Share

Bab 2. Menikah

Menikah

Bunga mematut dirinya di depan meja rias matanya menatap lesu pada bayangan seorang gadis yang telah mengenakan baju pengantin

Gaun panjang berwarna putih dengan make up Flawless menambah kecantikan gadis itu ia terlihat begitu Anggun dan mempesona

Gadis dalam bayangan itu nampak terlihat lebih dewasa dari biasanya rambutnya disanggul rapi menggunakan penjepit rambut yang begitu sederhana namun tetap terlihat elegan

Gaun putih panjang yang sedikit mengekspos pundaknya membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan begitu sempurna

Tak ada yang spesial dengan gaun pengantinnya itu hanya saja saat Bunga yang mengenakan gaun pengantin itu gaun itu begitu pas dan cantik membalut badannya lagi-lagi helaan nafas terdengar dari mulut gadis itu atau lebih tepatnya seorang wanita yang sebentar lagi akan menyandang status istri dari seseorang sedikitpun Tidak terpikir di benak Bunga bahwa dia akan menikah semuda ini, jika saja di izinkan, saat ini ia sangat ingin kabur dan melarikan diri dari acara pernikahannya.

Tapi ia tak boleh egois dan memikirkan diri sendiri, sedang di luar sana ada seseorang yang begitu berharap menginginkannya menjadi seorang pengantin dari keluarga Alvaro, ia tak boleh meninggalkan acara itu Karena rasa sayangnya terhadap kedua orang tuanya, ia harus menjaga martabat dan kehormatan keluarganya.

Cklek ....

“Oh Bunga ... lihatlah, hari ini kau begitu cantik sekali sayang. Mama tidak menyangka kamu akan menikah secepat ini,” ujar Mama Bunga atau biasa yang dipanggil Joana Kencana. Memeluk Bunga dengan erat hingga membuat Bunga ikut terhanyut pelukan hangat ibunya yang sangat ia sayangi

Mama berdoa semoga kamu bahagia sama suamimu nanti sayang

‘Ya semoga saja’ Bunga hanya bisa tersenyum paksa di hadapan mamanya

Seperti yang mamanya tahu bahwa Bunga menerima Perjodohan itu karena terpaksa Bunga menikah bukan atas dasar cinta melainkan karena keharusan yang tak bisa disangkal nya ia harus menikahi pria yang baru ia temui bahkan belum ia kenal sama sekali

Flashback

Saat Bunga kembali dari kantor, ia masuk kedalam rumah langsung naik menuju kamarnya, sesampainya dikamar dia merebahkan tubuhnya karena rasa penat seharian bekerja di kantor, Bunga bekerja di bagian keuangan sebuah kantor cabang, dari perusahaan IT terbesar di kota itu,

Tok ... Tok ... Tok ...

Suara pintu kamar Bunga di ketuk dari luar, Bunga menghampiri kearah pintu lalu membukanya, ternyata Ibunya yang mengetuk pintu kamar

“Sayang, boleh mama masuk Nak?”

Bunga lantas menggandeng tangan Ibunya dan mereka duduk di tepi ranjang.

“Cepatlah mandi kami akan menunggumu di ruang tamu, ada hal penting yang harus kami sampaikan kepadamu,” ucap Ibunya begitu lembut, tatapannya mengarah pada Gadis yang ada di depannya, ada rasa sedih tersirat dalam tatapan matanya.

Bunga mengernyitkan kening, namun ia tak menolak permintaan ibunya, ia hanya bisa menganggukan kepala sebagai jawaban, ada banyak pertanyaan dalam hatinya, karena tak seperti biasa Ibunya berkata serius seperti sekarang.

Joana lantas berdiri dari duduknya, mencium kening Bunga lalu pergi dari kamar itu, Bunga hanya menatap punggung Ibunya saat berlalu dari kamar.

Bunga segera menutup pintu dan bergegas masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai mandi. Ia lantas berpakaian lalu turun kebawah untuk menemui kedua orang tuanya.

Bunga duduk tepat di hadapan Ayah dan Ibunya, mereka menatap Bunga, sepertinya mereka bingung harus memulai dari mana untuk memberitahukan pada Bunga.

“Nak, Papa ingin bicara serius sama kamu,” ucap Pria paruh baya itu pada anaknya, ia menjeda ucapannya, tak tau harus memulai darimana.

“Bunga, kamu akan kami jodohkan dengan keluarga Alvaro, sesuai dengan amanah almarhum Kakekmu, yang ingin berbesan dengan mereka.”

Bunga masih diam saja tak bergeming sama sekali, ia mencoba mencerna kata-kata sang Papa.

‘Dijodohkan? Keluarga Alvaro, siapa mereka’ batin Bunga.

Ibunya yang mengerti jika anak itu butuh penjelasan, lalu angkat bicara menjelaskan secara detail kepadanya.

Dulu mendiang sang kakek membuat sebuah janji pada keluarga Alvaro bahwa jika nanti dia memiliki seorang anak, maka ia akan menjodohkan anaknya kepada keluarga Alvaro, namun sayangnya dari kedua belah pihak melahirkan anak laki-laki.

