Share

KENYATAAN YANG RUMIT

Kainan berusaha kabur. Dia kabur dari pandangan mata salah satu pria tua di sela-sela tamu undangan.

Pria berusia 60 tahun itu adalah kepala keluarga Dawson, John Dawson, pria dari benua barat yang namanya memiliki sejarah gelap dalam pembangunan Royal Group.

Di sebuah ketinggian, tepatnya pada hall yang ada di lantai paling atas sebuah hotel, musik-musik klasik mengalun elegan. Musik yang sumbernya berasal dari dentingan piano menjadi pusat dari pesta itu. Tidak lama, suara tepuk tangan meriah terdengar setelah melodi itu mencapai klimaks. Terlihat juga seorang pianis muda membungkuk berulang kali untuk memberikan sebuah penghormatan.

Ini ada pesta pembukaan gedung Hotel Imperial Lux. Sebuah hotel yang digadang-gadang akan menjadi hotel termewah seantero negeri.

Hal itu dapat dilihat dari tamu undangan asing yang namanya tidak main-main. Di antaranya adalah selebritis, wartawan dan para pengusaha yang semuanya memiliki nama besar. Tentu saja nama Angkasa Group masuk dalam cetakan undangan itu. Begitu juga dengan saingannya, Royal Group yang sama-sama berjalan dalam ranah konstruksi bangunan.

Dengan balutan gaun panjang berwarna gelap, Kainan menyepi di sudut ruang pesta. Di tangannya sudah ada gelas yang berisi  seperempat wine. Namun, wanita itu tidak juga lekas menenggaknya. Dia hanya menikmati gerakan elegan yang mengguncang pelan gelas itu.

"Aku sudah mencarimu, tetapi secara kebetulan kita bertemu di tempat seperti ini," ucap seseorang yang ditujukan pada Kainan. Pria tua itu adalah orang yang begitu dihindarinya. Tidak hanya sebagai lawan bisnis dari Angkasa Group, tetapi Dawson adalah pria yang berbahaya. Bila salah bergaul dengannya, bersiaplah untuk menggelandang di jalan. Dia adalah pria yang piawai menggerogoti kekayaan seseorang dengan modus sebuah investasi bisnis.

"Kau berbicara padaku Mr. Dawson?" tunjuk Kainan pada dirinya. Wanita itu memandangnya dengan malas. Bibir merahnya juga ikut terkecap enggan. Namun, Kainan terpaksa menggunakan senyum untuk sekedar beramah-tamah. “Lama tidak bertemu membuatku ragu, takutnya kau sudah tidak ingat lagi padaku?"

Pria beruban putih yang disebut Mr. Dawson itu menyeringai penuh arti. Dia mendekat bersama gelas wine yang kebetulan juga dia bawa. “Ucapanmu memang tajam seperti biasa. Padahal aku hanya ingin mengucapkan bela sungkawa. Aku dengar ayahmu yang juga sama tuanya denganku baru meninggal," sindir John Dawson yang sukses merenggangkan senyum di wajah Kainan.

Wanita itu berbalik menatapnya sekali lagi, lalu berkecap dengan tidak nyaman. Akan tetapi pria yang telah membuatnya tidak nyaman itu hanya terkekeh sesaat. Tidak lama, wine di tangannya terangkat, seakan ikut memberikan sebuah apresiasi dengan sebuah gerakan. Wine di dalam gelas itu mengalir ke dalam bibir kerut Dawson.

“Seharusnya aku juga menyuruh putraku untuk datang berbela sungkawa." Itu hanyalah ungkapan basa-basinya. Sebenarnya Dawson sedang menertawakan kematian dari pesaing bisnis Angkasa Group. 

Apa yang dilakukannya membuat Kainan geram. Akan tetapi, dia tidak akan mempermalukan namanya sendiri di depan orang lain. Senyum kecut di bibir itu sudah cukup menggambarkan kesabaran Kainan. Wanita itu lebih memilih menenggak sedikit wine dari dalam gelas, dibanding  melontarkan kata-kata kasar dari mulutnya. 

"Kau tidak perlu repot-repot melakukan itu. Anakmu, Elgie pasti sibuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi CEO di Royal Group. Seharusnya kau menikmati masa-masa pensiun," ucap Kainan setelah menenggak setengah dari wine di gelas. Meski ucapan itu ditujukan untuk Dawson, Kainan tidak mau memandang wajah tua itu. Dia lebih memilih menatap meriahnya pesta di hadapannya.

"Itu bukanlah berita besar." Dawson tersenyum puas atas apa yang akan diucapkannya. "Justru, pernikahanmu yang akan mendominasi surat kabar." Pria tua itu  ikut menatap gemerlap pesta yang dibanjiri cahaya semu.

Seketika itu, tatapan Kainan meluncur tajam padanya. 

"Pernikahan?" Bibir wanita itu menganga kehabisan kata. Dia menggeleng seolah tidak percaya bahwa rahasia antara dirinya dan Levin diketahui orang lain. Elliot yang juga tahu rahasia itu juga tidak mungkin menyebarkannya. Lalu, kenapa pria di hadapan  justru lebih tau?

Kainan berusaha bersikap tenang, tetapi sebuah keresahan tergambar jelas di matanya, berbeda dari mata cokelat Dawson yang tidak bisa lepas dari wanita itu.

