Home / Rumah Tangga / Menggoda Suami Majikanku / 8. Seperti Istri Pertama

Share

8. Seperti Istri Pertama

Author: pramudining
last update Huling Na-update: 2025-08-18 09:12:36

Happy Reading

*****

Ardha memukul-mukul dada sang majikan karena panggilan serta ketukan di kaca mobil semakin nyaring terdengar. Harsa pun terpaksa melepaskan pagutannya, lalu membuka setengah kaca mobil.

"Ada apa, Pak?" tanya sang direktur sekaligus owner perusahaan Catradanta.

"Sebaiknya, Bapak segera keluar. Jangan sampai berbuat mesum di sini," peringat sang penjaga parkiran.

Harsa menampilkan deretan giginya. Dia baru menyadari jika kaca mobil yang dia pakai sangat terang, jadi apa yang dilakukannya tadi dengan Ardha bisa terlihat dari luar. "Maaf, Pak. Saya tidak akan melakukannya lagi."

"Nggak papa, Pak. Pria memang suka khilaf kalau di dekat perempuan cantik," ucap si tukang parkir. Harsa pun membalasnya dengan tawa lirih tak lupa menyelipkan uang kertas senilai lima puluh ribu padanya. "Terima kasih, Pak. Maaf tentang yang tadi, saya cuma menjalankan tugas."

"Santai, Pak," jawab Harsa, "Ayo, Sayang, turun," ajaknya pada sang pembantu yang membuat perempuan di sebelahnya membulatkan sempurna.

Sebelum meninggalkan Harsa dan Ardha si tukang parkir tertawa keras.

Tanpa sungkan Harsa menggandeng tangan sang pembantu masuk ke restoran. 

"Pak, jangan seperti ini nggak baik. Kalau sampai Bu Jenni tahu dan melihat kita seperti ini, beliau pasti marah," cicit Ardha. Wajahnya selalu waspada melihat sekeliling, sangat takut jika tiba-tiba bertemu dengan majikan perempuannya.

"Dia nggak akan ada di tempat ini. Jenni sibuk dengan urusan pekerjaannya. Jika sudah di butik, dia tidak akan mengingat aku sebagai suaminya. Lagian, bukankah kamu sudah ditugaskan untuk merayuku. Jadi, jika dia mendapati kita bermesraan, pasti tambah senang," jelas Harsa.

Ardha tak membalas penjelasan sang majikan. Dia menatap lurus ke restoran yang terbilang mewah tersebut. Langkah kakinya semakin pelan ketika mendekati pintu masuk. Tubuhnya menegang seketika dan hal itu dirasakan oleh lelaki yang menggenggam tangannya.

"Kamu kenapa?"

"Pak, kenapa ngajak saya masuk ke restoran mewah ini. Kita pulang saja, yuk. Saya masakin makanan untuk Bapak," cicit sang pembantu dengan wajah tegangnya. 

Menoleh dengan aneh ke arah pembantunya, Harsa pun bertanya, "Sebenarnya, kenapa kamu sampai ketakukan seperti ini? Apa kamu pernah datang ke tempat ini sebelumnya?" 

Ardha dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Bukan gitu, Pak?"

"Lalu?" 

"Saya nggak terbiasa masuk ke tempat dan makan di restoran mewah sebelumnya." Ardha memajukan bibirnya. Sangat menggemaskan dan lucu di mata sang majikan.

"Kamu ini ada-ada saja. Kan, ada aku. Jadi, mulai sekarang kamu harus terbiasa berada di tempat seperti ini. Oke?" 

Walau berat, tetapi Ardha tetap menganggukkan kepala.

Harsa pun cuma bisa geleng-geleng kepala apalagi ketika mengingat cerita Jenni tentang latar belakang sang pembantu. Ardha selama ini hidup di pedesaan yang sangat jauh dari kata modern. Namun, melihat tampilan perempuan itu saat ini dan cara menggoda sang majikan tidak menunjukkan dia berasal dari pedesaan. Namun, saat berada di luar dan tempat mewah, barulah hal tersebut terlihat.

Semakin masuk, semakin Ardha mengeratkan genggamannya ke tangan Harsa. Sungguh, dia benar-benar gugup dengan semua kemewahan yang ada di restoran tersebut.

"Jangan takut," bisik Harsa. Lelaki itu sudah memilih ruangan private di restoran tersebut supaya Ardha tidak terlalu takut dan khawatir.

Ketika keduanya sudah berada di private room, salah seorang pelayan menghampiri dan menyapa Harsa.

"Apakah hidanganya sudah bisa dikeluarkan, Pak?" tanya sang pelayan pada lelaki berkulit putih dan berkacamata tersebut.

"Iya, keluarkan saja semua makanan yang sudah saya pesan tadi."

