Share

Mengajukan Resign

Kini Tania duduk didepan pintunya menangis meraung-raung. Bagaimana dengan harinya besok? Apakah dia akan menjauhi Baskara? Apakah dia mampu untuk menahan dirinya agar tidak merayu Baskara?

***

“Denada, daddy pulang,” Sapa baskara saat membuka pintu kamar Denada. Baskara masuk kedalam kamar Denada, denada sudah tertidur lelap. Denada anak gadis kecil yang nakal berumur 4 tahun itu tampak pulas tertidur. Baskara menatap Denada lekat.

“Maafkan daddymu ini, Nada, karena kesibukan daddy mengembangkan perusahaan, daddy sendiri malah mengabaikan kamu … Pasti mommymu akan marah melihat kamu terabaikan seperti ini.

Baskara sangat Lelah, tidak terasa dia sudah terlelap disamping putri kecilnya.

“Mas apa kamu mendengar ku? Mas! Bangun!” Baskara terperanjat dari tidurnya lalu menatap sosok yang sudah berada dihadapannya.

“Kamu senang mas, senang melihat anak kita tidak terurus hiks … hikss.” Suara tangisan Sarah membuat Baskara ketakutan.

“Mas, berhentilah untuk mencintaku lagi, aku mohon! Carilah penggantiku yang baik untuk ibu sambung Denada, aku benar-benar memohon.” Sarah tampak memelas, meminta Baskara agar melupakannya. Namun, Baskara tetap kekeuh pada pendiriannya.

“Tidak! Tidak akan! Hentikan tangisanmu sayang, tidak ada yang bisa mengganti dirimu disampingku, aku tidak akan menikah lagi.” Lirih Baskara sembari menangis tersedu-sedu. Sesaat dia ingin menyentuh pipi sang Istrinya, lalu tiba-tiba istrinya menghilang dan Baskara terbangun.

“Daddy? Daddy kenapa?” Tanya Denada yang terbangun karena teriakkan dari papanya.

“Sayang kamu kenapa terbangun?” Tanya Baskara penuh ketakutan dengan tangan yang masih bergetar.

“Daddy berteriak kencang, aku tidak bisa tidur! Daddy terlalu berisik,” Ketus Denada yang menyalahkan keributan yang dibuat Baskara.

“Ma-maafkan daddy sayang, daddy sangat menyayangi ibumu hiks … hiks.” Baskara sudah tak bisa lagi menahan air matanya. Kini air matanya terurai membasahi pundak putri kecilnya, Denada yang sedang dia peluk.

“Daddy bertemu dengan mommy? Mommy cantik tidak dad? Nada rindu mommy juga hiks … hiks.” Tangisan dan ratapan sang Ayah dan anak ini pecah, mereka merindukan sosok yang sudah tidak akan pernah kembali lagi. sosok yang sudah terkubur bersama cinta dan cita keluarga kecil mereka.

Baskara berusaha menjadi single parents terbaik untuk putrinya, namun apakah dia bisa menjaga putrinya sekaligus memimpin perusahaan yang tengah mengalami ancaman yang besar? Itu tidak akan mungkin, dia tidak bisa terus berada disamping Denada.

Terbesit dalam hatinya untuk mencari sosok pengganti, namun cintanya begitu besar terhadap Sarah membuatnya mati-matian hati kecilnya untuk memilih dan memilih perempuan yang akan menjadi teman hidupnya.

***

“Assalamualaikum. Pa, Ma. Tania pulang!”

“Waalaikumsalam. Ya Allah Tania, kapan sampainya? Kenapa tidak minta jemput Mas Rehan saja tadi.”

“Ma, aku kan naik taxi tadi jadi dianterin sampe depan rumah.” Protes Tania yang medengar kekesalan ibunya.

“Ya sudah kalau begitu, bersihin diri kamu dan nanti kita makan sama-sama ya.” Pinta Mama Tania.

Keluarga Tania sangat menyayanginya, karena dia anak perempuan satu-satunya yang mereka miliki. Papa dan Mama Tania hanya mempunya dua anak yaitu Rehan Adi Sasongko dan Tania Putri Sasongko.

Meskipun tinggal dipelosok kampung, keluarga mereka bukanlah keluarga yang sembarangan. Papa Tania seorang pensiunan Tentara yang menanam saham yang jumlahnya sangat besar diperusahaan Papa Baskara. Mamanya juga ibu sosialita dikampungnya.

“Eh Tania, kapan sampainya?” Rehan, masnya Tania juga turut bertanya melihat Tania yang tiba-tiba saja sudah dirumah.

