"Dan aku tak bisa menahan ha*rat ku lagi untuk memilikimu malam ini." Aditya terus menatap wajah Delindra yang seperti memiliki sejuta pesona malam ini di mata Aditya.Semakin lama, Aditya semakin mengikis jarak…saat hampir saja wajah Aditya menyentuh wajah Delindra, tiba-tiba tangan Delindra menahan dada Aditya, hingga Aditya terhenti."Ada apa?" Aditya menatap heran pada Delindra."Ini tidak benar, Mas," ucap Delindra, menatap Aditya dengan serius."Maksudnya?" Kening Aditya mengerut.Delindra tidak segera menjawab. Dipandanginya dengan wajah Aditya dengan tatapan was-was."Kenapa, Del? Apanya yang tidak benar?" Raut Aditya tampak kebingungan."Kita tidak bisa melakukan ini, Mas?"Deg.Dada Aditya berdetak tatkala mendengar kata-kata Delindra barusan."Maksudmu apa, Del?" tanya Aditya dengan masih raut kebingungan.Delindra bergeming…dengan pandangan dialihkan ke samping."Del!" Aditya memegang kedua pundak Delindra."Tatap mataku, Del." Delindra Pun mengalihkan pandangannya lagi, m
"Mah, sudah, jangan dibesar-besarin!" tegur Aditya dengan lembut."Mama gak besar-besarin, Adit. Tapi di keluarga besar kita memang tradisinya begitu. Kalau tidak, maka petaka akan menimpa pernikahan tersebut.""Dan Adit tak percaya dengan yang namanya petaka dalam pernikahan, Ma," protes Adit, dengan nada hati-hati."Tapi, Dit. Bukannya sudah sering kita melihat sendiri petaka dalam pernikahan keluarga kita, karena kita lalai dalam tradisi kita?" ucap Hilda."Tapi, Mah…Adit tak percaya dengan yang namanya petaka. Apalagi dalam pernikahan. Bukannya pernikahan itu ibadah, apa iya akan menimbulkan petaka." Aditya berusaha menjelaskan."Tapi, Dit. Kalian tak punya halangan apapun sehingga bisa—" Kata-kata Hilda terhenti saat tangan Aditya memegang kedua bahunya."Mah, percaya sama Adit. Tak akan terjadi apa-apa pada pernikahan Adit dan Delindra. Percayalah, tradisi itu tak perlu semuanya kita percaya hingga membuat kita takut. Dan untuk malam pertama pengantin Adit, itu sengaja Adit tunda
5 Tahun kemudian….Delindra termenung duduk di sofa ruang tamu dengan tangan memegang Hp. Hanya scrol-scrol beranda sosmed saja. Tak ada yang ia lihat di dalam sana. Itu ia lakukan hanya untuk mengusir kesepiannya saja.Sesekali Delindra menengok ke arah pintu. Menantikan kepulangan Aditya dari kantornya.Sebenarnya Delindra tak bisa dengan kesendiriannya setiap hari. Namun apalah daya, ia tak punya teman selain Aditya. Itupun Aditya selalu jarang ada di rumah. Aditya selalu saja sibuk dengan pekerjaannya."Menjadi istri dari seorang pengusaha lebih-lebih hanya putra tunggal yang ditugaskan untuk mengelola semua bisnisnya itu tidaklah nyaman, kita akan selalu kesepian." Itu lah kata-kata yang Delindra katakan pada Dahlia saat mereka sedang bertelponan kala itu. Saling curhat satu sama lain, dak kala itu Dahlia memuji-muji Delindra sebab di rasa telah hidup senang bersama Aditya yang bergelimpangan harta.Namun di balik itu semua…ada sebuah nama yang namanya kesepian yang selalu menyeli
" Mas Angga!" lirih Delindra.Delindra yakin, kalau pemilik akun yang memberikan komentar tersebut adalah Angga. Pria yang pertama kali di cintainya. Pria yang pertama kali menerobos masuk dan mewarnai hatinya dan juga Pria untuk pertama kalinya yang memberi kesuraman lewat kekecewaan yang diberikan Angga sebab ia lebih memilih seorang model cantik, yaitu Dahlia dibandingkan dengan dirinya yang saat itu statusnya masih mahasiswa bimbingannya.Keyakinan Delindra bertambah bahwa itu adalah Angga saat mengklik profil sosmed tersebut. Disana Delindra menemukan foto-foto Angga di album sosmednya.Hati Delindra berdebar-debar. Melihat foto Angga sama saja halnya mengingatkan pada masa-masa bucinnya ia pada Angga. Seorang Dosen baru dengan sejuta pesonanya.Saat itu Delindra yang baru mengenal apa itu cinta, selalu saja sembunyi-sembunyi mengirimi surat untuk Angga. Surat itu ia selalu selipkan di map atau tas Angga.Delindra yakin, bahwa sampai saat ini Angga tidak akan pernah tahu bahwa sur