"Lho, Bapak sudah memesan makanan?" sela si pembantu yang tidak tahu kapan majikannya memesan hidangan untuk mereka.

"Sudah, sejak perjalanan tadi, aku sudah pesan," jawab Harsa dengoan bangga dan tersenyum.

Sang pelayan menoleh ke arah Ardha, netra keduanya bertemu. Lalu, dengan cepat si pembantu memalingkan muka agar tatapannya tidak bertemu dengan si pelayan. Namun sayang, pelayan tersebut terlanjur melihat sorot mata aneh milik Ardha.

"Maaf, Bu. Apakah sebelumnya kita pernah bertemu?" tanya si pelayan penuh selidik.

"Nggak, kita nggak pernah ketemu sebelumnya. Saya baru pertama kali datang ke tempat ini," sahut Ardha dengan cepat di sertai gelengan kepala cukup keras.

"Memangnya kenapa, Mbak?" Harsa pun mulai penasaran dengan pertanyaan sang pelayan mengenai pembantu barunya.

"Anu, Pak," jawab pelayan tersebut ragu untuk menyampaikan alasan pertanyaannya tadi.

"Anu, apa?" Harsa mulai  tidak sabar hingga suaranya naik satu oktaf.

"Kalau saya katakan alasan pertanyaan tadi, Bapak jangan marah, ya?"

"Katakan dengan cepat, jika tidak, maka saya pasti tambah marah," bentak Harsa membuat Ardha dan sang pelayan terkejut.

"Tatapan beliau sangat mirip dengan istri pertama Bapak," ucap sang pelayan membuat Harsa mendelik.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menggoda Suami Majikanku   94. Chat Pengubah Fokus

    Happy Reading***"Yan, lepas," pinta Thalia terbata, tetapi sang pengacara malah mengetatkan tangannya. Sang asisten hampir kehabisan napas. Air matanya sudah mengajak sungai, isakan pun mulai terdengar. Yandra menatap sang kekasih, raut wajahnya berubah sedih dan perlahan tangannya mengendur."Maafkan aku, Honey. Aku nggak bermaksud menyakitimu." Kedua tangan sang pengacara menangkup pipi Thalia. Bergerak perlahan mengusap air mata yang berjatuhan. Lalu, lelaki itu menyatukan kening mereka. Ada banyak kesedihan di mata sang pengacara melihat kekasihnya kesakitan."Kamu gila, Yan. Kenapa ada pengacara yang memiliki sifat sepertimu," bentak Thalia sambil berusaha melepaskan diri. "Honey, jangan katakan itu. Aku cuma terlalu mencintaimu, aku sangat takut kamu pergi. Meninggalkan aku dengan sejuta harapan dan rencana masa depan kita," ucap sang pengacara begitu memilukan.Andai Thalia benar-benar jatuh cinta pada Yandra, mungkin kalimat yang dikeluarkan tadi sangat menyentuh hati sehi

  • Menggoda Suami Majikanku   93. Yandra Menggila

    Happy Reading*****Jenni diam, tetapi tatapannya berpindah-pindah antara Elang dan Harsa. Sepertinya, perempuan itu sedang mencari dukungan dari salah satu lelaki di hadapannya. "Apakah benar bukti yang kamu katakan itu adalah hasil tes DNA janinmu?" tanya Harsa mengulang pertanyaan Elang sebelumnya.Elang tersenyum. "Bagus jika kamu melakukannya. Jadi, nggak akan ada nama pria lain yang tercemar karena ulah pengacara itu," ucapnya. "Aku cuma belajar darimu, Lang," ucap Jenni. Tak ada lagi panggilan manja pada lelaki yang pernah berhubungan dekat dengannya. Elang mendengkus, lalu tertawa lirih. "Jadi, kamu sudah menduga jika hal-hal seperti ini akan terjadi?""Pastinya. Hubungan kami tidak terjalin dalam satu atau dua bulan dan kami sering melakukan hubungan intim. Yandra tidak pernah mau memakai pengaman saat kami melakukannya." Cukup lantang, Jenni membeberkan hubungan intimnya bersama Yandra tanpa ada rasa penyesalan sedikitpun. Perempuan itu bahkan seolah mengabaikan kehadira

