Share

Cinta atau Pengabdian

Penulis: Zulzila Sen
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-30 11:51:05

"Mah, sudah, jangan dibesar-besarin!" tegur Aditya dengan lembut.

"Mama gak besar-besarin, Adit. Tapi di keluarga besar kita memang tradisinya begitu. Kalau tidak, maka petaka akan menimpa pernikahan tersebut."

"Dan Adit tak percaya dengan yang namanya petaka dalam pernikahan, Ma," protes Adit, dengan nada hati-hati.

"Tapi, Dit. Bukannya sudah sering kita melihat sendiri petaka dalam pernikahan keluarga kita, karena kita lalai dalam tradisi kita?" ucap Hilda.

"Tapi, Mah…Adit tak percaya dengan yang namanya petaka. Apalagi dalam pernikahan. Bukannya pernikahan itu ibadah, apa iya akan menimbulkan petaka." Aditya berusaha menjelaskan.

"Tapi, Dit. Kalian tak punya halangan apapun sehingga bisa—" Kata-kata Hilda terhenti saat tangan Aditya memegang kedua bahunya.

"Mah, percaya sama Adit. Tak akan terjadi apa-apa pada pernikahan Adit dan Delindra. Percayalah, tradisi itu tak perlu semuanya kita percaya hingga membuat kita takut. Dan untuk malam pertama pengantin Adit, itu sengaja Adit tunda selain karena kami kecapekan, kami juga berencana ingin honeymoon ke suatu tempat, Ma." Dengan pelan-pelan, Adit memberi pengertian pada Mamanya. Sekalipun itu hanya alasan Aditya semata.

Hilda menghela nafas, tampak pasrah." Ya sudah kalau memang kamu beranggapan seperti itu." Hilda tersenyum sambil melepaskan kedua tangan Aditya dari bahunya.

"Kalau begitu Mama habis ini dan keluarga lainnya akan pulang. Dan kalian…hiduplah yang rukun, Mama doakan semoga rumah tangga kalian selalu tentram dan bahagia." Hilda menasehati.

Selanjutnya tatapan Hilda beralih menatap Delindra yang sedari tadi hanya diam saja.

"Mama tahu kalian menikah bukan karena cinta, tapi—"

"Tapi Adit cinta, Ma…sama Delindra." Aditya merangkul pundak Delindra.

Awalnya Delindra sempat kaget, namun dengan segera Delindra menyembunyikannya.

Hilda tersenyum sambil mencubit lengan Aditya.

"Iya, Mama percaya kalau kamu sudah cinta sama istrimu yang cantik ini. Dan semoga Delindra bisa mencintai Adit juga, ya, nantinya." Hilda mengusap lembut kepala Delindra.

"Ya sudah Mama siap-sipa mau pergi dulu, jaga istrimu baik-baik, Dit. Dan segera buatkan Mama cucu, ya!"

"Siap, Ma!" Aditya meletakkan tangannya dekat kepala membentuk hormat.

Sedangak Delindra hanya bisa tersenyum.

*****

"Ini untuk keperluan kamu!" Aditya menyodorkan tiga kartu kredit ke hadapan Delindra yang saat ini ada di sofa dengan tanga memegang Hp.

Delindra menatap Kartu kredit Silver, Gold dan terakhir dan terakhir Platinum. Hanya menatapnya, tidak mengambilnya.

"Simpan saja, Mas. Kau tak perlu seperti ini padaku." Delindra mentodorkak kembali ketiga kartu limit tersebut ke hadapan Aditya.

"Tidak, Del. Kau sekarang istriku, tanggung jawabku. Dan sudah semertinya aku memberikan nafkahku padamu." Aditya kembali meletakkan kartu-kartu tersebut pada tangan Delindra.

Delindra menggeleng pelan." Beri sekedarnya saja, aku—"

"Jangan bilang kalau kau masih menganggap pernikahan ini adalah petaka, Del," potong Aditya cepat.

"Aku tidak main-main dengan pernikahan kita ini. Aku serius ingin menjadi suamimu. Dari itu aku mulai memberikan hak mu sebagai istriku. Tida hanya dari sekarang aku menganggapmu istriku, Del. Dimulai setelah usainya akad, aku sudah menelpon keluargaku untuk mencarikanmu rumah, sebab aku tahu, kau tak akan betah atau malu dan sebagainya jika aku langsung-langsungan membawamu tinggal bersama keluargaku." Perlahan Aditya mengangkat kedua tangannya, memegang kedua bahu Delindra.

"Aku berani sumpah, Del. Aku tak pernah main-main dengan pernikahan kita. Aku ingin menjadikanmu yag pertama dan tuk terakhirku." Aditya berucap dengan sungguh-sungguh.

"Mas, aku—"

Aditya segera menarik Delindra kedalam pelukannya.

"Percayalah, Del. Aku sangat mencintaimu. Rasa ini sudah ada saat mata ini baru pertama kali melihatmu, saat aku datang ke rumah mu sebagai tamu," ucap Aditya sambil terus memeluk Delindra.