"Hay, sudah lama datang, Bro?" Terdengar oleh Delindra, Angga menyapa Aditya. Namun ia masih takut untuk membalikkan badannya."Tidak, masih barusan, Kawan," jawab Aditya, berusaha akrab."Oh, ya? Sendirian?" Angga bertanya seolah-olah tak melihat keberadaan Delindra yang terhalang oleh keberadaan Aditya, dengan tubuh masih tak berbalik."Tidak, dengan istriku, Delindra," jawab Aditya."Oh ya, mana?""Sayang!" Aditya menepuk pundak Delindra. Sontak Delindra kaget."Iya, Mas!" Delindra menatap Aditya, yang dibalas oleh Aditya dengan senyuman sambil menunjuk keberadaan Angga.Perlahan Delindra membalikkan badannya dan menatap Angga." H-hai…!" sapa Delindra. Gugup."Hai," balas Angga, sambil mengulurkan tangannya pada Delindra untuk bersalaman.Delindra tak segera menyambut uluran tangan Angga. Namun setelah beberapa lama kemudian, ragu-ragu, Delindra menyambutnya juga.Delindra terkesiap saat sentuhan tangan Angga terasa berbeda. Angga menggenggam tangan Delindra dengan erat dan terasa
"Delindra!"Spontan Angga dan Delindra menoleh ke arah sumber suara."Mas Adit!" Delindra segera menarik tangannya dari cekalan Angga, lalu segera melangkah ke arah Aditya."Mas Adit baru pulang?" Delindra memegang lengan Aditya. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa gugup. Seolah-olah baru saja kepergok sedang berselingkuh saja.Aditya tak menjawab, dipandanginya Delindra dengan lekat oleh Aditya. Dan itu semakin membuat Delindra panik saja menerima tatapan seperti itu dari Adit.Aditya mengukir senyum sambil mengeluarkan bunga dari tasnya."Ini buat kamu?" Aditya memberikan rangkaian bunga yang tadi di belinya pada Delindra."Wah, manis sekali." Delindra menerima rangkaian bunga tersebut dan menciumnya." Terimakasih, Mas," ucap Delindra."Sama-sama," balas Aditya."Yasudah, aku sudah siapin makanan buat Mas Adit, ayo masuk, Mas." Delindra segera menarik Aditya ke dalam."Ganti dulu bajunya." Delindra membantu Aditya melepas jas Aditya setelah tiba dikamar."Del," panggil Aditya di sela-
Saat ini Angga dan Delindra sedang berada Wahana permainan. Ikut bermain dengan Dewa, yang sedari tadi tak mau di ajak pulang, terus ingin bermain. Sehingga Angga dan Delindra Pun ikut bermain juga. Menuruti permintaan Dewa.Sesekali Angga dan Delindra terlibat dalam diskusi dan obrolan yang seru saat menceritakan tentang rumah tangga masing-masing. Sehingga menghadirkan tawa diantara keduanya, saat ada yang lucu dari apa yang dibahasnya.Kadang mereka saling support dan memberi saran dan masukan cara menghadapi pasangan satu sama lain, yang belum mereka ketahui caranya.Setelah permainan satu telah selesai, Angga dan Delindra pindah ke permainan lainnya bersama dengan Dewa tentunya. Mereka bertiga asyik bercanda ria, sudah seperti satu hubungan keluarga yang lengkap. Ayah, Ibu dan Anak."Kalian benar-benar pasangan yang serasi!" tanggap penjual ice cream saat Angga dan Delindra membelikan Dewa ice cream.Angga dan Delindra saling berpandangan, cukup lama, namun selanjutnya tawa kedu
Sekitar jam 9 malam, Aditya baru pulang kerja. Sedikit heran, sebab ia tak menemukan Delindra menyambutnya seperti biasanya. Bahkan sudah 3 hari kebelakang ini.Dengan langkah gontai, Aditya melangkah ke arah kamar dan masuk. Dan disana ia mendapati Delindra yang termenung di dekat jendela.Delindra sangat fokus dengan lamunannya, hingga pintu yang sengaja Aditya tutup dengan nyaring tak bisa menyadarkan dari lamunannya.Dan itu membuat Aditya penasaran, apa yang sedang istrinya tersebut pikirkan, hingga segitunya."Apa yang lebih membuatmu kepikiran hingga kau melupakan—" kata-kata Aditya terhenti sebab Delindra yang terkejut segera menatap Aditya yang berada di belakangnya."Mas Adit," seru Delindra, sambil membalikkan tubuhnya menghadap Aditya."M-mas Adit kapan pulang? Kenapa aku tidak menyadarinya?" tanya Delindra.Aditya menarik nafas kasar. "Bagaimana kau sadar, sebab kau asik ngelamun." Aditya memutar tubuh melangkah ke arah sofa."Ya, Tuhan…maaf, Mas. Aku gak dengar suara