"Padahal kabar pernikahanku belum juga tersebar. Bagaimana kau mendapat informasi itu?" tanya Kainan yang hanya dibalas tawa oleh pria di hadapannya. Dawson tidak  bisa menahan rasa senang yang berlebihan. Dia hanya bisa menutup mulutnya dengan gelas wine yang dipegang. Itu bukanlah hal lucu untuk Kainan. Wajah penuh keangkuhan itu menjadi serius. Dia mendekatkan wajah dan memandangi Dawson dengan penuh peringatan. "Sejauh apa kau mengawasiku?"

"Jangan salah paham. Kau tidak perlu setakut itu padaku. Bukankah setelah ini hubungan kita akan lebih dekat dari sebelumnya? Seperti halnya seorang anak dengan ayahnya atau lebih tepat seperti mertua dengan menantu," cemooh Dawson setelah menyesap wine ke dalam mulutnya.

Kainan tidak mengerti satu pun ucapan pria tua itu. Mata hazelnya menyipit dengan rasa penasaran yang semakin besar.

"Me … menantu? Menantu kau bilang?" Kainan mengulangi ucapan Dawson yang tidak bisa ditebak. Namun, pria itu makin meninggikan sudut bibirnya.

"Kau benar-benar tidak sabaran, Menantu," cemoohnya lagi.

“Me-menantu? Apa kau gila-"

“Hello Mr. Dawson ….” Seorang pria asing tiba-tiba masuk dalam pembicaraan serius itu. Tatapannya tertuju pada John Dawson, lalu beralih pada Kainan yang ada di hadapannya. “Lihat ini, lama tidak bertemu denganmu, Nona Kainan. Berkat kerjasama dengan Angkasa Group, Imperial Lux dapat berdiri megah.”

Pria berpenampilan tak biasa itu adalah pemilik dari Imperial Lux. Sebuah hotel megah yang dibangun melalui jasa dari Angkasa Group.

“Bukannya anda terlalu berlebihan? Itu juga berkat anda yang memberi dukungan penuh atas pelaksanaan pembangunan Imperial Lux." Seketika itu, wajah masam Kainan menjadi lebih ramah. Dia mati-matian berusaha mempertahankan senyumnya. Bahkan, lebih lebar sampai tidak ada orang yang menyadari bahwa itu adalah senyum pura-pura. 

Wajah ramah pria itu perlahan diam bersama tatapannya yang ikut diturunkan. "Aku dengar ayahmu yang menjabat CEO di Angkasa Group telah berpulang, aku turut berduka cita. Aku harap Nona Kainan dapat mengisi kekosongan kursi CEO dengan baik." Ungkapan basa-basi pria itu rupanya hanya membuat Kainan menjadi kesal. Namun, wanita dengan riasan cerah itu hanya bisa mempertahankan senyum.

Bagaimana tidak, jabatan CEO dari angkasa Group yang digadang-gadang akan jatuh di tangan putri kandungnya ternyata  tidak sesuai asumsi semua orang. Sebuah surat wasiat itu mengubah segalanya.

"Untuk Imperial Lux dan untuk CEO baru angkasa Group. Bersulang!" Pria itu mengangkat gelasnya tinggi untuk merayakan pencapaiannya. Itu membuat Kainan ikut serta mengangkat gelas di tangannya.

"Bersulang!" ucap Kainan.

"Mari, Tuan Dawson." Pria itu mengajak John Dawson yang dari tadi menjadi penonton untuk ikut bersulang.

'Ting!'

Ketiga gelas itu terangkat, bersatu di udara dan saling beradu bersama kilau cahaya lampu.

"Cheers!" Mereka berkata dengan kompak sebelum wine dalam gelas ikut tertuang dari dalam tenggorokan.

"Ah, aku juga ingin bersulang untuk pencapaian Nona Kainan dan juga pernikahannya dengan putraku," ucap Dawson sesaat bibir kerutnya terlepas dari gelas. Ucapan itu membuat suasana gembira mencekam sesaat. Kainan yang namanya disebut hanya bisa menatap tidak mengerti. Akan tetapi, gelas pemilik Imperial Lux yang sudah terangkat lagi membuatnya harus kembali mengikuti gerakan itu. Kainan tidak bisa menahan gelas itu sebagai bentuk kesopanan.

"Putramu? Apa kau mengigau? Aku pikir kau salah kira. Kalau pun semua pria di muka bumi ini musnah, aku tidak akan menikah dengan putramu," bisik Kainan pada Dawson pelan. Dia tidak mau orang yang memiliki nama di Imperial Lux mendengar keluhannya.

"Jangan terlalu percaya diri. Takutnya kau malah menelan ludahmu sendiri." Peringatan Dawson tidak dihiraukan wanita itu. Dia hanya mendengus kesal. Namun, senyumnya kembali mekar saat pria dari imperial Lux menatapnya.

"Apa aku tidak pernah mengatakan bahwa aku memiliki dua putra?" Jawson menjawab bisikannya. Mata cokelat miliknya menatap Kainan penuh kemenangan. "Memang dia tidak setenar anakku Elgie, dia adalah pria pemalu."

"Jangan bicara omong kosong padaku," geram wanita itu menyembunyikan muka. 

Semua hanya mengenal putra tunggal dari Keluarga Dawson-Elgie Givardi Dawson. Namun, pria tua itu mengatakan kebalikannya.

"Levin Gerald atau tepatnya Levin Gerald Dawson adalah putraku."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status