  • Menggoda Suami Majikanku   92. DNA

    Happy Reading*****"Mas Harsa?" kata Jenni terkejut. Tak menyangka Harsa masuk tanpa diketahui siapa pun.Elang tersenyum tipis. Jemarinya bergerak di dalam saku. Mematikan alat perekam yang dihidupkan tadi. Bukti itu sudah kuat. "Kenapa kamu merusak nama baik sahabat karibku?" bentak Harsa, tak terima ketika sang istri menyebut nama Yandra.Sebenarnya, sudah agak lama Harsa berdiri di depan pintu sambil menguping pembicaraan keduanya. Ingin juga mengetahui siapa ayah janin di rahim sang istri. Namun, pengakuan Jenni menjadi tamparan baginya. Harsa tak terima jika sahabat karibnya dijadikan kambing hitam oleh perempuan yang gemar berselingkuh itu. Jenni melirik Elang, berusaha mencari dukungan. Lelaki berkemeja hitam itupun menoleh ke arah Harsa. "Tenang, Sa. Nggak perlu kamu membela sahabat karibmu secara brutal. Kita ini cuma manusia biasa, tempat salah dan khilaf. Mungkin, Yandra saat ini sedang khilaf. Jadi, dia nggak peduli jika Jenni adalah istrimu sehingga menyebabkan masal

  • Menggoda Suami Majikanku   91. Yandra

    Happy Reading*****Ardha dan Thalia memukul keras lengan Elang. Lalu, ketiganya pun tertawa."Apa pun yang kamu lakukan, aku percaya semua akan berakhir baik," kata Thalia. "Pokoknya, Mas Awan nggak boleh membahayakan diri sendiri demi mendapat kebenaran dari Jenni," tambah Ardha. Masih ada sisa-sisa kekhawatiran pada perempuan yang telah melahirkan Zanitha itu. "Tenang saja, Dek. Nggak usah khawatir berlebihan sama Mas," sahut Elang. Mengusap lembut kepala perempuan yang sangat disayanginya itu. "Ya, sudah. Adek percaya sama rencana, Mas Awan." Ardha berusaha menenangkan hatinya bahwa Elang pasti bisa mengatasi semua permasalahan tersebut dan mendapat bukti kuat tentang Yandra dan Jenni. "Jadi, setelah kita mendapatkan bukti-bukti kuat itu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Elang pada dua perempuan di depannya. "Menurutmu, Mas?" tanya Ardha membalik pertanyaan Elang. "Kamu ini sengaja ngetes kita apa gimana, sih, Lang?" sindir Thalia, "jelas-jelas kalau kita dapa

  • Menggoda Suami Majikanku   90. Gempar

    Happy Reading*****Seketika, Ardha menoleh pada si mas. Matanya membulat dan hampir saja dia tersedak karena mendengar pertanyaan Elang. "Mas, kenapa ngambil kesimpulan seperti itu?" tanya Ardha. "Mas cuma menyimpulkan apa yang sudah didengar dari rekaman ini." Elang menunjukkan benda berbentuk bulat lonjong di tangannya. "Coba saja dengarkan, kamu pasti akan mengambil kesimpulan sama seperti yang Mas katakan sekarang."Ardha mengambil benda mungil di tangan Elang, mulai menyetel alat perekam tersebut dan mendengarkan dengan saksama. Ardha tak henti-hentinya membekap mulutnya sendiri dengan tangan ketika suara bentakan yang bernada ancaman keluar dari bibir sang pengacara. Sesekali menatap Thalia dan Elang, bergantian. Ardha benar-benar tak percaya jika ternyata Yandra jauh lebih jahat dari perkiraannya. Setelah semua rekaman sudah didengarkan, wajah perempuan itu memucat. "Mas, bagaimana bisa Yandra mengkhianati sahabat karibnya sendiri?" ucap Ardha. "Sekarang, Adek pasti berke

  • Menggoda Suami Majikanku   89. Terungkap

    Happy Reading***Ardha menatap Elang disertai gelengan kepala, tanda jika lelaki itu tidak boleh meneruskan perkataan kasarnya tadi. "Li, katakan dengan jelas. Ada apa sebenarnya? Kamu nggak perlu sampai takut seperti ini." Ardha menggeser posisi duduknya lebih dekat pada sang sahabat. Penepuk-nepuk punggung Thalia lembut, menenangkan. "Ar, kamu nggak akan pernah percaya jika aku mengatakan semuanya," ucap Thalia. Detik berikutnya, dia menatap si bos. "Lang, aku nggak mau lagi dekat-dekat sama Yandra. Dia lelaki yang cukup menakutkan," keluhnya.Kening Elang berkerut, kedua alisnya hampir menyatu mendengar perkataan sang asisten. "Lia, aku mengenalmu sudah bertahun-tahun dan baru kali ini, kamu ketakutan.""Lang, Yandra ...." Ucapan Thalia terhenti karena ada yang mengetuk pintu ruangan tersebut. "Masuk," pinta Ardha. Seorang lelaki masuk dengan membawa tas plastik berisi susunan kotak makan beserta beberapa gelas jus kemasan. "Pak, ini makanan yang dipesan Bu Ardha kita kurirny

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status