Share

Bab Empat : Tetangga Mesum

Sarah terbangun dari tidur nyenyaknya. Setelah mengumpulkan nyawanya, perempuan itu beranjak dari kasur, tak lupa membereskan kamar barunya. Perlahan kakinya melangkah keluar kamar menuju kamar mandi.

Setelah menghabiskan kurang lebih sepuluh menit di kamar mandi, kini Sarah melangkah menuju dapur. Tangannya membuka pintu kulkas, seketika kedua matanya melotot sempurna. Dirinya tidak menemukan satu bahan makanan pun untuk diolah.

Dengan langkah ragu, Sarah melangkah mendekati kamar suaminya. Tangannya perlahan mengetuk pintu kamar bercat cokelat itu dengan pelan.

Tok tok tok!

“Mas,” panggil Sarah sedikit berteriak karena tidak mendapati respon apapun.

Tak lama kemudian, pintu di depannya terbuka dan menampilkan wajah bantal sang suami. Namun, wajah Fabian terlalu tampan dan sempurna untuk dilihat sepagi ini. Bahkan, Sarah sampai tidak berkedip sedikit pun dibuatnya.

“Apa?!” tanya pria itu sewot. Merasa karena tidurnya terganggu oleh dirinya.

“Em, di dapur nggak ada bahan makanan sedikit pun M-mas.” adu Sarah dengan menundukkan kepalanya.

“Terus?” Fabian menaikkan salah satu alisnya menatap perempuan di depannya dengan tatapan jengah.

“Y-ya, a-aku mau minta antar Mas ke super market di dekat sini.” ucap Sarah dengan nada malu-malu.

“Ck, nyusahin.” gerutu Fabian membuat Sarah tidak berani menatap ke arahnya.

“Siap-siap, aku tunggu 5 menit.” titah Fabian seketika membuat Sarah tersenyum walau tipis.

Setelah lima menit kemudian, Sarah dan Fabian sudah bersiap untuk pergi berbelanja menuju super market yang berada di dekat apartemennya. Tentu saja dengan menaiki mobil sport milik Fabian.

Setelah sampai di depan mini market, dengan segera Sarah turun dari mobil diikuti oleh Fabian yang berjalan di belakangnya. Sarah mengambil troli dan mendorongnya kea rah bumbu-bumbu dapur. Perempuan itu dengan cekatan memasukkan beberapa bumbu yang akan dibutuhkannya. Sementara itu Fabian hanya mengekor di belakangnya.

Setelah selesai memasukkan semua bahan kebutuhannya, Sarah kemudian menatap ke arah Fabian yang kini tengah memasukkan beberapa minuman kaleng semacam bir ke dalam troli. Mereka pun menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

“Totalnya lima ratus ribu rupiah Mas,” ujar pegawai tersebut setelah menghitung semua hasil belanjaan Sarah dan Fabian.

Sarah melongo di tempatnya. Perempuan itu benar-benar tidak habis fikir, ternyata berbelanja di pasar memang mampu membuatnya berhemat. Lihatlah, padahal tidak banyak yang dirinya masukkan ke dalam troli saat berbelanja.

Sarah gelagapan saat dirinya ditinggal begitu saja oleh Fabian. Dengan menahan malu dan kesal ia pun sedikit berlari kecil guna mensejajarkan tubuhnya dengan sang suami.

Sarah dan Fabian pun kembali memasuki mobilnya dan melajukan dengan kecepatan sedang menuju apartemen mereka.

•••••

Sarah menuangkan beberapa bumbu yang sudah diuleknya tadi dan memasukkannya ke dalam wajan. Ia berniat untuk membuat nasi goreng untuk sarapan pagi ini. Wangi masakan khas nasi goreng menguar sampai tercium ke ruang tamu.

Fabian yang kini tengah disibukkan oleh beberapa email masuk sontak memejamkan kedua matanya tatkala indra penciumannya mencium wangi masakan yang tengah dimaskaan oleh Sarah. Perutnya yang memang belum diisi apa-apa sontak berbunyi.

“Silahkan Mas, dimakan sarapannya. Semoga suka.” ucap Sarah setelah perempuan itu meletakkan dua buah piring di atas meja.

Karena memang sudah lapar, Fabian pun lantas mencicipi masakan hasil Sarah dan memakannya perlahan. Sarah yang melihat itu pun terdiam seraya mengusap tangannya gugup. Ia sangat ingin tahu reaksi yang diberikan suaminya terhadap masakannya.

“Gimana Mas? Enak?” tanya Sarah mewanti-wanti.

Fabian tidak langsung menjawab pertanyaan yang diberikan Sarah. Tak lama kemudian, pria itu membuka suara.

“Not bad.” gumam Fabian yang masih dapat didengar oleh Sarah.

