Share

Bab 2. Menikah

Author: Bunda kembar
last update Last Updated: 2024-03-24 07:37:57

Menikah

Bunga mematut dirinya di depan meja rias matanya menatap lesu pada bayangan seorang gadis yang telah mengenakan baju pengantin

Gaun panjang berwarna putih dengan make up Flawless menambah kecantikan gadis itu ia terlihat begitu Anggun dan mempesona

Gadis dalam bayangan itu nampak terlihat lebih dewasa dari biasanya rambutnya disanggul rapi menggunakan penjepit rambut yang begitu sederhana namun tetap terlihat elegan

Gaun putih panjang yang sedikit mengekspos pundaknya membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan begitu sempurna

Tak ada yang spesial dengan gaun pengantinnya itu hanya saja saat Bunga yang mengenakan gaun pengantin itu gaun itu begitu pas dan cantik membalut badannya lagi-lagi helaan nafas terdengar dari mulut gadis itu atau lebih tepatnya seorang wanita yang sebentar lagi akan menyandang status istri dari seseorang sedikitpun Tidak terpikir di benak Bunga bahwa dia akan menikah semuda ini, jika saja di izinkan, saat ini ia sangat ingin kabur dan melarikan diri dari acara pernikahannya.

Tapi ia tak boleh egois dan memikirkan diri sendiri, sedang di luar sana ada seseorang yang begitu berharap menginginkannya menjadi seorang pengantin dari keluarga Alvaro, ia tak boleh meninggalkan acara itu Karena rasa sayangnya terhadap kedua orang tuanya, ia harus menjaga martabat dan kehormatan keluarganya.

Cklek ....

“Oh Bunga ... lihatlah, hari ini kau begitu cantik sekali sayang. Mama tidak menyangka kamu akan menikah secepat ini,” ujar Mama Bunga atau biasa yang dipanggil Joana Kencana. Memeluk Bunga dengan erat hingga membuat Bunga ikut terhanyut pelukan hangat ibunya yang sangat ia sayangi

Mama berdoa semoga kamu bahagia sama suamimu nanti sayang

‘Ya semoga saja’ Bunga hanya bisa tersenyum paksa di hadapan mamanya

Seperti yang mamanya tahu bahwa Bunga menerima Perjodohan itu karena terpaksa Bunga menikah bukan atas dasar cinta melainkan karena keharusan yang tak bisa disangkal nya ia harus menikahi pria yang baru ia temui bahkan belum ia kenal sama sekali

Flashback

Saat Bunga kembali dari kantor, ia masuk kedalam rumah langsung naik menuju kamarnya, sesampainya dikamar dia merebahkan tubuhnya karena rasa penat seharian bekerja di kantor, Bunga bekerja di bagian keuangan sebuah kantor cabang, dari perusahaan IT terbesar di kota itu,

Tok ... Tok ... Tok ...

Suara pintu kamar Bunga di ketuk dari luar, Bunga menghampiri kearah pintu lalu membukanya, ternyata Ibunya yang mengetuk pintu kamar

“Sayang, boleh mama masuk Nak?”

Bunga lantas menggandeng tangan Ibunya dan mereka duduk di tepi ranjang.

“Cepatlah mandi kami akan menunggumu di ruang tamu, ada hal penting yang harus kami sampaikan kepadamu,” ucap Ibunya begitu lembut, tatapannya mengarah pada Gadis yang ada di depannya, ada rasa sedih tersirat dalam tatapan matanya.

Bunga mengernyitkan kening, namun ia tak menolak permintaan ibunya, ia hanya bisa menganggukan kepala sebagai jawaban, ada banyak pertanyaan dalam hatinya, karena tak seperti biasa Ibunya berkata serius seperti sekarang.

Joana lantas berdiri dari duduknya, mencium kening Bunga lalu pergi dari kamar itu, Bunga hanya menatap punggung Ibunya saat berlalu dari kamar.

Bunga segera menutup pintu dan bergegas masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai mandi. Ia lantas berpakaian lalu turun kebawah untuk menemui kedua orang tuanya.

Bunga duduk tepat di hadapan Ayah dan Ibunya, mereka menatap Bunga, sepertinya mereka bingung harus memulai dari mana untuk memberitahukan pada Bunga.

“Nak, Papa ingin bicara serius sama kamu,” ucap Pria paruh baya itu pada anaknya, ia menjeda ucapannya, tak tau harus memulai darimana.

