Berita tentang Namira bersuamikan seorang pria penyuka sejenis,telah tersebar ke seluruh penjuru dari desa ke desa lainnya,mereka mendesak Namira untuk menceraikan Edro.
Di suatu hari krumunan orang-orang desa berkrumun berduyun-duyun mendatangi kantor kepala desa,mereka berusaha menyampaikan apresiasi mereka untuk mendatangi bapak Lurah untuk berbicara tentang Namira dan suaminya."Pak Lurah,kami seluruh warga desa Mengger dengan serentak,menolak suami Namira yang bernama Edro orang kota itu untuk menginjakan kaki di desa tercinta kita ini,kami tidak ingin di dalam desa kita ada warga yang menikah dengan orang yang memiliki kelainan macam seperti itu,kami ingin desa kita bebas dari orang-orang semacam itu,kami takut desa kita nanti terkena azab,kami kawatir anak cucu kami jadi terbawa pergaulan menyimpang semacam itu."Ujar salah satu warga.
"Tenang-Tenang,para warga yang saya hormati.Alangkah baiknya masalah ini di bicarakan secara kekeluargaan,nanti biar saya dan pak RT setempat untuk memusyawarahkan masalah ini.Supaya kita bisa mencari solusi dari masalah yang kita semua masalahkan dengan kepala yang dingin."
Malam pun tiba pak RT dan pak Lurah pun bertamu ke rumah Namira,lalu mereka pun mulai memicarakan tentang suami Namira,hari itu juga ibu nya Namira tahu bahwa Edro adalah seorang penyuka sejenis.
Betapa kaget bukan kepalang sang ibu mengetahui jika sang menantu ternyata seorang gay.Betapa hancur hati sang ibu mendengar putri kesayangannya menikah dengan seorang gay,semua ibu ketika sudah menikahkan putrinya pasti mendambakan putrinya akan bahagia dengan pasangannya,namun tidak dengan putrinya.Dan tiba-tiba di luar dugaan segrombolan warga berbondong-bondong menuju rumah Namira dan sesampainya mereka di depan rumah Namira mereka semua serentak menyerukan."Usir orang kota itu!"
"Jangan sampai desa kita tercinta di kunjungi orang macam seperti Edro Prakasya!"
"Suruh Namira ceraikan Edro ibu Elvira!"
"Pernikahan mereka tidak sah,secara agama,karna Namira menikah dengan laki-laki yang tidak tertarik pada perempuan,Edra tidak bisa memberi nafkah batin pada Namira."ujar salah satu warga.
"Iya betul ibu Elvira,Namira tidak bisa melajutkan pernikahannya segera suruh Namira menceraikan suaminya itu!"
Kami takut dia akan mengajari dan memberi contoh anak-anak muda di desa ini tentang kepribadiannya yang tidak normal dan menyimpang, kami takut dia membwa pengaruh buruk ke generasi muda mudi di desa kita.""Tenang."
"Tenang.""Bapak,"Bapak." "Ibu,"ibu." Semuanya saya minta tenang,ini saya sedang berusaha untuk berbicara secara kekeluargaan dan musyawarah dengan Namira,ibu Elvira dan Edro,untuk mencari jalan keluar terbaik." Tutur pak Lurah.Namira sayang,mengapa hidupmu penuh dengan cobaan nak,ibu tidak menyangka pernikahanmu itu ternyata malapetaka untuk kamu sendiri,ya Tuhan kapan puteri ku bisa hidup bahagia.
Tiba-tiba beberapa warga menyeret tangan Edra dan mengusir Edra keluar dari desa,namun apa yang terjadi,Namira menampik tangan warga yang sedang menyeret Edra dan berusaha menghentikan keributan yang telah terjadi dan ia berbicara dengan cara ia sehari-hari berkomunikasi,yang di terjemahkan oleh Edra,Edra berusaha mengartikan setiap kata yang tersirat oleh gerakan tangan bahasa Isyarat Namira.
