Share

Menikahi Gadis Desa
Menikahi Gadis Desa
Penulis: Nisa Nurpasa

Bab 1 : Sah

Sarah menatap lirih pada wajah Ayahnya yang sudah tak lagi muda. Hari ini tepatnya, ia akan diboyong oleh keluarga barunya ke Kota Jakarta. Sebenarnya, Sarah tidak tega meninggalkan sang Ayah sendiri di desa. Namun, Ayahnya tetap keukeuh tidak ingin ikut pergi ke Kota dengan alasan mendiang Ibunya.

“Ayah benar akan tinggal sendirian di rumah ini?” tanya Sarah ragu.

Tangan Ayahnya yang sudah mulai keriput itu membelai wajah Sarah lembut.

“Sudah Sarah, cepat kau pergilah. Suamimu sudah menunggu disana.” ujar Ayahnya yang bernama Soni.

“Ayah harus sehat terus, Sarah khawatir dengan kondisi kesehatan Ayah.” gumam Sarah lirih.

Pria paruh baya itu tersenyum lembut seraya mengelus rambut putri semata wayangnya dengan penuh kasih sayang. Kini, putrinya sudah menjadi seorang istri. Dirinya sudah bukan lagi tanggung jawab Sarah. Sebenarnya, ia begitu berat untuk melepas Sarah ke Kota. Namun, apalah daya, karena hutangnya kini dengan terpaksa putrinya menerima perjodohan dengan cucu pewaris Aditama Group.

“Pergilah nak, kasihan suamimu sudah menunggu lama.” ujar Ayahnya lagi.

“Baiklah, Ayah harus janji kepadaku jika Ayah akan menjaga kesehatan Ayah.” ucap Sarah dengan nada tegas.

Ayahnya mengangguk kecil tanda mengiyakannya. Dipeluknya sekali lagi putrinya yang kini sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan mandiri.

“Jaga kesehatanmu, dan berbaktilah pada suamimu.” Nasihat sang Ayah kepada Sarah.

Sarah melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah sendu Ayahnya. Diraihnya tangan sang Ayah untuk berpamitan. Setelah itu, ia melangkahkan kakinya menuju seorang pria yang sudah menunggunya di dalam mobil.

“Ck, lama.” gerutu Pria itu setelah Sarah mendudukkan tubuhnya di kursi samping kemudi.

“M-maaf Mas,” cicit Sarah seraya menundukkan kepalanya tidak berani menatap wajah pria yang sudah menjadi suaminya beberapa jam yang lalu.

Tak lama kemudian mobil sport bermerek yang dikendarai pria kota itu pun melaju meninggalkan desa yang sudah Sarah tempati selama hidupnya. Sarah menatap sang Ayah yang sedang melambaikan tangannya lewat kaca spion.

Tidak dapat dipungkiri, kedua mata Sarah berkaca-kaca. Sungguh, ia tidak sanggup meninggalkan Ayahnya sendirian di desa tanpa seorang pendamping. Sarah bahkan pernah menyuruh Ayahnya untuk menikah lagi agar tidak kesepian. Namun, dengan tegas Ayahnya menolak.

Beliau mengatakan jika beliau ingin setia kepada mendiang istrinya. Sungguh, Ayahnya ialah pria terbaik yang pernah Sarah kenal di dunia ini. Sarah sangat beruntung memiliki Ayah seperti Ayahnya.

Perjalan dari desa menuju Kota memakan waktu cukup lama. Tak terasa, kedua mata Sarah mulai terasa memberat. Tanpa disadari, perempuan berusia 24 tahun itu pun memejamkan kedua matanya. Suara dengkuran halus terdengar membuat pria disebelahnya berdecak sebal.

•••••

Setelah menempuh waktu sekitar 5 jam lamanya, akhirnya mobil sport bermerek itu pun sudah sampai di kediaman seharusnya. Pria di sebelah Sarah menghela napasnya kasar tatkala melihat Sarah yang masih asik memejamkan kedua matanya. Entah mimpi seperti apa yang membuat perempuan itu begitu pulas tertidur.

“Bangun.” Dengan tidak berperasaan, pria yang sudah menjadi suaminya itu menepuk pipinya dengan keras.

Sarah melenguh kecil dalam tidurnya. Perlahan kedua matanya terbuka sempurna. Sarah mengerjapkan kedua matanya guna mengumpulkan nyawanya.

“S-sudah sampai M-mas?” tanya Sarah dengan nada terbata-bata.

“Hm.” sahut pria itu dingin.

Pria itu bernama Fabian Aditama. Pria dewasa yang sudah memasuki usia 28 tahun. Wajahnya yang tampan membuat banyak wanita yang mendekatinya. Namun, hanya satu wanita yang dapat membuat hatinya terpikat.

