Di taman belakang kediaman Evanthe, Leyna berdiri dengan Roy yang berada di sampingnya. Selepas rundingan di ruang tamu tadi, Roy memintanya untuk datang ke sana. Leyna sendiri sudah tahu, Roy pasti menyadari kebohongannya. Namun, kenapa Roy sedari tadi diam saja dan belum memulai pembicaraan? Itulah yang dipikirkan Leyna saat ini.“Ada apa?” tanya Leyna yang sudah tak tahan dengan keheningan yang terjadi.Roy tampak menghla napas panjang sebelum menjawab pertanyaan sepupunya itu. “Apa yang terjadi denganmu kemarin?”“Aku hanya istirahat saja di hotel.” Elak Leyna yang mencoba untuk tidak mengatakan kejadian yang sebenarnya.“Jangan mengelak, Ley. Meskipun TKP itu sudah dibersihkan dengan cerdik, aku tetap mendapatkan informasinya. Jangan lupa, Evanthe punya banyak mata. Termasuk untuk dirimu,”“Jika kau sudah tahu, kenapa bertanya lagi padaku?” Leyna tak mengerti jalan pemikiran Roy ysng terkesan ribet.“Aku memang tahu, tetapi tidak dengan detailnya.”Tak punya pilihan lain, Leyna p
Sebenarnya apa yang dipikirkan Edric? Kenapa secara tiba – tiba ia jadi liar seperti ini? pikir Leyna yang juga mencoba untuk menghentiksn pergerakan Edric dengan menahan dada bidang pria itu.“Ed, apa maksudmu?” tanya Leyna dengan tenang.Edric kembali tersenyum, senyum antara tulus atau licik, terlihat sama. Ia menelusuri garis wajah Leyna seraya mengagumi perubahan yang terjadi pada tunangannya itu. “Kita akan menikah, Ley. Dan aku ingin memilikimu sekarang. Apakah tidak boleh?” Hembusan nafas Edric begitu terasa menerpa wajah Leyna.Sekujur tubuh Leyna langsung merinidng selepas perkataan Edric meluncur. Ia benar – benar terperangkap dengan buaya besar di sana. “Ed..” ucap Leyna pelan dengan tatapan yang sebisa mungkin tenang. “Aku janji akan menjadi milikmu, tapi tunggulah sampai menikah nanti. Aku.. kejadi- kejadian it – itu – “ lanjut Leyna yang napasnya pendek – pendek dan tak merasakan air matanya mengalir deras. Badannya bergetar dengan sendirinya.“Ley?” ucap Edric denga
Pemilik wajah campuran Eropa dan Asia barat itu memasuki aula tempat diadakannya pesta Edric. Tubuhnya tercetak sempurna dengan balutan dress hitam tanpa lengan yang menampilkan bahu mulusnya. Rambut burgundy yang tergerai indah nan lurus disertai jepitan rambut berlapis berlian itu menambah kesan anggunnya. Leyna Manston, terlihat sangat dewasa dan elegan. Ia menyapu pandangannnya ke seluruh penjuru untuk melihat – lihat orang yang menghadiri acara tersebut. Yang ternyata, bukan orang sembarangan. Para pebisnis besar, pemilik saham di berbagai negara, selebritas, bahkan orang pemerintahan juga hadir. “Tak biasanya orang pemerintahan ikut hadir,” Memang tak banyak, mungkin hanya dua atau tiga orang saja. apapun itu, Leyna memilih tak menggubris kehadiran beberapa orang asing itu. Kedatangan Leyna bisa dibilang cukup terlambat, karena bisa dilihat Edric dan Marcos sudah menyampaikan ucapan sambutannya, dengan Olivia yang entah mengapa berada di atasa panggung, berdiri di belakang Edr
Leyna tersenyum miring melihat kedekatan dan kespontanan Edric terhadap Olivia. Melihat itu, ia segera mengirimkan pesan kepada orangnya untuk melakukan tugas yang sudah ia rencanakan. “Baiklah, sekarang aku hanya tinggal duduk diam dan menanti keributan.” gumamnya pada diri sendiri seraya meninggalkan kerumunan itu. Ia tak akan pergi jauh - jauh dari ruangan pesta, hanya duduk di balkon aula seraya termangu. Itu saja sudah cukup untuk menambah kesan dramastis. Salah satu poin yang menambah cita rasa rencananya kali ini.***Edric yang membopong Olivia, kini sudah sampai di lantai yang memang sudah ia booking untuk dia dan Marcos. Sengaja mereservasi satu lantai demi keamanan dan kenyamanan mereka. Ia juga tak ceroboh membawa Olivia ke lantai ini. Sebelum memutuskan pergi ke lantai ini, Edric sudah memastikan sendiri ayahnya berada di bawah dan tampak sibuk dengan klien – kliennya. Jadi, sedikit kemungkinan bila Marcos apalagi orang lain masuk ke lantai ini.“Kak, aku bisa turun dan