"Awalnya saya tidak tahu,kalau ternyata saya bersuamikan seorang homoseksual,tetapi saya minta maaf sekali,karena saya tidak mau menceraikan suami saya,jika ibu-ibu dan bapak-bapak mengusir suami saya,saya akan ikut kemanapun suami saya pergi,karna bagaimanapun dia sudah menjadi suami saya,dia juga sudah banyak membantu keluarga saya,setiap orang pasti memiliki sisi buruk,sampai kita lupa sisi baiknya dari orang yang sudah kita anggap buruk.Masalah rumah tangga saya biarlah saya dan suami saya yang akan menyelesaikannya."
Betapa terkejutnya Edra melihat kejadian semua ini, ia tak mengira akan menjadi sebuah kesusahan yang teramat panjang untuk Namira lalui. Edra merasa iba dan merasa bersalah untuk semua yang sudah menimpa sang Istri, apakah yang akan di lakukan Edra .
"Namira maafkan aku, sekarang aku sudah tidak bisa memberi uang belanja banyak, seperti dulu kala.""Gak papa mas, sebagai istri aku hargai keputusan kamu untuk mengundurkan diri dari pekerjaan kamu yang dulu, aku paham dan aku bisa ngertiin keputusan kamu mas, aku dukung kamu mas, uang blaja yang kamu kasih udah cukup ko, buat makan kita sehari-hari.""Iya, sekarang memang cukup, tapi nanti kalo anak kita mulai sekolah, yang segitu pasti kurang.""Ya kan nanti aku bisa jualan Mas.""Jualan,"Kamu mau jualan apa?""Apa aja , nasi goreng, atau tahu gejrot.""Kamu ini, ngurus anak aja kamu capek banget.""Gak papa kan aku bantu suami sendiri.""Terimakasih ya, kamu udah jadi istri yang baik untuk aku.""Sama-sama mas, terimakasih juga kamu juga sudah jadi suami yang baik untuk aku dan juga sudah jadi ayah yang baik untuk Salman."Oh sungguh bahagia hidup bersama keluarga, penuh kasih sayang mesra, rukun damai sejahtera rumahku itulah surgaku di dunia oh sungguh bahagia. Gumam Namira.Nam
"Itu tidak akan terjadi, kamu sudah di tangkap Toni."Jawab Edra.Beberapa menit kemudian Edra menemui Ludas di ruang tahanan ."Kak,ada Ranti mau bertemu ka Ludas, Ranti itu cinta mati sama ka Ludas, dia sanggup menunggu ka Ludas."Tutur Edra"Tapi orang tuanya sangat benci sama aku." Jawab Ludas."Aku tidak punya alasan lagi untuk menerima dia kembali."Sambung Ludas lagi."Kalau sudah menyangkut orang tua memang susah sih Ka.""Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anaknya.""Terus kaka mau putusin Ranti?""Entahlah, itu membuatku lelah, ini semua sangat melelahkan.""Kenapa kamu jadi ikut-ikutan panggil aku dengan sebutan ka.""Soalnya di suruh Namira.""Ayolah kita ini kan seumuran.""Nanti Namira bisa ngambek kalau denger aku panggil kaka pake nama doang.""Kak, sekarang kaka sudah menjadi paman, karena Namira sekarang sudah melahirkan.""Benarkah."'Iya nanti aku vidio call ya."Edra menelpon Namira, Ludas melihat wajah keponakannya itu lewat siaran vidio call, Lud
"Nak, maapin ayah ya nak'ayah gak bisa temenin kami di saat-saat kamu akan lahir ke dunia ini, kamu harus tahu sudah datang sekali sama kamu Nak."Sambung Edra kembali sambil mencium perut sang istri.Esok harinya Edra mengantar sang istri, ibu mertua dan ibu kandungnya, mereka di asingkan ke tempat yang di rasa jauh lebih aman,mereka berangkat menggunakan pesawat terbang milik pertahanan negara, pesawat terbang milik TNI angkatan udara."Nak, hati-hari di jalan ya'Nak ayah pasti akan merindukanmu, sayang kamu masih ingat kan nanti kalau anak kita lahir nama calon anak kita masih kamu hafal?"Tanya Edra."Iya masih mas."Jawab Namira sambil mengangguk."Nak nanti kalau mau lahir, jangan lama-lama ya di dalem, kasihan ibu kamu, nanti kalau mau lahir kamu gak boleh bikin mamah kelamaan ngerasain sakit ya nak, yang nurut yang cepet keluarnya ya Nak!" Tutur Edra sambil mengelus-elus, dan mencium perut Namira.Tak terasa air mata dari keduanya mengalir, Namira tak kuasa harus berpisah dengan