“Bunga, kamu akan kami jodohkan dengan keluarga Alvaro, sesuai dengan amanah almarhum Kakekmu, yang ingin berbesan dengan mereka.”

Bunga masih diam saja tak bergeming sama sekali, ia mencoba mencerna kata-kata sang Papa.

‘Dijodohkan? Keluarga Alvaro, siapa mereka’ batin Bunga.

Ibunya yang mengerti jika anak itu butuh penjelasan, lalu angkat bicara menjelaskan secara detail kepadanya.

Dulu mendiang sang kakek membuat sebuah janji pada keluarga Alvaro bahwa jika nanti dia memiliki seorang anak, maka ia akan menjodohkan anaknya kepada keluarga Alvaro, namun sayangnya dari kedua belah pihak melahirkan anak laki-laki.

Akhirnya sang kakek pun berjanji kembali, jika nanti cucunya terlahir perempuan maka ia akan menjadi menantu di keluarga Alvaro. Semua itu kakeknya lakukan agar hubungan baik mereka tetap terjalin meskipun ia telah tiada.

Semua demi balas budi karena keluarga Alvaro telah membantu kakek Bunga, perjanjian itu langsung disetujui oleh sahabat sang kakek dari keluarga Alvaro.

Bunga terlihat syok mendengarkannya, namun ia tak berbicara apapun, ia menyesali kenapa sang Kakek membuat perjanjian konyol seperti itu.

Surya, Papa dari Bunga melihat kearah anaknya dan tak mendapat respon ataupun jawaban dari sang anak, membuat Papanya merasa bersalah.

“Kau boleh menolaknya Nak, jika kau tak menginginkan perjodohan ini, tak apa kita kehilangan semuanya. Asalkan Papa masih bisa melihat anak Papa ini bahagia.”

“Maksud Papa?” Bunga mulai membuka suara bertanya pada Papanya.

“Jika kau menolak perjodohan ini maka kita harus mengembalikan semua aset kita pada keluarga itu, karena kakek mengelola dan membangun semua ini berkat bantuan dari keluarga Alvaro,” ucap Papanya, terlihat ia begitu sedih saat berbicara seperti itu, karena ia akan kehilangan kenangannya bersama sang Kakek.

Bunga tak tega melihat wajah sedih Papanya, ia tahu betul bahwa apa yang dimiliki oleh mereka saat ini adalah peninggalan dari sang kakek. Karena Papanya itu tak ingin orang lain memiliki ini. Semua ini adalah bagian dari kenangan mereka.

“Bunga akan menerimanya Pah.” Sambil tersenyum gadis itu berbicara melihat kearah kedua orang tuanya.

“Semua ini bentuk rasa sayang Bunga pada kalian dan demi menghormati, amanah mendiang sang Kakek.”

Bunga langsung menghambur memeluk kedua orang tuanya itu, mereka menangis bersama-sama.

“Terima kasih sayang, anak Gadis Papa ini sudah dewasa rupanya, dengar Nak, kau boleh menolak ini jika kau keberatan akan perjodohan itu, kami tak akan memaksamu,” ucap Papanya menangis haru mendengar penuturan sang anak.

Ia tak tega menjodohkan anaknya, jika Bunga tak ingin menikah dengan Pria itu, maka mereka pun takkan memaksa.

Diluar dugaan Anaknya mau menikah dan menerima perjodohan tersebut, mereka bangga karena anaknya mampu berfikir dewasa dan bijaksana dalam menyikapi keadaan ini.

Sebagai orang tua mereka tetap mendukung Bunga, dan tetap menginginkan yang terbaik untuknya, karena bagi mereka kebahagiaan Bunga lebih berharga dari semua yang mereka miliki saat ini.

Bunga melangkah keluar dari ruangan itu dengan didampingi oleh Papanya Tuan Surya Kencana, Karena rasa gugupnya, ia meremas erat tangan Papanya itu, Tuan Surya mengusap lembut tangan Bunga yang menggandeng lengannya, memberi semangat kepada Bunga, sesaat rasa gugup menyergap dirinya, lututnya terasa lemas, namun ia tetap paksakan untuk berjalan.

Setibanya di tempat ijab kobul, Bunga dapat melihat Alvaro yang telah mengucap ijab kobul dengan tegas dan lantang, seolah tidak ada keraguan dimatanya.

Kata sah membuyarkan lamunan Bunga, entah gadis itu sedang melamunkan apa, Joana lalu meminta anaknya untuk mencium punggung tangan suaminya.

