Share

Menikah dengan Pariban
Menikah dengan Pariban
Author: Onynaga

1

Author: Onynaga
last update Last Updated: 2022-01-11 16:11:37

"Pokoknya, aku nggak mau Kek!" Tolak Agha pada kakeknya.

Agha Hasiholan Putra Zerrin, sang pewaris dari Artha Company, biasa dipanggil dengan Agha. Bertubuh tinggi tegap dengan warna mata kecoklatan, hidung mancung, dan rambut berwarna pirang. Dia memiliki seorang kakak perempuan, usianya beda 2 tahun darinya. Kakaknya saat ini tinggal di Dubai dan meneruskan salah satu perusahaan milik keluarganya.

Artha Company bergerak dalam bidang perhotelan dan restoran. Sudah banyak cabang yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Perusahaan tersebut masih dipimpin oleh sang kakek, Erhan Zerrin. Pria keturunun Turki dan sudah menetap di Indonesia selama lebih 20 tahun. Menikah dengan seorang wanita cantik bernama Halime. Pernikahan mereka tak berumur panjang hanya lima tahun.

Halime meninggal setelah melahirkan anaknya yang pertama, ayah Agha. Omer Zerrin, yang kemudian menikah dengan seorang wanita asli Indonesia dari suku Batak, bernama Tiur. Namun, Omer dan Tiur juga harus menyusul sang ibunda dalam sebuah kecelakaan.

Kini hanya tinggal Kakek Erhan dan dua cucunya. Agha Zerrin dan Aylin Zerrin. Aylin sendiri sudah lama tinggal di Dubai dan berkarier di sana. Sementara Agha di Indonesia menemani sang kakek. Lebih tepatnya sih, bukan menemani karena Agha tak pernah tinggal atau tidur di rumah kakeknya, dia lebih suka tinggal di apartemennya sendiri. Menikmati hidup dengan sempurna katanya.

"Kenapa aku harus pindah? Tidak ada cara lain kek?" Agha masih tetap mengajukan penolakan.

"Harus!" Kata sang kakek dengan sedikit menahan amarahnya. Hampir 30 menit mereka berdebat. Dan sang cucu masih kekeuh dengan pendiriannya. Tidak mau menuruti perkataannya ataupun mengalah.

"Dasar keras kepala, batu karang. Apa tidak bisa kamu menuruti perkataan kakek yang satu ini?" Hampir saja dia melemparkan asbak yang ada di dekatnya. Jika tidak mengingat almarhum anaknya.

Anaknya satu-satunya harus pergi meninggalkannya dalam sebuah kecelakaan lima tahun lalu. Sebuah truk barang menabrak mobil mereka. Mobil anaknya terseret sampai 100 meter jauhnya, yang mengakibatkan sang anak meninggal di tempat. Menantunya masih bisa ditolong dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Namun, saat tiba di rumah sakit, menantunya juga ikut menyusul anaknya.

Hanya saja kalimat terakhir dari sang menantu sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, masih sempat didengarnya. Walau tidak jelas, tetapi dari gerak gerik bibirnya bisa dimengerti.

"Pah, To-long ni-kah-kan Agha de-ngan a-nak abang," hanya itu kalimat terakhir dari menantunya.

Mengingat semua kejadian lima tahun lalu, dia harus berusaha menyakinkan cucunya dan membuatnya pindah ke tempat asal menantunya. Kejadiannya sudah lama, tetapi masih terlintas begitu nyata dipikirannya.

Bagaimana tidak? Dalam waktu bersamaan anak dan menantunya pergi meninggalkannya untuk selamanya. Menyisakan luka yang teramat dalam. Hanya cucunya yang dia miliki saat ini, bagaimana dia bisa marah terhadap cucunya? 

"Gha, apapun ceritanya, bagaimanapun caranya, sekeras dan sekuat apapun kamu menolak, kamu harus tetap pindah. Ini satu-satunya cara untuk mewujudkan permintaan terakhir dari almarhum ibumu," ucap kakek dengan lembut dan setenang mungkin.

"Kakek, bisa tidak jangan pindah. Aku mana bisa tinggal di kota seperti itu, kota yang panas, bisa-bisa kulitku kering dan gersang." Agha masih tetap melakukan penolakan mencoba untuk menggoyahkan keputusan kakeknya.

"Gha," panggil kakek Erhan dengan lembut.

"Iya, Kek," Agha menjawab dengan acuh, pandangannya masih tetap ke layar gawainya.

Kakek Erhan masih berusaha untuk membujuk sang cucu, ini adalah satu-satunya cara untuk mewujudkan permintaan almarhum menantunya. Dia tahu bagaimana sifat cucunya yang tidak bisa dikerasi.

"Lihat kakek! Kamu mau jadi anak durhaka?" Entah mengapa berat rasanya mengungkapkan itu kepada sang cucu. Agha pun menggeleng, hanya itu yang bisa dia lakukan agar tidak memancing kemarahan sang kakek.

