"Gi, kamu marah? Udah dong jangan marah ya," ujarku dengan suara pelan, bisa gawat kalau sampai mama tahu masalah ini. Gia masih tetap diam, air yang dia minum sudah habis beberapa gelas, dia sudah seperti kesurupan ikan piranha, minum tiada henti seperti tidak merasa kembung di perutnya. "Aku nggak marah, Mas," ujarnya lagi dengan penuh penekanan. "Kalau enggak marah senyum dong kok ketus begitu." Bukan tersenyum dia malah melirikku dengan tajam, mataku sampai terpejam tak kuasa melihat nya. "Hemm." Gia tersenyum paksa sampai gigi putihnya terlihat, tetapi dari tatapan matanya sama sekali tidak terlihat ada ketulusan. Setelah itu dia kembali pergi menjauh, aku terus mengikutinya dari belakang, ternyata dia masuk ke kamar, saat aku akan masuk saat itu pula Gia menutup pintu, ah untung saja pintu tersebut tidak mengenai keningku. Aku memilih ke dapur saja, biarkan Gia menenangkan diri di kamar, nanti jika dia sudah meredam amarahnya aku akan minta maaf. "La
MENIKAH DENGAN BO-CAH 9(POV GIA)Menyebalkan sekali Mas Alan ini, mentang mentang usiaku masih muda dia bisa membohongi dan membodohiku begitu?Awalnya aku mengira nomor kontak yang bernama Dadang itu memang teman lelakinya, tetapi rupanya Tuhan menunjukkan sesuatu padaku.Siang itu ketika Mas Alan sedang mendengkur keras di siang bolong, tiba-tiba saja ponselnya berdering, kontak bernama Dadang terlihat meneleponnya tanpa berpikir panjang aku pun langsung mengangkat panggilan itu.Siapa sangka ternyata yang bicara di seberang sana adalah seorang perempuan, awalnya aku mengira perempuan tersebut istrinya Dadang.Aku pun langsung mematikan panggilan menyalin nomor kontak Dadang dan memperlihatkan Poto profil WhatsApp nya pada ibu."Ini mah nomor si Delia, Gi, kenapa emangnya?"Sejak saat itu hatiku begitu dongkol dan kesal, lalu sekarang Mas Alan malah telponan begitu lama dengan perempuan itu.Aku ingin sekali marah dan memperlihatkan rasa cemburu tetapi seketika langsung sadar aku i
MENIKAH DENGAN BO-CAH 10(POV ALAN)Buset, hampir saja jantungku lompat saat melihat Gia membuka matanya, udah lebih serem dari Suzana pas lagi melotot."Maaf, Gi, Mas tadi ... Anuu ... Ngigau, iya Mas Ngigau." Duh semoga aja nih bocah percaya."Masa sih, Mas?" Dih dia malah tersenyum genit, bangun lagi kan kuda lumpingku, ah elaah."Iya bener, udah tidur lagi, Mas ngantuk."Aku hendak membalikan badan, tetapi dia malah memegang leherku, yah dia mau ngapain nih, udah kayak vampir aja pegang pegang leher."Kenapa nggak dilanjutin, Mas?"Suaranya begitu halus dan menggoda, sebagai lelaki normal tentu saja aku langsung merinding mendengarnya, apalagi tangannya yang agak kasar itu terus memb3lai tengkukku, wah mulai lagi nih bo cah"Engga ah." Aku pura pura jual mahal padahal mau."Kenapa engga mau, yakin?"Dia mengedipkan matanya, membuat yang sudah tegang jadi makin tegang."Udah deh, Gi, nggak u
"Mas kenapa sih? Mangap mangap gitu?" Tanya Gia sambil mendekat.Sumpah, gue malu banget sama kakak ipar, kok gua bisa sekonyol itu ngasih tontonan gratis sama dia, aduh kalau dia ngira gua cowok c4b*l gimana coba, lebih parahnya kalau dia bilang mama, pasti dia ngomel sampe tahun depan.Ah elah, Alan Alan, lagian sih maen buka aja tuh kandang jadinya salah sasaran kan, duh kalau jadi cacing auto buat lobang paling dalam ini mah."Mas!"Bahuku terguncang karena kaget dengan gertakan Gia."Apaan sih ah, orang lagi panik.""Ya panik kenapa?""Engga, nggak apa apa kok."Yang bener aja masa iya aku harus cerita, kalau begini jadi malu keluar kamar, semoga aja kakak ipar ku itu amnesia mendadak, eh."Kamu mah belum pernah ngobrol ya sama Teh Sari?""Belum lah, Gi, kapan ngobrolnya coba, aneh kamu tuh ya." Aku langsung membuka lemari."Ini aku udah siapin, Mas, ngapain buka lemari."Melirik ke belaka