Sebenarnya Ludas juga sangat merindukan Ranti, sudah bertahun-tahun Ludas berpisah jarak dengan Ranti, Ludas pikir Ranti akan meninggalkan nya sendirian, tapi kenyataannya Ranti memilih setia menunggunya.Hari silih berganti, bulan silih berganti bulankandungan Namira sudah semakin membesar, kini kandungannya sudah berkisar tujuh bulan, perutnya nampak sudah mulai membesar, berita tentang selamatnya Namira dan Edra terdengar oleh Toni, Toni tidak menyangka ternyata Edra dan Namira bisa selamat dari ledakan bom yang dulu ia pasang, Toni merencanakan berencana menculik Namira dengan cara menyamar sebagai dokter kandungan, namun semua trik dan rencananya sudah tercium oleh tim Intel, Namira di perintahkan untuk pergi dari kampung halamannya, Namira akan di asingkan ke luar negeri agar persalinannya berjalan dengan lancar dan selamat."Komandan Edra sepertinya mayor harus berpisah dengan sang istri , karena istri komandan harus di asingkan ke sebuah tempat demi keselamatan istri komandan
"Terimakasih dokter kita pamit pulang dulu dokter."Tutur Namira.Mereka pun pulang dengan membawa rasa tak sabar ingin cepat-cepat janinnya terlihat dan detak jantungnya terdengar."Andai saja Ludas menculik kamu pada saat kita pengantin baru, mungkin sekarang kamu sudah melahirkan."Tutur Edra."Mas kok ngomongnya gitu sih.""Salah masudnya kalau aja,aku eh maksudnya kalau aja,malam pertama kita sudah kita lakukan di awsl kita menikah ,kamu pasti udah hamil,bahkan kamu bisa jadi udah melahirkan.""Mas gak ada yang lebih indah dari rencana Allah,rencana Allah memang di luar dugaan kita.""Iya ,kamu benar Namira, kehendak Allah itu memang indah, meski di awal sangat pahit,tapi setelah semua ini kita mengikuti takdir yang Allah rencanakan." Ujar sang ibuSetelah sampai di rumah, Edra dan Namira berbaring sejenak sebelum mereka menyantap hidangan makan malam yang sudah di masak ibu."Aku udah siapin nama untuk calon anak kita."Tutur Edra." Mas kayaknya udah gak sangat ya mau cepet-cepet
Semua warga terkejut ternyata Edra itu menyamar dan seorang anggota Intel."Nah,ibu-ibu bapak-bapak. Saudara Edra sudah cukup jelas memberikan pernyataan, jadi ibu-ibu dan bapak-bapak jangan mudah terprofokasi.Dan tentang urusan Ludas,biarkan polisi yang mengurusnya,kita tidak perlu ikut campur urusan keluarganya ibu Aminah,karena negara kita ini negara hukum,sudah saya kira masalah ini sudah selesai ,mari sekarang kita semua bubar!" Edra Memutuskan untuk membawa Namira pergi ke kota, karena ia merasa di kampungnya Namira sudah tidak aman dan nyaman untuk Namira tinggal."Namira kamu sama ibu ikut aku aja ya ke Jakarta, aku takut nanti bibi Ribka berbuat hal-hal yang gak baik lagi, apalagi kamu sekarang lagi hamil anak aku.""Ibu di sini saja, tapi kalau Namira ibu rasa ikut nak Edra saja.""Kenapa ibu gak mau ikut Edra Bu?""Karena ibu lebih betah di kampung, dari pada tinggal di kota, ibu dari kecil sudah biasa hidup di kampung.""Tapi ibu kan belum sembuh benar, aku kawatir kalau