Home / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 17 : Elena dan karirnya

Share

BAB 17 : Elena dan karirnya

Author: Kim Hwang Ra
last update Huling Na-update: 2025-07-06 16:23:46
Langkah kaki Elena terasa berat saat kembali memasuki rumah sakit. Senja sudah turun, langit mulai gelap. Di balik pintu ruang rawat, Daniel berdiri menunggu. Wajahnya tak lagi tenang seperti sebelumnya. Begitu Elena muncul, pria itu langsung bicara singkat.

“Kita perlu bicara. Di luar.”

Elena sempat terdiam, lalu mengangguk. Mereka berjalan ke taman kecil di belakang rumah sakit, tempat yang cukup sepi dari keramaian.

Begitu sampai, Daniel menatap Elena serius.

“Kenapa dia ada di sini?”

Elena mengerutkan dahi. “Siapa?”

“Laki-laki tadi. Ms. Callahan mengirimiku foto. Katanya namanya Adi. Dan dari caramu bicara dengannya… dia bukan orang asing, Elena.”

Elena menarik napas dalam. Ia tahu, ini akan terjadi.

“Daniel…” katanya pelan. “Sejak awal kontrak kita disepakati, kita sama-sama setuju, bukan? Bahwa urusan pribadi tidak akan dicampuri. Kita hanya menjalankan peran, bukan benar-benar sepasang kekasih.”

“Tapi ini Maple Hollow,” potong Daniel cepat. “Ini kampung halaman
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menikah Karena Visa   BAB 197 : Arvin dan Hatinya

    Daniel masuk pelan ke ruang rawat. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Lily duduk di kursi samping ranjang, tersenyum kecil sambil mendengarkan Arvin bercerita. Sesekali Lily menanggapi, dan tawa ringan keduanya membuat suasana ruangan tidak terasa seperti ruang sakit sama sekali. Daniel mendekat sambil menaruh map izin kuliah di meja. “Sepertinya aku datang di waktu yang tepat. Kalian terlihat sangat… santai.” Lily menoleh sambil tersipu. “Kami cuma ngobrol biasa, Kak.” Arvin ikut tersenyum ramah. “Ya, hanya sekadar mengalihkan pikiran. Kalau terlalu serius mikirin sakit, nanti makin nggak sembuh-sembuh.” Daniel mengangguk, lalu mencoba menawarkan, “Kalau begitu, bagaimana kalau aku dan Lily keluar sebentar? Aku bisa belikan apa pun yang kau mau, Arvin. Makanan atau camilan. Anggap aja hadiah untuk pasien paling kuat di Maple Hollow.” Namun Arvin langsung menggeleng, masih dengan ekspresi lembut. “Terima kasih, kak Daniel. Tapi aku lagi ngga pingin apa-apa, ada Lily ud

  • Menikah Karena Visa   BAB 196 : Tak Pernah Habis

    Matahari pagi menembus jendela ruang makan. Suasana rumah terasa lebih hangat setelah malam penuh kecemasan kemarin. Lily sudah tampak lebih segar meski masih sedikit pucat, sementara Elena dan Daniel sarapan bersama sebelum keberangkatan. “Jadi, hari ini kau benar-benar kembali ke Molgrad?” tanya Daniel sambil meletakkan cangkir kopinya. Elena mengangguk pelan. “Ya, pekerjaanku tidak bisa ditunda terlalu lama. Kalau aku ngga kembali, Pak Grant bisa-bisa marah besar.” Daniel menahan senyum sambil bergumam, “Hm, sepertinya ada yang terlalu peduli dengan bosnya.” Elena mendengus kecil. “Daniel, jangan mulai lagi.” Daniel hanya terkekeh. “Tenang aja. Aku hanya bercanda. Lagipula, aku sudah tahu posisiku… hanya asisten pribadi yang harus rela mengantarmu ke bandara.” Elena menatapnya tajam, tapi tak bisa menyembunyikan senyum tipis di bibirnya. Keramaian bandara membuat suasana jadi berbeda, tapi Daniel tetap berjalan di sisi Elena, membawakan tas kecilnya. Setelah melewati