Akhirnya sang kakek pun berjanji kembali, jika nanti cucunya terlahir perempuan maka ia akan menjadi menantu di keluarga Alvaro. Semua itu kakeknya lakukan agar hubungan baik mereka tetap terjalin meskipun ia telah tiada.

Semua demi balas budi karena keluarga Alvaro telah membantu kakek Bunga, perjanjian itu langsung disetujui oleh sahabat sang kakek dari keluarga Alvaro.

Bunga terlihat syok mendengarkannya, namun ia tak berbicara apapun, ia menyesali kenapa sang Kakek membuat perjanjian konyol seperti itu.

Surya, Papa dari Bunga melihat kearah anaknya dan tak mendapat respon ataupun jawaban dari sang anak, membuat Papanya merasa bersalah.

“Kau boleh menolaknya Nak, jika kau tak menginginkan perjodohan ini, tak apa kita kehilangan semuanya. Asalkan Papa masih bisa melihat anak Papa ini bahagia.”

“Maksud Papa?” Bunga mulai membuka suara bertanya pada Papanya.

“Jika kau menolak perjodohan ini maka kita harus mengembalikan semua aset kita pada keluarga itu, karena kakek mengelola dan membangun semua ini berkat bantuan dari keluarga Alvaro,” ucap Papanya, terlihat ia begitu sedih saat berbicara seperti itu, karena ia akan kehilangan kenangannya bersama sang Kakek.

Bunga tak tega melihat wajah sedih Papanya, ia tahu betul bahwa apa yang dimiliki oleh mereka saat ini adalah peninggalan dari sang kakek. Karena Papanya itu tak ingin orang lain memiliki ini. Semua ini adalah bagian dari kenangan mereka.

“Bunga akan menerimanya Pah.” Sambil tersenyum gadis itu berbicara melihat kearah kedua orang tuanya.

“Semua ini bentuk rasa sayang Bunga pada kalian dan demi menghormati, amanah mendiang sang Kakek.”

Bunga langsung menghambur memeluk kedua orang tuanya itu, mereka menangis bersama-sama.

“Terima kasih sayang, anak Gadis Papa ini sudah dewasa rupanya, dengar Nak, kau boleh menolak ini jika kau keberatan akan perjodohan itu, kami tak akan memaksamu,” ucap Papanya menangis haru mendengar penuturan sang anak.

Ia tak tega menjodohkan anaknya, jika Bunga tak ingin menikah dengan Pria itu, maka mereka pun takkan memaksa.

Diluar dugaan Anaknya mau menikah dan menerima perjodohan tersebut, mereka bangga karena anaknya mampu berfikir dewasa dan bijaksana dalam menyikapi keadaan ini.

Sebagai orang tua mereka tetap mendukung Bunga, dan tetap menginginkan yang terbaik untuknya, karena bagi mereka kebahagiaan Bunga lebih berharga dari semua yang mereka miliki saat ini.

Bunga melangkah keluar dari ruangan itu dengan didampingi oleh Papanya Tuan Surya Kencana, Karena rasa gugupnya, ia meremas erat tangan Papanya itu, Tuan Surya mengusap lembut tangan Bunga yang menggandeng lengannya, memberi semangat kepada Bunga, sesaat rasa gugup menyergap dirinya, lututnya terasa lemas, namun ia tetap paksakan untuk berjalan.

Setibanya di tempat ijab kobul, Bunga dapat melihat Alvaro yang telah mengucap ijab kobul dengan tegas dan lantang, seolah tidak ada keraguan dimatanya.

Kata sah membuyarkan lamunan Bunga, entah gadis itu sedang melamunkan apa, Joana lalu meminta anaknya untuk mencium punggung tangan suaminya.

Bunga pun menuruti perintah ibunya, ia mencium punggung tangan lelaki yang kini telah menyandang status Suami, Alvaro pun melakukan hal yang sama dengan mencium kening Bunga, mereka lalu menandatangani surat nikah secara resmi.

Pernikahan itu tidak di lakukan secara mewah hanya pernikahan dengan pesta yang sederhana, yang hanya di hadiri oleh sanak saudara saja.

Ini semua karena permintaan Bunga, keluarga Alvaro sebenarnya keberatan dengan syarat tersebut, namun itu sudah menjadi syarat mutlak dari Bunga, jika memang mereka tetap menginginkan pernikahan ini tetap berlangsung.

Mau tak mau mereka menuruti persyaratan yang di ajukan oleh Bunga, karena mereka ingin perjodohan ini tetap berlangsung.

Bunga melihat wajah bahagia semua orang, ia melihat ke arah kedua orang tuanya yang sedang tersenyum bahagia sambil berbincang dengan keluarga dari Alvaro

‘Oh Tuhan ... Apakah yang kulakukan ini benar?’ batin Bunga.

Tanpa ia sadari Alvaro memperhatikannya sedaritadi, ia melihat wajah istrinya yang tak bahagia akan pernikahannya ini.

‘apakah dia benar-benar menerima perjodohan ini, kenapa ia terlihat begitu sedih?’

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status