaget memandangi dirinya sedang tidur tergeletak dilantai.

“Ini seriusan? Bahkan terjatuh dari sofa juga tak membangunkan mimpiku?’’

“kenapa aku bisa bermimpi sedewasa itu? Apa aku sudah gila?”

Tania tak henti-hentinya bermonolog dan memaki dirinya sendiri. Tania gadis berumur 24 tahun ini benar-benar merasa dirinya sangat menyesal setelah bermimpi semesum itu. Namun tak menutupi kenyataan dia sangat berharap itu menjadi kenyataan.

Tania melanjutkan tidur yang sempat terganggu karena mimpi yang tak ia inginkan namun sangat diharapkannya menjadi kenyataan.

***

“Mama sangat menginginkan Bara menikah lagi pa, Mama ingin lihat dia tersenyum kembali seperti dulu.”

“Tapi mama tau sendirikan, sudah dua tahun ini dia melajang dan tak pernah ada seseorang pun yang dia dekati.”

“Bagaimana kalau kita jodohkan saja dia pa?” Saran mama Baskara sontak membuat papanya menolak mentah-mentah. Karena itu sangat mustahil, baskara tidak mungkin menginginkan hal itu

“Papa tidak setuju ma, Bara itu keras kepala dan dia juga—"

“Dan Baskara juga tidak ingin menikah dan tidak akan menikah lagi, jangan lupa itu.” Timpal Baskara yang mengejutkan kedua orangtuanya yang sedang sarapan sembari mengkhawatirkan kehidupan pribadinya.

“Mak-maksud Mama itu, biar kamu tidak merasa kesepian lagi Bar.” Mama Baskara tetap kekeuh ingin menjodohkan Baskara dengan perempuan pilihannya.

“Terserah mama deh, intinya sampai kapanpun Bara tetap tidak ingin menikah dengan perempuan pilihan mama.”

“Denada mana ma?” Bara berusaha mengalihkan topik dari pernikahan. Karena baginya tidak akan ada lagi pernikahan setelah pernikahannya dengan sarah.

Bagi Baskara sekarang, pernikahan hanyalah sebuah lelucon. Tidak ada yang benar-benar dia inginkan dan butuhkan lagi dari pernikahan. Yang dia inginkan sekarang adalah bagaimana caranya dia bisa membahagiakan Denada dan membuat putri kecilnya itu selalu bahagia, itu menjadi proritas utamanya.

Dengan bahagianya Denada,  itu juga akan membuat sarah, sang mendiang istrinya ikut bahagia menyaksikan kebahagiaan mereka.

“Denada masih tidur dikamarnya, biarkan saja dia istirahat.. Mama sangat kasihan dengan Denada sudah tidak terurus…” keluh mama Baskara, membuat Baskara merasa kesal. Bagaimana mungkin Denada tidak terurus sedangkan pembantu yang ia sewakan untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan Denada sampai 3 orang banyaknya.

“Bagaimana bisa tidak terurus ma, Bara bahkan sudah menyewa 3 orang asuh untuk menjaga Denada.”

“Anakmu itu sangat nakal, dan kamu harus tau itu.. bik Minah berhenti karena kepalanya hampis saja cedera dipukuli Denada dengan tongkat Bisbol sedangkan dua pembantu lainnya tidak datang lagi setelah melihat kejadian yang menimpa bik Minah.. Lalu bagaimana menurutmu, siapa yang akan menjaganya..”

“Hhahaa tenang aja Ma, Bara pasti dapetin penggantinya lebih banyak dan berkualitas. Agar Denada tidak akan bosan memukuli mereka hhahaha.” bara tertawa memenuhi seisi ruangan. Tawa paksaannya itu tidak akan mengubah hatinya yang sudah membeku semenjak dua tahun yang lalu. Baginya hanya sarahlah yang menjadi separuh hidupnya walaupun pernikahan mereka hanya seumur jagung.

Mendengar gelak Tawa bara. Papa dan Mamanya hanya bergeleng-geleng. Namun sedari tadi, mamanya tampak memperhatikan tampilan Bara.

“Kamu ingin pergi kemana?” mamanya bertanya menyelidik.

“Mama masih ditanya aja, lihat dia sudah berpakaian sport gitu ya pasti mau ngegym lah ma.” Papa Bara menjawab mamanya dengan ketus.

“Nah itu papa tau, Ya udah Bara mau berangkat dulu, Bye.”

“Bara kamu pergi dengan siapa nak!” teriak mama Bara dengan penasaran.

Tampak berbalik badan Bara mengangkat tangannya dan berucap sesuatu yang mamanya idam-idamkan.

“SAMA PACAR!”

***

Tania meraih handphonenya dan hanya berbolak balik melihat postingan para artis yang membuatnya antusias.

Dengan mata yang sayu dan masih mengantuk, dia raih lagi handphone nya yang sempat dia taruh tadinya. Dia terbelalak kaget walau hanya melihat postingan dari Baskara ditempat Gym. Dengan gontang-ganting dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Lalu bersiap berganti pakaian dengan pakaian sportnya.

Tidak lupa dia menelpon Airin untuk menemaninya ketempat Bara. Dia hanya mengajak Airin untuk ngegym Bersama-sama namun tak menjelaskan dari tujuan utamanya.

***

“Lihatlah siapa itu?” Tania berjalan mengendap-ngendap agar tidak ketahuan Baskara.

“Bos! Jadi kamu itu ngajak aku kesini cuman mau liatin bos?” Airin tidak terima dengan tindakan tania yang membuatnya kehilangan nikmat untuk tidur kesiangan diweekend kali ini.

PRAKHHHHH

“Tania!” teriakan Airin membuat semua mata tertuju pada mereka, bagaimana bisa Tania tidak terjatuh, matanya berfokus pada badan atletis yang dimiliki oleh bos yang dia incar sedari dulu sedangkan kakinya terus berjalan hingga tidak melihat dia sudah berjalan mencapai tembok yang keras.

“Kalian!”

“Kenapa kalian bisa disini!”

Lagi dan lagi suara itu begitu menyambar ditelinga kedua gadis yang sedang menguntit ini, lebih tepatnya Tania. Ya gadis itu, gadis yang sangat mengharapkan cintanya terbalaskan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status