Share

Hadiah Pernikahan

Author: Zulzila Sen
last update Last Updated: 2022-12-27 18:32:33

( Hadiah Pernikahan )

"Del, apa kau tak rela dan berat hati untuk meninggalkan rumah ini?" Aditya menghampiri Delindra yang saat ini sedang duduk di ranjang menata pakaiannya kedalam koper.

Delindra tak menjawab, hanya tersenyum samar. Namun Delindra rasa itu sudah cukup untuk menjadi jawaban dari pertanyaan Aditya. Bahwa apa yang ditanyakan Aditya itu adalah benar. Dirinya sangat berat meninggalkan dua pria yang begitu dicintainya, yaitu Pak Hendra sebagai Bapaknya, dan Angga sebagai pria pujaannya, meski kini statusnya sudah suami orang, tepatnya suami dari sepupunya, Dahlia.

"Del," panggil Aditya yang kini sudah duduk di depan Delindra.

"Seandainya aku jawab tidak apa Mas Aditya akan mengubah niat Mas Aditya untuk pergi ke kota Sega membawaku yang statusnya saat ini aku adalah istri dari Mas Aditya?" Sekilas Delindra melirik ke arah Aditya.

Aditya bergeming dengan pandangan masih menatap Delindra yang tangannya kembali sibuk dengan pakaiannya.

Delindra tersenyum kecut." Diammya sudah menjadi jawaban dari pertanyaanku, Mas." Delindra berucap dengan tanpa menatap Aditya.

Aditya mendesah." Maaf kan aku, Del…aku lemah di keputusan ini. Meskipun terdapat pilihan, tapi aku tetap tak bisa memilih." Aditya berucap dengan Rina penuh ke tak nyamanan pada Delindra.

"Kamu tahu sendiri kan, Del. Aku ini hanya anak tunggal di keluargaku. Satu-satunya anak untuk kedua orang tuaku dan cucu untuk Kakek dan Nenekku. Oleh karena itu aku tak bisa untuk tinggal di sini bersamamu."

Delindra hanya bisa tersenyum kecut tanpa menatap Aditya.

"Sebenarnya ingin sekali aku tak ingin membuatmu jauh dari keluargamu lebih-lebih Bapak, namun aku tak berdaya, Del…bisa saja sebenarnya aku bermohon-mohon pada keluargaku, agar aku bisa keluar dari mereka dan tinggal disini bersamamu. Namun ada satu lagi yang tak bisa ku tinggalkan, Del. Yaitu bisnis keluargaku yang sekarang semuanya sudah jadi tanggung jawabku."

Delindra kembali tersenyum kecut." Lalu untuk apa kau menanyakan hal itu jika Mas Adit sendiri sudah tahu jawabannya." Delindra mengangkat wajahnya menatap Aditya. " Aku juga tak punya pilihan, Mas. Sama sepertimu." Delindra berucap dengan masih menatap Aditya dengan lekat.

Tangan Aditya bergerak meraih tangan Delindra dan menggenggamnya.

Delindra menariknya, namun Aditya menahannya.

"Terimakasih, Del. Aku tak akan menyia-nyiakan pengorbananmu untukku. Dengan kamu telah mau ikut tinggal bersamaku di kota, itu sudah jadi pengorbanan besar untukku." Aditya berucap dengan nada serius.

Delindra hanya bisa tersenyum simpul sambil menarik tangannya dari genggaman Aditya.

Tangan Delindra kembali menyentuh koper dan menutupnya setelah semua bajunya dimasukkan ke dalam koper.

"Aku tahu kau tak mencintaiku, Del."

Delindra yang awalnya ingin berdiri ia urungkan mendengar kata-kata Aditya.

"Lalu…apa kau sendiri mencintaiku?" Delindra menatap Aditya dengan tatapan tajam.

Aditya bergeming dengan mata masih menatap Delindra.

Karena tak mendapat jawaban dari Aditya, Delindra kembali ingin melanjutkan niatnya untuk berdiri, namun Aditya menahan lengan Delindra.

"Aku menyukaimu, Delindra."

Sedikit terkejut dengan pernyataan Aditya, namun segera ia singkirkan. " Kenapa?" tanya Delindra.Terdengar datar.

Aditya ikut berdiri. Ditatapnya wajah Delindra." Aku tak punya alasan kenapa aku bisa menyukaimu."

"Sejak kapan?"

" Apa kau marah?"

"Sejak kapan?" Delindra keras kepala.

"Sejak pertama kali aku melihatmu."

Delindra tersentuk kecut sambil mengalihkan pandangannya ke samping.

"Mungkin terdengar konyol, Del. Tapi percayalah, dengan pernikahan kita ini aku tidak main-main, Del. Aku akan benar-benar menjadikanmu istriku di sepanjang hidupku. Hanya kamu satu-satunya. Aku akan meluapkan semuanya ke kamu."