"Aku tak pernah jatuh cinta pada seorang wanita sebelumnya sebesar ini, Del…oleh karena itu, aku tak main-main saat aku mendapatkan istri dari wanita yang aku cintai," lanjut Aditya.

Delindra bergeming. Ia tak tahu, harus berbuat apa, dan menanggapi apa pada Aditya.

*****

"Mas…apa yang kau lakukan?" Delindra yang baru saja ingin pergi ke kamar mandi untuk mengambil keranjang baju kotor di kejutkan dengan Aditya yang sedang mencuci pakaian. Pakaian dalam Delindra pun tak luput du cucunya.

"Sudah, Mas. Biar aku saja yang melakukannya." Delindra berusaha mengambil alih pakaian yang dicuci Aditya. Namun Aditya tahan tangan Delindra.

"Sudah, biar aku saja. Lagian hampir selesai, kok." Aditya tersenyum.

"Tapi, Mas—"

"Hanya sekarang, Del. Nanti aku akan mencarikan ART untuk rumah kamu, Nyonya Aditya." Aditya mengedipkan sebelah matanya. Sedangkan Delimdra hanya menanggapi dengan senyuman simpul.

"Aku aku akan membuat kamu senyaman mungkin hidup denganku, Del. Aku tak akan menyerah sampai kapanpun, sampai aku benar-benar mendapatkan cintamu."

Delindra mengalihkan pandangannya ke samping. Lagi-lagi Delindra tak tahu mau menanggapi apa pada kata-kata Aditya. Sebab…hatinya saat ini benar-benar hampa.

*****

"Apa kabar hatimu saat ini, putriku, Delindra?" tanya Pak Hendra lewat sambungan telepon.

Saat ini Delindra sedang berdiri di dekat jendela kamar. Bertelponan dengan Pak Hendra, Bapaknya.

"Del…!"

"Aku tak mencintainya, Pak," jawab Delindra cepat.

Terdengar helaan nafas dari Pak Hendra.

"Tapi dia sekarang dia suamimu!"

"Delindra tak mencintainya, walau sudah berusaha!"

"Mengabdilah kepadanya, walau tanpa cinta…!"

"Tapi, Pak—"

"Jika sampai saat ini kau belum juga bisa mencintai suamimu…setidaknya mengabdilah padanya. Agar deritamu berpahala. Sebab pengabdian tidak memerlukan perasaan…."

Air mata Delindra jatuh mengalir mendengar nasehat Bapaknya, bersamaan dengan sambungan telepon terputus. Entah karena sinyal atau apa, Delindra tak peduli dengan itu. Hatinya kali kalut antara cinta dan pengabdian…antara Aditya atau Angga….

"Ceklek!"

Delindra terkesiap dan segera mengusap air matanya saat mendengar suara pintu dibuka.

"Delindra…kau sedang apa disitu?" tanya Aditya yang baru saja masuk ke kamar.

Delindra segera membalikkan badannya menghadap Aditya, namun bersamaan dengan itu, tiba-tiba lampu mati.

"Mas, aku takut." Sontak Delindra yang aslinya memang penakut dan segera berlari ke arah Aditya yang berdiri di dekat ranjang tidur.

"Jangan takut, ada aku, Del!" Aditya berusaha menenangkan Delindra yang saat ini tengah memeluk lengannya.

"Aaa…." Delindra berteriak saat mendengar suara petir yang menyambar di luar dan semakin mengeratkan pelukannya, kali ini bukan di lengan Aditya lagi, tapi di dada Aditya.

"Itu hanya petir, Del. Di luar sedang aingin dan hujan mamang," ujar Aditya sambil merengkuh tubuh Delindra.

"Kenapa tiba-tiba ada hujan, angin dan petir bersamaan, Mas…apakah ini yang dinamakan petaka, Mas…?"

Aditya terkekeh geli mendengar pertanyaan Delindra.

"Dertt…."

"Aaaa….." Delindra yang kaget meskipun hanya suara deringan Hp tanpa sengaja mendorong tubuh Aditya hingga keduanya jatuh ke sisi ranjang dan tubvh Delindra menimp4 Aditya…dan tanpa sengaja 6i6ir keduanya bersentuhan.

Sesaat kedua nya tertahan…namun tak berapa lama, sebab Delindra segera menarik wajahnya. Namun sebelum itu terjadi, Aditya menahan kepala Delindra.

"Ini bukanlah petaka, Delindra…melainkan anugerah…."

Dengan gerakan pelan, Aditya membalikkan tubuh Delindra dan membaringkannya di ranjang.

Sedikit demi sedikit, Aditya mengikis jarak, bersamaan dengan mata Delindra terpejam.

Delindra membenarkan kata-kata Bapaknya, jika ia tak mencintai Aditya, setidaknya ia mengabdi pada Aditya yang saat ini sudah berstatus suaminya.