Aku langsung melirik ke belakang, betapa terkejutnya melihat Delia terjengkang menabrak kursi kursi para tamu, bahkan bajunya kotor terkena minimum, kirain tadi Gia yang jatuh."Alan!""Alan! Istrimu nih dorong aku!" Teriak Delia."Engga, Mas, aku nggak dorong kok, kaki Mbak Delia tadi yang menghalangi jalanku, dia terjatuh karena nggak sengaja badannya mau aku pegang.""Alah, dia bohong, Lan."Aduh, aku jadi bingung siapa yang bohong dan jujur masalah ini? Tapi kan dari tadi Delia buat gara gara terus, ini pasti dia yang mulai, tapi mungkin juga Gia yang mulai karena dia cemburu pada Delia, ah aku jadi pusing sendiri."Ya udah, kamu nggak apa apa kan, Del?""Sakit nih pinggangku, Lan." Dia dibangunkan orang orang sekitar."Nanti juga sembuh sendiri kok itu, kalau gitu aku makan dulu ya, Del. Yuk, Gi."Walaupun tak tega aku pun terpaksa mengacuhkan nya, bisa dianggap pebinor kalau aku terus terusan menolong Delia di depa
Gia makin melotot tajam, sementara aku mengatupkan bib1r dengan rapat.Engga bener nih mulut pake keceplosan segala lagi di saat genting begini nambahin masalah aja ah, pengen kutab*k tapi takut sakit"Bilang sekali lagi, Mas?" Tanya Gia untung suaranya enggak kenceng walau cempreng."Maaf, Gi."Aku hanya sanggup mengatakan itu, takut keceplosan lagi lalu akhirnya ada perang dunia ke lima.Tapi Gia malah makin melotot dan dada naik turun, duh jadi pengen kesurupan kalau begini, jadi ada alasan kalau yang ngomong tadi jin iprit bukan aku."Apa tadi itu bener?"Eh buset, kalau begini bebentukan Gia, kok serasa ngadep guru BK sih?"Jawab, Mas!""Bener kamu udah pernah ngelakuin itu sama mbak Delia?"Wajah dia langsung memerah begitu pula dengan bola matanya sepertinya dia hendak menangis.Aku pun beringsut mundur lalu kembali memakai c3lana, lalu kututupi tubuh polos Gia dengan selimut.Dia
"Eh engga apa apa kok, Ma, kita masuk dulu ya, yuk, Mas." Gia langsung narik tanganku masuk ke dalam, udah pasti mama sedang memperhatikan kami, mau nengok tapi takut dia melotot, udahlah jalan aja terus."Aneh banget ya, Mas." Gia duduk di kasur sambil menghela napas, sebenarnya aku kasihan pada bocah itu, dia pasti penasaran rasanya malam pertama."Yang sabar ya, Gi, apa kamu nyesel nikah sama Mas?"Aku nggak sanggup kalau dia jawab iya."Engga kok, Mas, kita jalani aja ya, semoga obatnya bagus dan ular pitonnya bisa bangun." Gia malah nyengir.*Malam hari aku terbangun karena kebelet kenc1ng, suasana di luar gelap lalu tiba tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang."Ayam! Ayam!"Aku langsung terperanjat lalu balik badan."Aaarggh!"Aku berteriak dengan suara pelan sambil mundur.Buset, apaan itu, kuntilanak? Mukanya putih dan bajunya juga putih."Ini Mama, bukan setan!" Aku langsung mengelus dada."Lagian ngapain malam malam dandan begitu, mau nakutin tuyul?""Enak aja, sin
Sumpah ngadepin emak emak lebih serem dari pada ngadepin sundel bolong, apalagi mama nyubit nyubit pinggangku dari tadi, pan sakit ya."Kurang 4jar kamu ya, buang muntah sembarangan, kena kepala saya tahu ga! Mana kabur lagi bukan minta maaf." Bibir nenek itu bergetar dan mata melotot.Aku minta maaf tapi dalam hati, abis baru aja mangap dia udah ngoceh duluan.Mama pun terlihat panik sementara Gia nampak bersalah karena ikut nimbrung barusan, ketika di mobil tadi Gia sibuk tepar makanya dia tak tahu wajah nenek yang kutimpuk tadi."Maaf, Nek, maafin dia ya, tadi nggak sengaja," sahut mama."Dia ini anak kamu bukan?!" Bentak si nenek."Emm ... Bukan, Nek, dia ... Sodara saya." Mama langsung melirikku.Sedih banget nggak diaku anak, apa maksudnya coba, apa dia takut juga diomelin tuh nenek? Tega banget ah elaah, awas ntar gajian ga bakal kukasih jatah."Kirain anakmu, kalau aku jadi ibunya sudah kumasukkan lagi ke dalam perut," jawab nenek"Iya, Nek." Mama tersenyum takut takut"Jadi k