Sarah menghembuskan napasnya lega. Setidaknya, masakannya tidak terlalu buruk untuk sang suami dan masih layak dimakan. Sarah pun meraih piringnya dan mulai memasukkan nasi goreng tersebut ke dalam mulut.

Hari ini ialah hari minggu, kebetulan Fabian hanya menghabiskan harinya di dalam apartemen. Biasanya, pria itu setiap minggu akan pergi bersama sang pujaan hatinya. Namun, karena tidak ada sang kekasih, Fabian berniat menghabiskan waktunya di apartemen saja.

Berbeda dengan Sarah, kini perempuan itu tengah asik dengan kegiatannya. Apa lagai jika bukan menjemur pakaian. Namun, suara aneh yang didengarnya mampu menghentikkan aktivitas yang dilakukan oleh Sarah.

“Ahh,” terdengar suara desahan yang membuat tubuh Sarah merinding dibuatnya.

“Terus Mashh, cepatt ahh,” desah seseorang lagi membuat Sarah menutup kedua matanya.

Sarah perlahan melangkahkan kakinya maju untuk mengintip siapa yang menyuaran suara desahan seperti tadi. Seketika matanya membola saat melihat pasangan yang terlihat tengah dimabuk asmara itu.

“Aaaaaaaa!!” Sarah berteriak seraya menutup kedua matanya menggunakan tangannya.

Sontak pasangan yang berbuat mesum tadi menghentikkan aktivitasnya sejenak. Keduanya sontak membenarkan pakaian masing-masing yang sudah melorot kemana-mana.

“A-ah, m-maaf jika aku mengganggu.” ujar Sarah menatap kedua orang di depannya dengan pandangan tidak enak.

“Ya ampun, tidak maslaah! Maafkan kami yang sudah membuat matamu kotor.” balas perempuan di depannya seraya tersenyum ramah.

Sementara sang pria hanya mampu menghembuskan napasnya seraya mengusap dadanya sabar yang melihat tingkah absurd istrinya itu. Niatnya ia tadi ingin menjemur pakaian dalam miliknya, namun tiba-tiba saja sang istri datang dan langsung menyerangnya.

“Perkenalkan namaku Indah, dan ini suamiku Saka.” ujar perempuan di depannya seraya mengulurkan salah satu tangannya.

Dengan ragu Sarah menerima uluran tangan perempuan yang bernama Indah itu. Tak lupa senyum tipis tipis ia perlihatkan. Sarah melirik sekilas pada pria yang merupakan suami dari Indah. Wajahnya tampan dan sepertinya dia orang baik.

“Kalau begitu, a-aku permisi masuk dulu.” ujar Sarah seraya melenggang pergi dari hadapan kedua orang itu.

Namun, sebelum Sarah benar-benar pergi dari sana, salah satu tangannya ditahan oleh Indah membuat Sarah menghentikan langkah kakinya serta menatap ke arahnya.

“Aku tinggal di sebelah apartemenmu, jangan lupa mampir ya.” ujarnya dengan nada penuh harap.

Sarah hanya mampu menganggukkan kepalanya singkat. Tidak mungkin juga ‘kan dirinya mengatakan atau menolaknya? Itu akan membuat tetangganya tidak enak hati padanya.

“Ah ya, kalau bisa.. Kapan-kapan mari kita bercinta bersama, kau ajak suamimu.” ucap Indah seraya mengedipkan sebelah matanya genit.

Saka yang melihat tingkah mesum istrinya tidak mampu menggelengkan kepalanya kuat. Ia benar-benar dibuat malu oleh tingkah kemesuman sang istri. Namun tidak apa, dirinya sangat mencintai istrinya itu, tidak rela jika ia berpisah dengan wanitanya.

Sarah dibuat melongo oleh tetangga barunya. Dengan canggung Sarah kembali melangkah memasuki apartemen suaminya. Salah satu tangannya mengusap dadanya yang berdegup kencang.

“Pasangan aneh,” gumam Sarah dengan suara sangat pelan.

Napas perempuan itu tidak beraturan membuat seorang pria yang tak lain ialah Fabian menatapnya dengan tatapan aneh.

“Kenapa kamu?” tanya pria itu dengan nada seuara keras.

“Astagfirullah!” seru Sarah yang kembali dibuat terkejut oleh Fabian-Suaminya.

Bagaimana tidak kaget? Kini Fabian di depannya berdiri tegap dan hanya menggunakan handuk sebatas pinggang saja. B-bagaiman jika handuk itu melorot? Oh tidak, matanya akan kembali tidak suci lagi. Sudah cukup tadi ia melihat pasangan yang sedang berbuat mesum, kini jangan sampai dirinya melihat tubuh menggiurkan suaminya.

Tanpa Sarah sadari, perempuan itu menelan salivanya dengan susah payah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status