Fabian membuka pintu mobilnya dengan kasar dan menutupnya dengan kencang hingga menimbulkan suara keras. Sarah yang melihat itu pun mengelus dadanya sabar. Sepertinya pria seperti Fabian memiliki tempramen yang cukup besar. Pikir Sarah dalam hatinya.

Sarah pun membuka pintu mobil dan menutupnya dengan pelan. Sarah sedikit berlari mengikuti langkah kaki Fabian dengan terseok-seok. Bagaimana mungkin, Sarah dengan tubuh mungilnya harus menyeret koper miliknya yang cukup besar.

Sarah menatap kagum mansion di depannya kini. Katakanlah dia kampungan, tapi memang seperti itu kenyataannya. Perempuan itu tidak bisa menutupi rasa kagumnya hingga mulutnya terbuka.

“Ck, kampungan sekali.” maki Fabian saat pria itu tidak sengaja melirik Sarah.

Sarah menormalkan kembali mimik wajahnya setelah mendengar suara Fabian yang terdengar menyakitkan di ulu hatinya. Sarah kembali mengekori Fabian dengan berjalan di belakang tubuh tegap pria itu.

“Sudah sampai Bi?” tanya seorang pria paruh baya yang terlihat masih segar.

“Iya Kek,” sahut Fabian seraya menyalimi punggung tangan pria paruh baya itu.

Sarah pun ikut menyalimi punggung tangan pria paruh baya tersebut. Ayahnya pernah mengatakan jika pria paruh baya di depannya saat ini ialah merupakan Kakek dari Fabian.

“Bagaimana kabarmu Sarah?” tanya pria paruh baya itu ramah.

“Alhamdulillah baik Kek, Kakek bagaimana kabarnya?” tanya Sarah balik. Tak lupa senyum terbaiknya ia tampilkan.

“Syukurlah jika begitu, Aku baik.” sahut Kakeknya yang memiliki nama Robi Aditama.

“Abi, ajak istrimu ke kamar. Dia pasti lelah setelah menempuh perjalanan yang panjang.” titah Kakek Robi kepada Fabian.

“Baiklah Kek, ayo.” ajak Fabian seraya berjalan melangkah menuju kamarnya.

Setelah berpamitan, Sarah pun kembali mengikuti langkah kaki sang suami. Sarah memasuki kamar suaminya dengan perasaan canggung.

“Jangan sekali-sekali kau menyentuh barang milikku!” seru Fabian dengan wajah datar.

“B-baik Mas,” sahut Sarah kikuk.

Fabian melenggang memasuki kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Sementara itu, Sarah mulai membereskan barang-barang bawaannya. Perempuan itu membuka kopernya dan membawa sebuah pigura berukuran sedang.

Perlahan jari-jemarinya mengusap wajah dalam pigura tersebut. Di dalam pigura itu terdapat foto ia dan sang Ayah. Sarah sangat merindukan Ayahnya. Padahal, mereka baru saja berpisah beberapa jam. Sarah benar-benar tidak bisa tenang meninggalkan sang Ayah sendirian di desa.

Ceklek!

Suara pintu terbuka menyadarkan Sarah dari lamunannya. Dengan cepat ia mengusap sudut matanya yang berair.

“Sudah selesai mandinya Mas?” tanya Sarah dengan lembut.

Namun, Fabian tidak lantas menjawab pertanyaan perempuan itu. Sarah pun menggigit bibirnya dalam. Fabian yang melihat tingkah Sarah berdecih pelan.

“Mau menggodaku heh?” ejek Fabian seraya menatap Sarah dari ujung kepala hingga kaki.

“Aku tidak akan tergoda oleh tubuhmu itu!” ucapan Fabian sontak membuat Sarah menundukkan kepalanya.

Kedua tangan wanita itu saling bertautan. Perkataan Fabian sungguh membuat hatinya terluka. Jadi, suaminya itu berpikir jika ia seperti wanita penggoda diluaran sana?

“Minggir, jangan menghalangi jalanku!” usir Fabian seraya mendorong pelan bahu Sarah.

Sarah pun menggeser tubuhnyake samping. Perempuan itu meraih pakaian yang masih berada di dalam kopernya. Lalu, Sarah pun memasuki kamar mandi. Decakan kagum keluar dari mulut Sarah.

Bagaimana tidak? Kamar mandinya saja seluas kamarnya yang berada di desa. Bahkan di kamar mandi ini memiliki bathup yang membuat Sarah berbinar dibuatnya.

Sarah benar-benar dibuat kagum dengan keluarga Aditama ini. Namun, yang membuatnya heran ialah, mengapa Fabian mau menerima perjodohan ini? Bukankah pria itu bisa menolaknya?

Sarah yakin, pria seperti Fabian sangat akan tidak menyukai keberadaannya. Namun, kenapa pria itu malah menerima perjodohan ini dan mau menjadi suami dari seorang gadis desa?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status