Di kamar hotel itu, dua insan saling meluapkan gairahnya. Satu per satu pakaian yang Olivia kenakan kini mulai berjatuhan di lantai. Edric membaringkan Olivia dengan lembut di atas ranjang, dengan dirinya yang masih mengenakan pakaian lengkap namun tampak berantakan.“Apa kau yakin akan melakukan ini?” tanyanya dengan suara yang serak, menatap Olivia yang berada di bawahnya dengan pandangan yang berkabut.Olivia mengangguk. “Tentu, Kak. Aku mencintaimu,” jawabnya.Edric tak munafik. Berduaan dengan perempuan seperti Olivia di suatu ruangan dengan posisi seperti ini pasti memancing sesuatu dari dirinya. Untuk sejenak, ia memikirkan Leyna. Tetapi, bukankah akan sama saja, tidak atau melakukan hubungan ini dengan Olivia nantinya berakhir sama. Mereka berdua akan bersama. Jangan lupakan, wajah manis dan cantik Olivia, sang kekasih, kini berada di bawahnya, sesuatu yang Edric inginkan dari dulu. Kenapa Edric menolaknya? Leyna memang menjadi rupawan, tetapi belum tentu perempuan itu akan mau
"Antar kami ke sana.” Suara Logan terdengar sangat dingin. Ia juga meraih tangan Leyna dan menggenggamnya. Leyna saja yang saat ini sedang berpura – pura membuat ekspresi sedih ikut terkejut, lantaran sang Ayah di sini terlihat memerankan perannya dengan baik. Peran Ayah protektif saat putrinya disakiti. Pelayan itu dengan tanggap langsung memimpin jalan menuju ke tempat yang ia ceritakan. Lantai lima belas, lantai yang memang direservasi Edric dan Marcos selama acara berlangsung. Tak hanya Logan dan Leyna saja, Marcos, Maya dan beberapa tamu serta dua kru media juga tampak mengikuti langkah mereka. “Bagaimana ini? Mereka akan ketahuan.” Maya dalam langkahnya memiliki ketakutan di dalam hati dan pikirannya. Ia diam – diam menelpon ponsel Olivia, namun, sudah dari tadi tidak diangkat – angkat. Sedangkan Marcos, wajahnya terlihat tegang dengan guratan – guratan urat yang tercetak. Jantungnya juga berdegup kencang. Jika memang benar seperti yang dikatakan pelayan itu, citra Faramond pa
Saat ini, Leyna sedang berada di apartemennya. Memang, tadi Logan sempat memintanya untuk ke rumah utama saja, tetapi ia menolak. Leyna masih butuh sendiri di tempat yang membuatnya leluasa dan nyaman.Rencananya sudah berhasil, kini ia hanya butuh waktu untuk menunggu takdir alam mempermainkan Edric dan Olivia. Entah pada akhirnya mereka akan bahagia atau tidak, ia tak peduli. Yang terpenting, ia dapat menghindari pernikahan dengan Edric, menghindari diceraikan secara paksa, dan harta wasiat ibunya direnggut mereka berdua.Namun, ada satu hal yang mengganggu pikiran Leyna. Eekspresi dan tindakan ayahnya tadi, membuatnya ragu bila ayahnya ikut andil dalam rencana penguasaan harta itu. leyna dapat merasakan emosi Logan benar – benar nyata, tulus, dan tidak dibuat – buat. Lalu, jika memang benar ayahnya maish menyayangi dirinya, arti dari percakapan itu apa? Mengapa juga Logan terlihat lebih menyayangi Olivia selama ini? Seperti contohnya pengenalan Olivia sebagai keluarga Manston di de
Saat hendak kembali ke apartemennya, Leyna diminta untuk datang ke rumah utama Manston saat itu juga. Bahkan, sopir ayahnya sampai menjemputnya. Padahal, biasanya juga tidak seperti ini. Leyna menduga, akan ada pembicaraan antara dua keluarga tentang keputusan pernikahan nanti. Ia tak perlu khawatir, karena ayahnya sendiri yang memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Edric. Jadi, Leyna hanya akan diam saja dan mengamati saat berada di sana. Hatinya memang tak karuan, tetapi itu karena perasaan membuncah mengingat pederitaannya di masa lalu tidak akan pernah terjadi. Sesampainya di sana, benar saja, sesuai dugaan Leyna. Di meja ruang tamu, Logan, Maya, Olivia, Edric, dan Marcos sudah berkumpul di sana. Suasananya juga tempak suram dengan keheningan yang menyelimuti area. “Selamat pagi semua,” sapa Leyna sebelum duduk di sofa yang kosong. “Ada apa, Ayah?” tanya Leyna yang to the point. Ia saat ini hanya menatap ke arah ayahnya saja, tak berniat menatap wajah – wajah lain yang