"Mungkin ini saatnya kakek mengatakannya. Karena ini adalah permintaan terakhir dari ibumu, sebelum ibumu menghembuskan nafas terakhirnya, saat ibumu dibawa ke rumah sakit ...." Kakek menjeda kalimatnya, berat rasanya mengungkapkan itu, mengingat kejadian lima tahun lalu. "Almarhum ibumu menginginkanmu agar menikah dengan anak abangnya. Itu permintaan terakhir ibumu."

"Terus apa hubungannya dengan kakek memindahkanku? Ke pelosok negeri lagi," jawab Agha masih dengan nada ketusnya.

"Ya jelas ada, kamu kan tahu sendiri, kalau ibumu berasal dari kota itu, kota yang panas kamu bilang. Ibumu lahir, besar dan tinggal di sana. Itu kota kelahiran ibumu, tapi ibumu bukan lahir disana, masih jauh dari kota itu, sekitar 6 jam lamanya perjalanan dari pusat kota. Ibumu merantau ke Jakarta saat umur 18 tahun, bertemu dengan ayahmu dan mereka langsung menikah tanpa proses pacaran. Cinta pada pandangan pertama katanya. Siapa tau kamu juga mengikuti jejak ayahmu bertemu dengan anak abang ibumu, dan langsung menjalin tali kasih.

"Kamu harus menikah, agar perusahaan bisa sepenuhnya kamu pimpin, itu syarat konyol dari para penatua di perusahaan. Dan kakek tidak ingin ingkar janji kepada almarhum ibumu, jadi tolong tinggal di kota itu agar kamu bisa menemukan anak ...." Kakek berpikir sejenak, dia lupa harus mengatakan apa.

"Anak Tulang, pariban, namanya ya.. Kek?" Namun, tak disangka sang cucu melanjutkan kalimatnya.

"Baiklah kalau itu kehendak ibu dan lebih banyak kehendak kakek sebenarnya." Jawab Agha kemudian.

Dengan senyum lebar dan semangat yang membara, kakek Erham memeluk Agha. "Baguslah cu, itu baru cucu kesanyangan kakek, tidak sia-sia kakek merawat dan mengawasimu selama lima tahun ini," jawab kakek Erhan sambil mengelus punggung cucunya.

Namun, sedetik kemudian Agha melepas pelukannya dan menatap manik mata sang kakek "jadi, selama ini kakek mengawasiku? Untuk apa kek? Aku bukan anak kecil lagi kek!"

"Iya, kamu bukan anak kecil lagi, dari segi usia dan tinggi badan kamu ,tapi kamu harus perlu diawasi karena begitu banyak yang ingin mengincarmu dan posisimu di perusahaan saat ini." 

"Tapi Kek ...."

"Tak ada tapi tapi, besok pukul 18:45 WIB kami sudah harus berangkat, segala keperluanmu sudah disiapkan. Dan ini alamat rumah tulangmu." Kakek memberikan secarik kertas kepada Agha yang bertuliskan alamat sebuah rumah.

"Baiklah, tapi .... " Dengan wajah yang memelas Agha berucap lagi, "aku belum minta izin dan memberi tahu teman-temanku."

"Tak perlu minta izin, apalagi memberitahu teman-teman kamu, si Tika, si Tina, si Teni, dan satu lagi siapa namanya. Ah ... Si Tono kalau siang, dan Tini Kalau malam. Teman macam apa itu."

"Ikhhh... Kakek! Meskipun kelakuan mereka aneh-aneh kek, mereka itu teman solid aku yang selalu setia. Percayalah kek, mereka itu tak pernah memandangku dari segi apapun. Karena aku tak pernah memberi tahu mereka status aku yang sebenarnya 'sang pewaris tunggal'. Namun, baru kali ini sang pewaris harus menikah dulu baru bisa perusahaan diwariskan. Kakek, tidak bisa menolak keputusan itu?" Saat mengatakan 'sang pewaris tunggal' Agha menunjuk dadanya dengan bangga.

Sang kakek hanya tersenyum, sebenarnya ini hanya akal-akalan si kakek tentang sang pewaris harus menikah dulu, mana ada syarat semacam itu. Yang namanya pewaris, jika dia pewaris tunggal otomatis harta warisannya akan jatuh kepada pewaris langsung.

Setelah kepergian Agha dari ruangannya, kakek Erhan menghubungi seseorang. Entah apa yang mereka bicarakan. Mungkinkah ini berhubungan denga kepindahan Agha?

Bersambung.

Note:

Tulang (paman) panggilan kepada saudara laki-laki dari ibu atau panggilan kita kepada laki-laki yang semarga dengan ibu yang urutan keturunannya setingkat dengan ibu.

Pariban (sepupu)

Untuk laki-laki :sebagai panggilan terhadap anak perempuan dari tulang (paman).

Untuk perempuan: sebagai panggilan terhadap anak laki-laki dari namboru.