Bunga pun menuruti perintah ibunya, ia mencium punggung tangan lelaki yang kini telah menyandang status Suami, Alvaro pun melakukan hal yang sama dengan mencium kening Bunga, mereka lalu menandatangani surat nikah secara resmi.

Pernikahan itu tidak di lakukan secara mewah hanya pernikahan dengan pesta yang sederhana, yang hanya di hadiri oleh sanak saudara saja.

Ini semua karena permintaan Bunga, keluarga Alvaro sebenarnya keberatan dengan syarat tersebut, namun itu sudah menjadi syarat mutlak dari Bunga, jika memang mereka tetap menginginkan pernikahan ini tetap berlangsung.

Mau tak mau mereka menuruti persyaratan yang di ajukan oleh Bunga, karena mereka ingin perjodohan ini tetap berlangsung.

Bunga melihat wajah bahagia semua orang, ia melihat ke arah kedua orang tuanya yang sedang tersenyum bahagia sambil berbincang dengan keluarga dari Alvaro

‘Oh Tuhan ... Apakah yang kulakukan ini benar?’ batin Bunga.

Tanpa ia sadari Alvaro memperhatikannya sedaritadi, ia melihat wajah istrinya yang tak bahagia akan pernikahannya ini.

‘apakah dia benar-benar menerima perjodohan ini, kenapa ia terlihat begitu sedih?’

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi CEO Dingin    bab 113

    Hari ini adalah hari terakhir Alvaro dan Bunga berada di Amsterdam. Sore ini mereka akan berangkat menuju Jakarta kembali. Alvaro dan Bunga tak mau lagi keluar dari hotel. Mereka hanya memesan makanan dari layanan kamar di hotel itu.“Kenapa tidak mengajak keluar, Sayang? Apa trauma?” tanya Alvaro. Dia menghampiri Bunga yang sedang berdiri di depan jendela kamar itu.“Tidak, menghindari masalah saja. Siapa tahu nanti nyasar, malah bikin masalah, Sayang,” ujar Bunga. Sebenarnya ada hal lain yang dipikirkan oleh Bunga. Tapi, dia sendiri pun belum yakin untuk menyampaikannya pada Alvaro sekarang.‘Aku sudah terlambat datang bulan, apa aku ceritakan sekarang atau nanti saja ketika di Indonesia?’ pikir Bunga. Alvaro membaca wajah istrinya. Dia tahu persis kalua Bunga sedang memikirkan sesuatu.“Cepat ceritakan, apa yang sebenarnya sedang kau pikirkan, Sayang?” tanya Alvaro. Bunga berbalik, menatap Alvaro yang tadinya berada di belakangnya. Bunga tak tahan kalau menyembunyikan sesuatu dari

  • Menikahi CEO Dingin    bab 112 Tidur saja di luar

    Setelah diperiksa secara intensif di rumah sakit, Bunga dan Alvaro diperbolehkan kembali ke hotel tempat mereka menginap tadi. Petugas medis dan rumah sakit itu menawarkan untuk mengantarkan mereka kembali ke hotel, tapi Bunga menolak. Dia ingin kembali dengan taksi saja bersama Alvaro saja, Bunga merasa enggan bila harus naik ambulans lagi. Alvaro sendiri juga merasa enggan diantarkan menggunakan fasilitas dari rumah sakit itu. Mereka sudah merasa kuat kembali.Keluar dari rumah sakit, Bunga dan Alvaro segera memesan taksi. Keesokan harinya mereka harus kembali ke Indonesia, dan mereka belum beristirahat sama sekali. Padahal, malam sudah cukup larut akibat kelamaan terlibat insiden di lift sebelumnya.Setelah sampai di hotel, pihak hotel itu sendiri langsung menyambut mereka. Dari pihak hotel tadi menginformasikan kalau mereka sudah mengamankan barang-barang Alvaro dan Bunga yang tertinggal di dalam lift, dan mereka akan mengantarkannya dengan troli. Seo