  • Menikah Karena Visa   BAB 195 : Lily Sudah Dewasa

    Di ruang tunggu kantor polisi, setelah interogasi selesai, keluarga Arvin duduk bersama Elena dan Daniel. Ibu Arvin tampak gusar, matanya masih berkaca-kaca. “Pak, anak itu hampir membunuh putra saya! Saya minta dia dihukum seberat-beratnya,” ucap ibu Arvin penuh emosi kepada salah satu penyidik. Kakak Arvin lebih tenang, meski nadanya dingin. “Kami tidak mau masalah ini dianggap main-main. Anak itu harus bertanggung jawab sepenuhnya.” Penyidik berusaha menenangkan. “Tenang, Bu. Proses hukum tetap berjalan. Kami sudah punya bukti CCTV, kesaksian, dan pengakuan awal dari Clara. Tinggal menunggu proses lebih lanjut. Tapi keputusan hukuman tetap di pengadilan.” Daniel ikut bicara, suaranya mantap. “Saya harap kasus ini tidak ditutup dengan alasan ‘anak masih muda’ atau ‘hanya emosi sesaat’. Kalau sampai begitu, nyawa yang sudah hampir melayang siapa yang akan tanggung jawab?” Elena menambahkan dengan nada tegas namun terukur, “Apalagi korban di sini bukan hanya Arvin, tapi juga

  • Menikah Karena Visa   BAB 194 : Cerita Anak Remaja

    Beberapa menit terasa begitu lama. Lily duduk diapit Elena dan Daniel, kedua tangannya terus bergetar. Ketika akhirnya pintu IGD terbuka, seorang dokter keluar sambil melepas masker. “Siapa keluarga pasien?” tanyanya. Spontan Lily berdiri, suaranya terbata, “Saya… eh, teman dekatnya, Dok. Bagaimana keadaan Arvin?” Dokter itu menatap mereka bertiga, lalu menjelaskan dengan tenang, “Syukurlah, luka yang dialami tidak terlalu parah. Ada patah ringan di lengan kirinya akibat benturan, serta beberapa memar di tubuh. Tapi tidak ada pendarahan dalam. Untuk sementara, dia harus dirawat inap beberapa hari agar kondisi stabil.” Lily menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis lega. Daniel merangkul bahu adiknya, “Dengar, kan? Dia selamat.” Elena ikut menghela napas lega, lalu menambahkan, “Kita tetap harus menjaga dia. Kalau bukan karena dia, kamu yang mungkin dalam kondisi itu, Lily.” Tak lama kemudian, perawat memanggil mereka untuk melihat Arvin yang sudah dipindahkan ke ruang

  • Menikah Karena Visa   BAB 193 : Arvin demi Lily

    Dari balik tiang dekat taman kampus, Clara berdiri dengan tangan mengepal. Matanya tak lepas dari pemandangan Lily dan Arvin yang keluar gedung bersama, terlihat akrab meski Lily berusaha menjaga jarak. Clara menggigit bibir bawahnya keras-keras. “Kenapa semua orang selalu memihak dia…” gumamnya, suaranya penuh kejengkelan. Salah satu temannya yang kebetulan ikut keluar menghampiri. “Clara, kamu kenapa? Dari tadi murung terus.” Clara tersenyum tipis, mencoba menutupi emosinya. “Nggak, aku baik-baik saja. Cuma agak capek.” Namun, begitu temannya pergi, senyumnya langsung lenyap. Tatapannya kembali jatuh pada Lily yang kini berjalan lebih dekat dengan Arvin. “Kalau cara halus nggak mempan… berarti aku harus cari cara lain,” ucapnya lirih, nyaris seperti berjanji pada dirinya sendiri. Angin sore berhembus melewati halaman kampus, tapi hati Clara semakin panas, dipenuhi rasa iri dan keinginan untuk menyingkirkan Lily dari sekitarnya. Langit sore terlihat teduh ketika Lil

  • Menikah Karena Visa   BAB 192 : Lily Tidak Sendiri

    Aroma roti panggang dan sup hangat memenuhi ruang makan. Semua duduk di meja: Daniel, Elena, Lily, juga Ayah dan Ibu Daniel. Mereka sarapan seperti biasa, berusaha menutup rasa lelah setelah malam panjang. Daniel sesekali melirik adiknya yang tampak berusaha tersenyum normal. Elena mencoba mencairkan suasana dengan menambah makanan ke piring Lily. “Makan yang banyak, biar semangat kuliahnya,” katanya lembut. Lily mengangguk kecil. “Iya, Kak…” suaranya lirih, tapi jelas dipaksakan. Setelah sarapan selesai, Lily berdiri sambil meraih tasnya. “Kalau begitu aku berangkat dulu,” katanya sambil melangkah ke pintu. Namun sebelum sempat keluar, suara berat Nenek Rose terdengar dari ruang tamu. “Lily.” Semua menoleh. Nenek Rose berjalan pelan dengan tongkatnya, tatapannya tajam tapi penuh kasih. “Sebentar. Duduk dulu, Nak.” Lily menahan langkah, lalu menoleh canggung. “Ada apa, Nek?” Nenek Rose mendekat, lalu memegang tangan Lily. “Kalau kamu terus sembunyi, orang-orang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status