Namboru: panggilan terhadap saudara perempuan ayah, panggilan terhadap perempuan yang merupakan keturunan semarga dengan ayah yang urutannya setingkat dengan ayah. Panggilan kepada istri dari amangboru. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah dengan Pariban   Bab 90

    "Capek, Bang?" Rajata menyandarkan punggungnya pada kursi sofa, "iya," jawab Rajata dengan mata terpejam. "Sebentar, biar aku ambilkan minum." Artha bangkit, tapi dengan cepat Rajata mencegahnya, "tidak usah, Dek. Nanti, abang saja yang ambil." "Akhirnya kasusnya selesai. Setelah memakan waktu hampir 2 bulan. Tika dipenjara selama 3 tahun," guman Rajata masih dengan mata terpejam. Akibat kasus penculikan yang dilakukan Tika, gadis berambut gelombang itu mendekam di penjara. Karena setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Menurut Rajata itu terlalu ringan, seharusnya Tika mendekam selamanya di penjara. Mengingat bagaimana ia merencanakan penculikan pada Artha, sedangkan untuk Tina, kembaran Tika memilih kabur begitu tau Ti

  • Menikah dengan Pariban   Bab 89

    "Menikahlah denganku!"Suara bariton mengejutkan Aisyah. Semua kunci yang dipegang olehnya terjatuh. Saat ini ia sedang ingin menutup pintu ruko tempat butiknya berada. Namun, karena suara bariton mengagetkannya, pintu tak bisa ia tutup.Aisyah semakin terlonjak kaget ketika membalikkan badan. Di hadapannya berdiri seorang pria yang masih lengkap mengenakan seragam berwarna coklat.Pria itu melangkah mendekat untuk membantu menutup pintu butik milik Aisyah."Mau apa kamu?" tanya Aisyah dengan gugup."Aku hanya ingin membantu menutup butikmu."Pria itu memunguti kunci yang berserakan di lantai. "Yan

  • Menikah dengan Pariban   Bab 88

    "Kamu yakin akan melanjutkan pernikahan ini?"Saat ini Agha sedang berada dalam sebuah kamar hotel bersama Artha. Beberapa jam lagi adalah pemberkatan pernikahan mereka. Masih ada waktu untuk menunda pernikahan sebelum pemberkatan dimulai.Para MUA pilihan mamak sudah selesai merias dan membantu Artha memakai gaun. Agha meminta mereka semua meninggalkan dirinya dan Artha. Kini, tinggal ia dan Artha yang tinggal di kamar hotel itu. Agha ingin membujuk Artha sekali lagi untuk menunda pernikahan mereka. Namun, Artha tetap pada pendiriannya untuk melanjutkan pernikahan.Kondisi Artha belum sepenuhnya pulih. Fisik Artha masih lemah dan ia sedikit mengalami trauma akibat penculikan yang dialaminya. Luka dibagian kaki akibat ikatan yang terlalu kuat belum sepenuhnya p

  • Menikah dengan Pariban   Bab 87

    Bab 87"Mamak di rumah aja, gak usah ikut!" Rendra melarang mamak untuk ikut pergi bersama mereka ketika mengekori langkahnya."Kenapa?" Mamak ingin ikut, ia yakin Artha berada di rumah kosong itu."Aku sama Bang Agha saja yang ke rumah itu. Bapak juga gak usah ikut, siapa tahu ada kabar terbaru dari bang Rajata tentang kak Artha," ucap Rendra dengan lembut."Tulang dan Nantulang sebaiknya istirahat saja di rumah. Kalau ada kabar terbaru kabari kami secepatnya. Setelah menemukan jam itu, kami akan pulang."Agha ikut membujuk kedua orang tua Artha agar tak ikut bersama mereka.Akhirnya kedua orang t

  • Menikah dengan Pariban   Bab 86

    Bab 86."Siapa kira-kira?" tatapan mata bapak sangat tajam seolah ingin menghunus jantung Agha."Mak!"Seruan Rendra membuat Agha urung menjawab pertanyaan bapak."Ada apa?" tanya bapak dengan heran pada Rendra.Rendra mengabaikan bapak dan menghampiri mamak yang baru saja meletakkan minuman, "Mamak ada lihat jam aku?""Jam yang mana?""Jam yang seperti itu."Saat menunjuk, mata Rendra tertuju pada pergelangan tangan Agha yang kebetulan sedang memakai jam tangan yang s

  • Menikah dengan Pariban   Bab 85

    Terdengar bunyi dering ponsel yang begitu nyaring, tanpa melihat siapa yang memanggil, Tika langsung menempelkan ponsel ke telinga begitu ia menggeser ikon telepon berwarna hijau. "Gue masih di rumah kosong ini. Kenapa suara lo kedengaran khawatir gitu?" Kemudian Tika melihat ponselnya dan menekan ikon loudspeaker. "Gimana gue gak khawatir, hampir aja gue ketahuan." Suara lawan bicaranya terdengar menghela nafas. "Ketahuan bagaimana? Bukannya semua udah gue kasih tau dan lo udah paham?" "Satu hal yang lo lupa, lo gak kasih tahu parfum yang lo pakai!" Suara diseberang terdengar sangat kesal, "sorry, gue gak berpikir sampai kesitu. Apa itu jadi masalah? Gue yakin lo bisa mengatas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status