“Baru aja sampai mas, aku capek mau kekamar dulu ya mas.” Tania tampak Lelah setelah melewati puluhan kilometer perjalanan menuju kampungnya.

Tania membersihkan seluruh badannya yang sudah lusuh. Setelah selesai, dia beristirahat sejenak. Namun, kantuknya tidak kunjung datang. Dia terus kepikiran dengan tindakan yang telah dia ambil. Bagaimana jika Baskara akan marah dan memecatnya? Semua itu menjadi beban pikirannya sekarang.

“Tania!”

“Tania! Bangun nak,” teriakkan Mama Tania terdengar begitu keras yang membuat Tania terperanjat kaget.

“Ma! Tania itu tidak tidur, Mama kenapa sih pakai teriak segala.” Tania kesal dengan Mamanya yang terus saja teriak memanggil namanya

“Papa sama Rehan nungguin kamu makan siang disana, ayo cepatan!” Desak Mama Tania yang meminta Tania untuk segera bangun dari tempat tidurnya.

Tania pun beranjak dan mengikuti langkah kaki mamanyanya. Baru saja meletakkan badannya pada kursi, dia telah disuguhkan dengan berbagai macam pertanyaan dari Papanya.

“Nia, kamu tidak bekerja hari ini? Kenapa tiba-tiba pulang.”

Tania mendengkus sejenak lalu menjawab Papanya dengan sopan.

“Pa, Tania pengen resign aja dari kantor, nanti Tania akan nyari kerjaan yang lebih baik untuk Tania sendiri.” Tania berusaha meyakinkan kedua orang tuanya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibandingkan bekerja Bersama Baskara.

“Jangan berpikir yang aneh-aneh Tania, untuk mendapatkan pekerjaan seperti yang kamu dapatkan sekarang itu sangat susah … kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari pada itu! Papa hanya ingin kamu mandiri.” Papanya menarik nafas pelan lalu melanjutkan nasihatnya untuk Tania. “Lihat Mas mu, dia sudah bisa membangun bisnis sendiri walaupun berawal dari staff seperti mu.”

Tania hanya diam, tidak melawan namun juga tidak mendengarkan titah Papanya. Dia tampak mengabaikan dan menikmati masakan Mamanya yang sangat dia rindukan.

***

“Bos hari ini kita ada jadwal meeting pukul 10, semua document sudah disiapkan kecuali yang ditangan Tania.” Airin melaporkan kesiapan untuk mengadakan meeting besar yang dilakukan Bersama klien.

“Bagaimana bisa! Kemana Tania! Dia tidak mengerjakan lagi pekerjaannya dengan baik?!” suara Baskara menggema membuat Airin merasa ketakutan dengan kemarahan bosnya.

“Ta – tania mengajukan resign bos, ja-jadi saya tidak tau persis kemana dia sekarang.”

“Apa! Sebegitu cengengnya anak itu!” Baskara sangat kesal dengan keputusan Tania.

“A-apa bos?” Airin berusaha menggali apa yang sebenarnya terjadi antara Baskara dan Tania, hingga Tania meminta resign dari pekerjaan yang sanga ia idam-idamkan dari dulu.

‘Apa karena ucapanku semalam?’ Baskara mengingat kembali ucapan yang ia lontarkan pada Tania. ‘Apa hanya karena aku memintanya tidak menggangguku lagi dia memilih resign dari kantor?

Baskara termenung sejenak mengingat kesalahan yang telah dia perbuat, baginya itu biasa saja dan tidak ada artinya. Namun, tidak dengan Tania. Sosok yang selalu mengidamkan Baskara  lalu dipaksa  untuk berhenti mencintai apakah itu tidak sakit.

“Bos?”

“Bos?”

“Bos!” Airin berkali-kali memanggil Baskara yang masih termenung dan berdiam diri.

“Ah, ke … kenapa Airin?” Baskara tampak gugup menjawab Airin.

“Ya sudah kita lanjutkan saja meetingnya nanti tanpa document itu, karena saya rasa itu juga tidak begitu penting,” pungkas Baskara.

Airin pun pergi meninggalkan Baskara dengan perasaan yang tidak karuan sejak mendengar kabar Tania yang memilih resign.

“Perasaan apa ini! Tidak mungkin semudah itu aku menyukai wanita itu?” Baskara bergumam pada dirinya sendiri yang berusaha mengingkari kata hatinya.

“Aku tidak akan membiarkan kamu resign Tania! Lihat saja nanti,” Tegasnya seolah sedang berbicara dengan Tania.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status