Delindra bergeming dengan tangan dilipat ke dada.

"Entah kamu percaya dengan apa yang aku katakan ini aku tak peduli, Del. Yang jelas akan ku curahkan segalanya yang aku punya untuk kamu."

Andai Angga yang mengatakan itu pada dirinya, sudah pasti Delindra bahagia dan dalam sedetik kemudian ia menghambur ke dalam pelukan Angga.

Namun nyatanya, harapan tak sesuai kenyataan, sekuat apapun Delindra dan sebesar apapun Delindra mencintai Angga, ia tak mampu melewati garis takdirnya.

****

"Delindra pamit, Pak." Delindra segera memeluk Pak Hendra yang saat ini berdiri di teras rumah untuk mengantar kepergian Delindra dan Aditya.

"Sudah, jangan menangis…percayalah, kau sudah menemukan harta karun. Aditya bukan sembarang pria. Dia orang baik, semenjak Bapak mengenalnya untuk pertama kalinya, Bapak sudah punya feeling bahwa dia baik." Pak Hendra berbisik di telinga Delindra.

Mendengar nasehat Bapaknya, air mata Delindra terjatuh.

"Bapak bahagia dan bisa bernafas lega, sebab Bapak sudah melepaskan kedua putri Bapak pada para pria yang baik." Pak Hendra masih mengusap pelan kepala Delindra yang kali berbalut jilbab.

"Sudah jangan menangis, kau itu pergi hanya karena ikut suamimu, bukan karena di usir." Pak Hendra melepas pelukannya.

Delindra segera bergeser, kali ini berdiri di hadapan Dahlia." Titip Bapak, Mbak," ucap Delindra pada Dahlia.

"Kamu jangan khawatir, Del. Bapak sudah aku anggap seperti Bapak sendiri," balas Dahlia.

Makasih, Mbak."

"Sama-sama," balas Dahlia.

Selanjutnya Delindra membalikkan badan untuk pergi ke mobil. Namun sebelum itu, tatapan Delindra tak sengaja bertubrukan dengan Angga yang berdiri di belakang Dahlia.

Angga menatap Delindra dengan tatapan tajam.

Awalnya Delindra ingin menghampiri Angga, namun ia urungkan setelah mengingat kejadian di waktu malam pengantin Angga, karena telah lancang mencoba untuk mengintipnya.

****

Selama dalam perjalanan, Delindra hanya diam saja. Apabila diajak bicara atau ditanya sesuatu oleh Aditya, Delindra hanya menjawab dengan anggukan arau gelengan kepala.

Sekitar jam delapan malam, mobil Aditya sudah sampai di tempat tujuan.

"Nah, kita sekarang sudah sampai." Aditya berseru sambil mematikan mesin mobilnya.

"Tunggu sebentar, ya." Aditya segera turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Delindra.

Setelah keluar dari mobil, Delindra menatap bangunan rumah yang sangat besar di depannya. Baru kali ini Delindra melihat rumah semewah yang dilihatnya sekarang ini.

"Ini rumah orang tuamu, Mas?" Delindra bertanya dengan masih menatap rumah besar yang bak istana di depannya tersebut.

"Bukan," jawab Aditya.

"Lalu?" Delindra bertanya dengan masih tanpa melihat Aditya.

"Rumah kita."

Sontak Delindra mengalihkan pandangannya menatap Aditya.

"Maksudnya?" Delindra tak mengerti.

"Ini hadiah pernikahan, untukmu."

"Darimu?" tanya Delindra lagi.

Aditya bergeming.

Dan itu membuat hati Delindra bertanya-tanya mengenai hadiah pernikahan yang Aditya berikan.

Kenapa ini semua seperti sudah di sediakan dari jauh-jauh hari, sedangkan pernikahan mereka baru saja terjadi dengan secara tiba-tiba.

Dan tiba-tiba saja Aditya sudah punya hadiah untuk nya.

Hati Delindra bertanya-tanya, ada apa ini?