___________

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yani
semangat terus buat kk author
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mengintip Kamar Pengantin   Ingin Sayang bukan Uang

    "Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb

  • Mengintip Kamar Pengantin   Tak Ingin Kehilangan

    "Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb

  • Mengintip Kamar Pengantin   Sepi dalam Keramaian

    "Kenapa gak mengaku saja sebagai ibunya Dewa tadi."Delindra yang mendengar suara yang seperti mengajaknya bicara, segera menoleh kebelakang."Mas Angga!"Delindra segera meluruskan punggungnya, berdiri didepan Angga dengan tegap.Angga maju satu langkah, hingga kini ia berdiri cukup dekat dengan Delindra."Kenapa tak mengaku saja tadi sebagai ibu Dewa saat ditanya oleh ibu guru Dewa?" Angga mengulangi kata-katanya."Kenapa aku harus melakukan itu?" Kening Delindra mengernyit saat menanyakannya."Karena Dewa!" Angga menjawab dengan mata lekat menatap Delindra."Kenapa dengan Dewa?""Karena aku ingin Mama datang kesini."Delindra menoleh, menatap Dewa yang barusan menjawab pertanyaannya."Maksud Dewa?" tanya Delindra tak mengerti."Dewa sedih, sebab selalu saja ditanya kenapa Mama tidak pernah kesini. Teman-teman Dewa selalu saja menanyakan yang mana Mama Dewa. Tak hanya teman-teman Dewa yang menanyakan Mama Dewa, tapi orang tua teman Dewa dan para guru Dewa juga menanyakan." Entah ke

  • Mengintip Kamar Pengantin   Hubungan yang Lemah

    Delindra masih membekap mulutnya sendiri agar suara isakannya tak terdengar oleh Angga setelah mendengar kebenaran yang dikatakan oleh Angga."Kenapa harus menangisinya, Del, heum, kenapa?" tanya Angga, menatap tajam Delindra."Kenapa, Mas…kenapa?" lirih Delindra di sela-sela isakannya yang tertahan."Kamu tanya kenapa padaku, Del?" Angga tersenyum sinis."Apa kau ingin menyalahkan aku disini? Ayo kita pikirkan sama-sama disini, Del. Kira-kira siapa yang bersalah, aku atau dirimu." Angga masih menatap tajam."Siapa yang pantas disalahkan, heum? Kau sendiri yang tak mengatakan kebenarannya saat diriku salah paham, dengan berprasangka kalau surat itu dari Dahlia, sebab aku melihat ia yang memegangnya kala itu," ucap Angga menggebu-gebu.Delindra segera mengusap air matanya, lalu menatap ke arah Angga. Bibir Delindra tertarik membentuk sebuah senyuman."Tak perlu saling menyalahkan, Mas. Tidak Mas Angga, tidak aku…ataupun salah takdir." Senyuman Delindra masih terukir di wajahnya."Mungk

  • Mengintip Kamar Pengantin   Sebuah Kebenaran

    Sekitar jam 9 malam, Aditya baru pulang kerja. Sedikit heran, sebab ia tak menemukan Delindra menyambutnya seperti biasanya. Bahkan sudah 3 hari kebelakang ini.Dengan langkah gontai, Aditya melangkah ke arah kamar dan masuk. Dan disana ia mendapati Delindra yang termenung di dekat jendela.Delindra sangat fokus dengan lamunannya, hingga pintu yang sengaja Aditya tutup dengan nyaring tak bisa menyadarkan dari lamunannya.Dan itu membuat Aditya penasaran, apa yang sedang istrinya tersebut pikirkan, hingga segitunya."Apa yang lebih membuatmu kepikiran hingga kau melupakan—" kata-kata Aditya terhenti sebab Delindra yang terkejut segera menatap Aditya yang berada di belakangnya."Mas Adit," seru Delindra, sambil membalikkan tubuhnya menghadap Aditya."M-mas Adit kapan pulang? Kenapa aku tidak menyadarinya?" tanya Delindra.Aditya menarik nafas kasar. "Bagaimana kau sadar, sebab kau asik ngelamun." Aditya memutar tubuh melangkah ke arah sofa."Ya, Tuhan…maaf, Mas. Aku gak dengar suara

  • Mengintip Kamar Pengantin   Kepiluan Angga

    Saat ini Angga dan Delindra sedang berada Wahana permainan. Ikut bermain dengan Dewa, yang sedari tadi tak mau di ajak pulang, terus ingin bermain. Sehingga Angga dan Delindra Pun ikut bermain juga. Menuruti permintaan Dewa.Sesekali Angga dan Delindra terlibat dalam diskusi dan obrolan yang seru saat menceritakan tentang rumah tangga masing-masing. Sehingga menghadirkan tawa diantara keduanya, saat ada yang lucu dari apa yang dibahasnya.Kadang mereka saling support dan memberi saran dan masukan cara menghadapi pasangan satu sama lain, yang belum mereka ketahui caranya.Setelah permainan satu telah selesai, Angga dan Delindra pindah ke permainan lainnya bersama dengan Dewa tentunya. Mereka bertiga asyik bercanda ria, sudah seperti satu hubungan keluarga yang lengkap. Ayah, Ibu dan Anak."Kalian benar-benar pasangan yang serasi!" tanggap penjual ice cream saat Angga dan Delindra membelikan Dewa ice cream.Angga dan Delindra saling berpandangan, cukup lama, namun selanjutnya tawa kedu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status