  • Menikahi CEO Dingin    Penyelamatan

    Alvaro berdiri dan segera menekan kembali tombol darurat di lift tersebut. Dia memohon agar secepatnya diberi bantuan. Alvaro menyampaikan kalau istrinya yang bersamanya di dalam lift saat ini tak lagi sadarkan diri.“Can you perform CPR on her?” tanya wanita yang menerima permintaan bantuan secepatnya oleh Alvaro. Alvaro meringis, dia tak pernah melakukan CPR sebelumnya. Tidak banyak orang biasa yang mampu melakukan CPR dengan cara yang benar. Selama ini, Alvaro tak pernah belajar, bahkan tak pernah mengetahui cara melakukannya. Dia melirik ke arah Bunga, Alvaro merasa tak mampu melihatnya seperti itu. Alvaro sedih dan khawatir kalau terjadi sesuatu yang buruk pada istrinya itu.“Helo, helo, Sir. Can you hear me?” Wanita yang menerima panggilan darurat Alvaro kembali memancing kesadaran Alvaro. Alvaro pun tersentak. Sekarang bukan saatnya dia untuk berpikir mengenai bagaimana cara melaksanakannya, melainkan Alvaro harus berpikir mengenai nyawa dan kesela

  • Menikahi CEO Dingin    bab 110 Buah tangan

    Bunga mengerucutkan bibirnya. Dia tetap menginginkan masuk ke museum itu. “Sudah, tidak apa. Biar aku yang mengantri. Kau duduk di kursi taman itu saja,” ujar Alvaro. Bunga tersenyum senang. Dia sudah siap untuk berjalan ke tempat yang dikatakan Alvaro.“Benar, Sayang? Apa kau tidak capek nanti?” tanya Bunga. Dia kembali memandang ke panjangnya antrian yang ada di hadapan mereka. Bunga bahkan mencoba menghitung berapa orang yang ada di depan mereka pada antrian itu.“Tidak capek. Sana, Sayang. Tapi ingat, jangan kemana-mana dan tetap disana, okay?” perintah Alvaro. Bunga mengangguk, dia kemudian berjalan ke arah kursi taman. Dia kemudian duduk dan menunggu Alvaro di kursi taman itu.Alvaro pun mengantri, menunggu hingga orang lain di depan mereka masuk satu per satu. Sampai tiba giliran mereka, kemudian Alvaro memanggil Bunga dengan isyarat tangannya. Bunga pun mendekat, dan mereka berdua masuk ke dalam.Beberapa waktu mereka habiskan meli

  • Menikahi CEO Dingin    bab 109 Berkelahi

    Alvaro memegang kerah bagian belakang baju pemuda itu. Dia terpaksa berbalik dan melayangkan tinjunya pada Alvaro. Alvaro berkelit kemudian balas meninju wajahnya. “Terus, Sayang! Pukul dia! Hajar!” pekik Bunga dari belakang Alvaro. Alvaro baru menyadari kalau Bunga sejak tadi tidak pergi ke tempat petugas kepolisian seperti yang diperintahkan Alvaro. Ketika Alvaro lengah, pemuda itu hampir saja berhasil memberikan bogem mentahnya pada Alvaro. Namun Alvaro menangkisnya, kemudian memuntir dan menarik kencang tangan pemuda itu. Sang pemuda langsung terseok-seok. Alvaro memutar lengannya ke belakang kemudian membantingnya. Dia terkapar di tanah seperti kedua temannya yang lain. Mereka kemudian saling membangunkan satu sama lain dan lari tunggang-langgang. Alvaro mendekat pada Bunga. “Ya ampun, kau masih disini. Cepat ambil sepedamu, kita pergi dari sini,” ujar Alvaro. Bunga secepatnya melakukan apa yang dip

  • Menikahi CEO Dingin    bab 108 Rawan

    Bunga hanya bisa menatap kebingungan ketika lelaki itu berlalu sambil meneriakkan agar dirinya tidak berhenti. Bunga melihat ke kiri kemudian ke kanan. Berusaha mengingat lokasi tempatnya berada sekarang, mungkin saja dia perlu menggambarkan itu kepada Alvaro. Bunga ingin segera menghubungi suaminya saja.Kalau saja ada papan penunjuk arah atau toko tentu saja Bunga bisa mengatakan lokasi dengan lebih mudah. Tapi, di area tersebut sama sekali tidak ada pertokoan. Semuanya hanya bangunan-bangunan dengan bentuk yang sama. “Aduh, dimana ini ya?” gumam Bunga.Bunga ragu, dia harus terus mengayuh sepedanya lagi seperti kata orang asing tadi, atau dia harus melihat map untuk menuju ke arah restoran Indonesia yang didatanginya kemarin. Atau, Bunga harus menghubungi Alvaro dengan segera. Bunga benar-benar linglung, tak tahu dimana dirinya berada.“Helo, looks like you’re not from here.” Sapa seorang pemuda. Wajah Kaukasia pemuda itu tampak memikat. Nam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status