Share

ke dua

"ampun deh, susah ternyata, ribet banget sih riasan nikah ini". gerutu Dinar sambil berusaha melepas atribut yang melekat di tubuhnya.

" gerah banget pengen cepet mandi aku" Dinar akhirnya bisa melepas hiasan dikepalanya.

"mau kubantu? " suara Bagas membuat Dinar menoleh kaget. sejak kapan mas bagas masuk kamar batinnya.

" mas, ngapain disini? " kata itu yang keluar spontan dari bibir Dinar.

" kenapa? "

" ini kan juga kamarku malam ini?" balas Bagas datar sambil melangkah duduk di tepi ranjang.

" lumayan pegal juga badan ini, seharian ribet ini itu." monolog Bagas yang bisa di dengar Dinar lirih.

"mmm, maas, maaf kalo boleh minta tolong bantuin melepas peniti yang di bagian punggungku, aku sendiri gak bisa". cicit Dinar agak canggung.

Bagas menoleh ke arah Dinar yang ada di depan kaca rias. wajah datar masih setia terpasang apik.

melangkah pasti mendekati Dinar, tanpa kata melepas peniti kecil yang ada di baju pengantin dan jarik perlahan. dengan hati-hati dan hampir menahan nafas. jujur dia gugup berdekatan dengan wanita lain selain Diana istrinya. apalagi wajah keduanya sangat mirip.

Bagaimana dengan Dinar? jujur dia menahan nafas dan hampir meledak. sensasi berdegup kencang seperti mau keluar dari dada. jantung masih aman kah? batin Dinar. jujur ini pengalaman pertamanya berdekatan dengan laki-laki dewasa. apalagi status mereka sekarang sudah resmi menjadi suami istri. apapun yang akan mereka lakukan sudah sah dan halal. tapi balik lagi mereka masih asing dan tanpa cinta.

"Su.. sudahkah mas? buruan aku mau ke kamar mandi ini. sudah gak tahan banget. Dinar mengalihkan gugupnya dengan membuka kata.

" Hmmm".

"Sial, kenapa jantungku berdegup kencang, jangan sampai gadis ini mendengar ributnya". suara hati Bagas beralih mundur menjauh dari istri barunya ini .

"Cepat gantian aku juga mau mandi dan segera istirahat. besok kita bersiap pindah kerumah ku, si kembar pasti sudah kangen.

" Iya Mas" Dinar berlalu menuju kamar mandi dan melakukan ritual malam nya.

"Selamat... " batin Dinar tersenyum geli.

Malam terlewati dengan sunyi, keduanya begitu canggung harus seranjang berdua tanpa kata. posisi mereka berada di masing-masing sisi ranjang saling memunggungi.

Dinar yang awam akan perasaan cinta, masih gadis dan harus tidur berdua dengan suami yang asing. Sebenarnya dia siap menjalani segala konsekuensi yang terjadi di kehidupan rumah tangga baru nya. Dia paham, tak akan mudah membuat Bagas meliriknya. dan sepertinya dia tidak berniat untuk itu.

Dinar yang masih belum bisa memejamkan mata menatap sisi dinding di depan matanya, matanya bergerak gerak gelisah, berdehem dia memberanikan diri untuk berbicara.

"Mas, sudah tidur?"

Tak ada jawaban dari belakang punggungnya. Tapi Dinar yakin Bagas mendengarnya dan belum tidur, karena dia tidak mendengar dengkuran halus seperti suara orang tidur. jadi dia meneruskan berbicara. mengeluarkan unek unek yang mengganjal hati sebulan ini.

" Mas, maaf sebenarnya ada yang mengganjal di hatiku beberapa hari ini dan sangat mengganggu, ada yang ingin aku tanyakan. sebenarnya kenapa mas mau menerima permintaan keluarga untuk menikah denganku. bisa saja kan mas menikah dengan teman atau orang yang sudah lebih mas kenal. kenapa harus aku?".

"Apakah karena aku kembaran kak Diana?" jujur walaupun kami kembar, tetap saja kami dua orang yang berbeda. aku heran dengan pemikiran mereka yang mengira dengan wajah yang sama bisa menggantikan yang sudah tiada. kami beda, nasib kami pun beda".

"Aku sudah terbiasa hidup berdua saja dengan nenek Sarah. hidup tenang dengan kios bunga kami, kehidupan sederhana yang menenangkan. tapi sekarang aku harus menjadi istri dan ibu bagi si kembar. mohon maaf mas kalo aku tidak bisa seperti yang kamu harapkan. aku juga masih harus beradaptasi dengan penglihatan baru ku. aku sungguh berterimakasih kepada kak Diana atas donor matanya, sehingga aku punya kehidupan baru. tapi aku gak menyangka akan mendapat bonus suami dan dua anak kembar pula".

"Jujur aku masih harus belajar mas"

"aku gak bisa masak"

"aku juga gak bisa bersosialisasi dengan banyak orang. sebenarnya kamu rugi gak sih menikah dengan aku? halooo mas?"

kenapa jadi aku yang cerewet? batin Dinar. apakah mas Bagas sudah tidur?.

Bagas Pov

Dia memang beda, bukan Diana. mendengar keluh kesahnya dengan orang yang dia bilang asing. termasuk berani menurutku. dia jujur mengutarakan unek-unek nya. Aku diam. terus mendengar dia mengoceh tanpa menjawab.

Aku juga bingung dengan perasaanku, apa yang aku mau dengan setuju menikahi dia. Kan cukup aku menyewa pengasuh buat sikembar kalau alasannya si kembar tidak ada yang mengurus. kenapa harus menikah?.

entahlah. aku sendiri belum menemukan jawaban atas hatiku.

"Tidur". kata itu yang keluar dari mulutku.

Hmmm.. iya mas. beberapa saat setelahnya aku mendengar dengkuran halus dari belakang punggungku.

"Maaf Dinar", Bagas berbalik dan tanpa sadar mengelus pipi lembut istrinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status