"Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb
"Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb
"Mas…aku capek!""Tapi, Li, ini kan malam pertama kita!" Langkah Delindra terhenti tepat di depan kamar pengantin yang di depannya dipenuhi dengan hiasan berbagai macam bunga, hingga ke daun pintu juga.Entah kenapa tiba-tiba Delindra ingin melihat apa yang tengah terjadi di dalam kamar sana, yang terdapat pasutri yang baru saja melangsungkan pernikahan, dan ini adalah malam pertamanya bagi mereka.Delindra melangkah pelan-pelan menuju pintu yang dihias dengan bunga sedap malam yang bergelantungan di daun pintu.Delindra sadar, niatnya itu salah, tapi rasa penasarannya terhadap apa yang dilakukan Angga, pria yang dicintainya, semenjak pertama kali bertemu di kampusnya, namun saat Pak Hendra, Ayah Delindra menawarkan Angga, untuk memilih menikahi Delindra putri kandungnya atau Dahlia sepupu Delindra yang diangkat anak oleh Pak Hendra, Angga menjatuhkan pilihannya pada Dahlia. Angga jatuh cinta pada Dahlia saat pertama kalinya melihat kecantikan Dahlia.Delindra patah hati? Tentu saja
"Pak, apa tidak ada cara lain untuk mengatasi masalah ini. Delindra tak mau menikah dengan Pria asing, Pak." Delindra menangkup kedua tangannya pada Pak Hendra sebagai tanda permohonannya.Pak Hendra menggelengkan kepalanya." Tidak bisa, Nak. Ini salah satu caranya agar kau tak di usir dari desa ini. " Pak Hendra mengusap sudut matanya yang berair."Tapi Delindra tak mau menikah dengan Mas Aditya, Pak." Delindra terisak di depan Pak Hendra yang duduk di depan tangga depan masjid menunggu kedatangan Pak Penghulu yang nantinya akan menikahkan Aditya da Delindra.Sedangkan Delindra sendiri berada di tangga tepat di bawah Pak Hendra."Apa alasanmu, Del?" tanya Pak Hendra menatap putri satu-satunya tersebut dengan sayu."Delindra tak mencintainya, Pak." Delindra menundukkan kepalanya dalam-dalam."Setelah kau dicurigai berbuat hal yang tercela dengan seorang apa kau masih berpikiran untuk menikah dengan Pria lainnya, Del?"Delindra tak menjawab, malah semakin menundukkan wajahnya. Malu."Ta
( Hadiah Pernikahan )"Del, apa kau tak rela dan berat hati untuk meninggalkan rumah ini?" Aditya menghampiri Delindra yang saat ini sedang duduk di ranjang menata pakaiannya kedalam koper.Delindra tak menjawab, hanya tersenyum samar. Namun Delindra rasa itu sudah cukup untuk menjadi jawaban dari pertanyaan Aditya. Bahwa apa yang ditanyakan Aditya itu adalah benar. Dirinya sangat berat meninggalkan dua pria yang begitu dicintainya, yaitu Pak Hendra sebagai Bapaknya, dan Angga sebagai pria pujaannya, meski kini statusnya sudah suami orang, tepatnya suami dari sepupunya, Dahlia."Del," panggil Aditya yang kini sudah duduk di depan Delindra."Seandainya aku jawab tidak apa Mas Aditya akan mengubah niat Mas Aditya untuk pergi ke kota Sega membawaku yang statusnya saat ini aku adalah istri dari Mas Aditya?" Sekilas Delindra melirik ke arah Aditya.Aditya bergeming dengan pandangan masih menatap Delindra yang tangannya kembali sibuk dengan pakaiannya.Delindra tersenyum kecut." Diammya suda
"Del…!"Delindra segera tersadar dari lamunannya saat Aditya memanggilnya."Eh, iya. Ada apa?" Delindra menyudahi aktivitasnya yang memandangi rumah mewah nan besar di depannya."Kamu ngelamun?" tanya Aditya.Delindra menggelengkan kepalanya. "Tapi kenapa dari tadi aku panggil-panggil kamu gak dengar?""Hah!" Delindra tergeragap. " Benarkah?"Aditya menganggukkan kepalanya pelan."Maaf, aku hanya heran saja," ucap Delindra."Heran kenapa?" tanya Aditya, masih menatap Delindra.Delindra menggelengkan kepalanya."Katakan saja, jangan ragu. Lagian aku kan suamimu."Delindra terdiam, memikirkan kata-kata Aditya barusan."Kenapa kamu menghadiahi rumah ini untuk pernikahan kita?"Aditya tersenyum." Kita bahas nanti saja, ya. Sekarang kita masuk dulu." Aditya mengeluarkan koper dari dalam mobil dengan tangan satunya, sedangkan tangannya yang lain meraih tangan Delindra.Delindra sempat kaget, namun segera ia kuasai saat menyadari bahwa ia dan Aditya adalah sepasang suami istri."Masuk, yuk."
"Dan aku tak bisa menahan ha*rat ku lagi untuk memilikimu malam ini." Aditya terus menatap wajah Delindra yang seperti memiliki sejuta pesona malam ini di mata Aditya.Semakin lama, Aditya semakin mengikis jarak…saat hampir saja wajah Aditya menyentuh wajah Delindra, tiba-tiba tangan Delindra menahan dada Aditya, hingga Aditya terhenti."Ada apa?" Aditya menatap heran pada Delindra."Ini tidak benar, Mas," ucap Delindra, menatap Aditya dengan serius."Maksudnya?" Kening Aditya mengerut.Delindra tidak segera menjawab. Dipandanginya dengan wajah Aditya dengan tatapan was-was."Kenapa, Del? Apanya yang tidak benar?" Raut Aditya tampak kebingungan."Kita tidak bisa melakukan ini, Mas?"Deg.Dada Aditya berdetak tatkala mendengar kata-kata Delindra barusan."Maksudmu apa, Del?" tanya Aditya dengan masih raut kebingungan.Delindra bergeming…dengan pandangan dialihkan ke samping."Del!" Aditya memegang kedua pundak Delindra."Tatap mataku, Del." Delindra Pun mengalihkan pandangannya lagi, m
"Mah, sudah, jangan dibesar-besarin!" tegur Aditya dengan lembut."Mama gak besar-besarin, Adit. Tapi di keluarga besar kita memang tradisinya begitu. Kalau tidak, maka petaka akan menimpa pernikahan tersebut.""Dan Adit tak percaya dengan yang namanya petaka dalam pernikahan, Ma," protes Adit, dengan nada hati-hati."Tapi, Dit. Bukannya sudah sering kita melihat sendiri petaka dalam pernikahan keluarga kita, karena kita lalai dalam tradisi kita?" ucap Hilda."Tapi, Mah…Adit tak percaya dengan yang namanya petaka. Apalagi dalam pernikahan. Bukannya pernikahan itu ibadah, apa iya akan menimbulkan petaka." Aditya berusaha menjelaskan."Tapi, Dit. Kalian tak punya halangan apapun sehingga bisa—" Kata-kata Hilda terhenti saat tangan Aditya memegang kedua bahunya."Mah, percaya sama Adit. Tak akan terjadi apa-apa pada pernikahan Adit dan Delindra. Percayalah, tradisi itu tak perlu semuanya kita percaya hingga membuat kita takut. Dan untuk malam pertama pengantin Adit, itu sengaja Adit tunda