“Nggak, Ba,” jawab Shanna cepat. “Aku nggak mungkin akan mencelakai diriku sendiri. Aku cuma berpikir, ternyata suamiku yang tampan dan gagah ini masih punya welas asih meski dari luar kelihatan nggak peduli.”Alis Damar terangkat tinggi. “Jadi, di matamu aku ini tidak pernah peduli padamu?”“Bukan! Bukan begitu maksudku, Ba!” Shanna buru-buru menjawab. “Kamu jangan salah paham. Maksudku, kamu kelihatan nggak peduli sama Om Marvin dan Kak Rangga, tapi sebenarnya kamu masih memikirkan mereka. Bener, kan?”“Aku melakukan itu bukan karena masih peduli pada mereka. Aku melakukan itu karena dirimu. Sebab aku tidak mau kamu membuat masalah yang dapat membuatku khawatir lagi. Sekarang baru hidungmu, aku tidak tahu apalagi dari tubuhmu yang luka kalau aku tidak menuruti keinginanmu.”Shanna berdecak keras seraya memutar mata. "Ya, ya, ya. Terserah kamu sajalah."Tepat setelah itu, pelayan datang membawakan makanan pesanan mereka. Shanna yang lapar pun langsung menyantap hidangan di hadapannya
Viona dan Neila datang ke rumah Shanna tepat setelah Damar pergi bekerja. Shanna yang berniat untuk bertemu Rangga pun membatalkan niatnya. Kedua gadis itu sengaja datang pagi-pagi karena khawatir kepada Shanna, sebab Shanna tidak menjelaskan secara rinci apa yang terjadi dengannya di grup. Saat mereka menelepon pun, Shanna tidak mengangkat panggilan mereka. Karena itulah mereka langsung datang ke rumah Shanna untuk memastikan langsung dengan mata kepala sendiri bahwa Shanna baik-baik saja.Viona dan Neila sangat terkejut saat melihat wajah Shanna dengan hidung bengkak. Seketika kedua sahabat itu histeris, berpikir bahwa Damar telah menyakiti Shanna. Tidak ingin terjadi kesalahpahaman yang semakin jauh, Shanna pun menjelaskan yang sebenarnya, sontak saja kedua gadis itu tertawa.“Kalau kedatangan kalian cuma untuk mentertawakan aku, lebih baik kalian pulang saja,” ucap Shanna ketus. Saat ini suasana hatinya sedang tidak baik akibat hidunya yang masih bengkak dan merah.“Jangan marah do
“Aku baru sebentar meninggalkanmu untuk menenangkan diri, dan kamu sudah menceritakan masalah kita kepada orang lain?” ucap Damar, nadanya datar.“Baba, aku ....” Shanna bingung menghadapi situasi yang tiba-tiba membuatnya begitu rumit. Shanna menatap Damar tepat di mata pria itu. “Baba, maafkan aku. Aku tahu, nggak seharusnya aku menceritakan ini pada Deva. Tapi, aku nggak bermaksud mengumbar masalah kita ke orang lain, Ba. Aku cuma perlu solusi dan saran. Ba, maafkan aku. Jangan marah padaku, ya? Kumohon.”Raut wajah Damar tidak menunjukkan perubahan. Dia menatap Shanna dengan tatapan datar.“Ba, aku mohon. Talong jangan marah padaku,” rengek Shanna, diraihnya tangan Damar dan digenggam erat. “Ba, aku tahu aku salah. Tolong maafkan aku. Aku janji nggak akan cerita apa-apa lagi pada Deva atau yang lainnya soal permasalahan kita. Tapi tolong jangan marah dan mendiamiku, Ba.”Damar berbalik dan melangkah pergi tanpa mengatakan satu kata pun.Shanna menghela napas berat. Lalu dengan cepa
Shanna menelan air liurnya dengan susah payah. Dia tahu Damar kemungkinan akan menolak permintaannya, tetapi Shanna sudah berjanji kepada Rangga. Dia sudah berjanji akan membujuk Damar untuk tidak ikut tender dengan perusahaan Lumina.Damar menatap Shanna. “Dari mana kamu tahu kalau aku sedang bersaing untuk mendapatkan tender dari perusahaan Lumina?” tanyanya, meskipun Damar sudah melunakkan suaranya, tetapi tetap saja terdengar menakutkan di telinga Shanna.“Aku... aku tadi bertemu Kak Rangga. Bukan Kak Rangga yang menemuiku, tapi aku yang meminta bertemu dengannya,” jawab Shanna cepat menjelaskan sebelum Damar salah paham kepadanya.“Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu dariku.” Shanna berkata pelan dengan kepala tertunduk, tidak berani menatap mata Damar yang tajam. “Aku tahu kamu nggak akan pernah memberitahuku, karena itu aku berinisiatif menemui Kak Rangga untuk bertanya padanya. Dan dia mengatakan semuanya padaku.”Shanna mengatakan semuanya tentang apa yang dikatakan Rangga. D
Rangga sudah datang lebih dulu saat Shanna masuk. Pemuda itu memberi isyarat kepada Shanna yang langsung menghampiri Rangga.“Sudah lama kita nggak bertemu. Aku senang kamu baik-baik aja, Kak,” ucap Shanna membuka obrolan.Shanna merasa kikuk duduk berdua dengan Rangga. Sejak dia tinggal di kediaman Adipramana, hubungannya dengan Rangga dan Harsa memang tidak akrab. Apalagi sejak Damar mengajaknya tinggal terpisah dari keluarga Adipramana, hubungan mereka semakin renggang. Walau begitu, sesekali Rangga datang berkunjung. Namun, beberapa tahun terakhir hubungan mereka semakin jauh.“Hm!”Rangga tidak membenci Shanna yang merupakan sepupu sekaligus bibinya, tetapi akibat Diana yang selalu menanamkan kebencian terhadap Shanna kepada Rangga, membuat Rangga sedikit banyaknya tidak menyukai Shanna. Apalagi saat tahu Damar menikahi Shanna yang merupakan anak angkat pria itu.Namun, Rangga tidak mempunyai hak atas kehidupan pamannya. Rangga tidak menyukai Shanna, tetapi dia sangat menyayangi D
Shanna menyambut hari dengan senyum lebar. Apalagi saat Damar memberi tahu bahwa pria itu mengambil cuti kerja selama tiga hari. Sinar kebahagiaan semakin terpancar jelas di wajah ayunya.Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama. Damar mengajak Shanna jalan-jalan, nonton film, dan makan romantis di restoran berbintang."Apa kamu senang?" tanya Damar seraya memeluk Shanna dari belakang.Saat ini mereka berada di ruang tengah. Mereka baru saja pulang dari makan siang di restoran mewah langganan Damar."Hm!" Shanna mengangguk kecil. "Terima kasih sudah membawaku makan romantis selama tiga hari ini.""Tidak perlu berterima kasih. Tidak ada salahnya sesekali menikmati hidup. Apalagi hampir sebulan kita tidak bertemu."Damar menciumi belakang leher Shanna.Shanna tersenyum kecil. Tanpa melepaskan tangan Damar yang melingkar di perutnya, Shanna berbalik dan mencium Damar. Semakin lama, ciuman mereka semakin panas dan membangkitkan nafsu birahi keduanya.Damar memasukkan tangannya ke dala