_____________

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengintip Kamar Pengantin   Ingin Sayang bukan Uang

    "Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb

  • Mengintip Kamar Pengantin   Tak Ingin Kehilangan

    "Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb

  • Mengintip Kamar Pengantin   Sepi dalam Keramaian

    "Kenapa gak mengaku saja sebagai ibunya Dewa tadi."Delindra yang mendengar suara yang seperti mengajaknya bicara, segera menoleh kebelakang."Mas Angga!"Delindra segera meluruskan punggungnya, berdiri didepan Angga dengan tegap.Angga maju satu langkah, hingga kini ia berdiri cukup dekat dengan Delindra."Kenapa tak mengaku saja tadi sebagai ibu Dewa saat ditanya oleh ibu guru Dewa?" Angga mengulangi kata-katanya."Kenapa aku harus melakukan itu?" Kening Delindra mengernyit saat menanyakannya."Karena Dewa!" Angga menjawab dengan mata lekat menatap Delindra."Kenapa dengan Dewa?""Karena aku ingin Mama datang kesini."Delindra menoleh, menatap Dewa yang barusan menjawab pertanyaannya."Maksud Dewa?" tanya Delindra tak mengerti."Dewa sedih, sebab selalu saja ditanya kenapa Mama tidak pernah kesini. Teman-teman Dewa selalu saja menanyakan yang mana Mama Dewa. Tak hanya teman-teman Dewa yang menanyakan Mama Dewa, tapi orang tua teman Dewa dan para guru Dewa juga menanyakan." Entah ke

  • Mengintip Kamar Pengantin   Hubungan yang Lemah

    Delindra masih membekap mulutnya sendiri agar suara isakannya tak terdengar oleh Angga setelah mendengar kebenaran yang dikatakan oleh Angga."Kenapa harus menangisinya, Del, heum, kenapa?" tanya Angga, menatap tajam Delindra."Kenapa, Mas…kenapa?" lirih Delindra di sela-sela isakannya yang tertahan."Kamu tanya kenapa padaku, Del?" Angga tersenyum sinis."Apa kau ingin menyalahkan aku disini? Ayo kita pikirkan sama-sama disini, Del. Kira-kira siapa yang bersalah, aku atau dirimu." Angga masih menatap tajam."Siapa yang pantas disalahkan, heum? Kau sendiri yang tak mengatakan kebenarannya saat diriku salah paham, dengan berprasangka kalau surat itu dari Dahlia, sebab aku melihat ia yang memegangnya kala itu," ucap Angga menggebu-gebu.Delindra segera mengusap air matanya, lalu menatap ke arah Angga. Bibir Delindra tertarik membentuk sebuah senyuman."Tak perlu saling menyalahkan, Mas. Tidak Mas Angga, tidak aku…ataupun salah takdir." Senyuman Delindra masih terukir di wajahnya."Mungk

  • Mengintip Kamar Pengantin   Sebuah Kebenaran

    Sekitar jam 9 malam, Aditya baru pulang kerja. Sedikit heran, sebab ia tak menemukan Delindra menyambutnya seperti biasanya. Bahkan sudah 3 hari kebelakang ini.Dengan langkah gontai, Aditya melangkah ke arah kamar dan masuk. Dan disana ia mendapati Delindra yang termenung di dekat jendela.Delindra sangat fokus dengan lamunannya, hingga pintu yang sengaja Aditya tutup dengan nyaring tak bisa menyadarkan dari lamunannya.Dan itu membuat Aditya penasaran, apa yang sedang istrinya tersebut pikirkan, hingga segitunya."Apa yang lebih membuatmu kepikiran hingga kau melupakan—" kata-kata Aditya terhenti sebab Delindra yang terkejut segera menatap Aditya yang berada di belakangnya."Mas Adit," seru Delindra, sambil membalikkan tubuhnya menghadap Aditya."M-mas Adit kapan pulang? Kenapa aku tidak menyadarinya?" tanya Delindra.Aditya menarik nafas kasar. "Bagaimana kau sadar, sebab kau asik ngelamun." Aditya memutar tubuh melangkah ke arah sofa."Ya, Tuhan…maaf, Mas. Aku gak dengar suara

  • Mengintip Kamar Pengantin   Kepiluan Angga

    Saat ini Angga dan Delindra sedang berada Wahana permainan. Ikut bermain dengan Dewa, yang sedari tadi tak mau di ajak pulang, terus ingin bermain. Sehingga Angga dan Delindra Pun ikut bermain juga. Menuruti permintaan Dewa.Sesekali Angga dan Delindra terlibat dalam diskusi dan obrolan yang seru saat menceritakan tentang rumah tangga masing-masing. Sehingga menghadirkan tawa diantara keduanya, saat ada yang lucu dari apa yang dibahasnya.Kadang mereka saling support dan memberi saran dan masukan cara menghadapi pasangan satu sama lain, yang belum mereka ketahui caranya.Setelah permainan satu telah selesai, Angga dan Delindra pindah ke permainan lainnya bersama dengan Dewa tentunya. Mereka bertiga asyik bercanda ria, sudah seperti satu hubungan keluarga yang lengkap. Ayah, Ibu dan Anak."Kalian benar-benar pasangan yang serasi!" tanggap penjual ice cream saat Angga dan Delindra membelikan Dewa ice cream.Angga dan Delindra saling berpandangan, cukup lama, namun selanjutnya tawa kedu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status