Share

Permainan 1

"Cklek...ngeekk." Clara membuka pintu kamarnya.

"Selamat pagi Nyonya Sean, aku adalah sopir dan asisten anda, Tuan Sean menyuruhku membawa anda keperusahaan." Sapa Laki - laki muda dari luar kamar dengan sopan.

"Dia pergi keperusahaan, dan meninggalkan aku kemudian memintamu membangunkanku dn meyuruhmu mengantarku ke perusahaan?" Clara merasa tidak senang.

"I...Iya Nyonya Sean." Jawab pengawal dengan wajah panik.

"Baiklah tunggu, aku mandi dan bersiap - siap." Clara kembali masuk.

"Baik Nyonya." Jawab Pengawal dengan sopan.

Wussss. Clara sudah berada di dalam mobil, dia mengenakan gaun merah membuatnya tampak lebih cantik.

"Nyonya Sean, kita sudah sampai." Ucao pengawal menghentikan mobilnya.

"OKe." Jawab Clara santai.

Clara menuruni mobil dengan anggun.

"Baiklah mari kita lakukan selangkah demi selangkah." Clara menuju kantor Sean Adiatmojo.

Sean sudah menunggu di depan pintu masuk perusahaan.

" Sayang ahirnya kamu sampai." Sapa Sean berakting  penuh kasih sayang

"Semuanya, izinkan aku memperkenalkan ini adalah istriku, Gisel Cokro." Sean memperkenalkan Clara pada semua kariawannya dengan keras.

"Halo semunya." Clara menyapa dengan anggun.

"Prok...prok..prok." Suara tepuk tanggan dari kariawan perusahaa Sean.

"Gisel, kemarilah dan sapa Paman Bram." Sean memberi arahan pada Clara.

"Halo, senag bertemu dengan anda, kedepanya.." Clara menjulurkan tangganya untuk berjabat tangan.

"Dasar gadis bodoh kenapa kamu mengatakan hal seperti itu, kepada pamanmu?" Jawab Paman bram dengan tersenyum. Tanpa membalas jabat tangan Clara.

"Pa...paman?" Clara menjawab dengan tersenyum panik.

"SIal." Ucap Clara dalam hati sembari membalikan badanya melihat Sean.

"Hehe...Kena!" Ucap Sean dalam hati sembari melihat Clara dengan tajam.

"Apa aku ketahuan." Clara merasa panik melihat tatapan Sean yang tajam.

Kantor Presdir.

"Pertunjukan yang lumayan, Nona Gisel " Palsu". Sean membuka pembicaraan tanpa basa - basi.

"Aku hanya bercanda dengan pamanku tadi, bagaimana aku dikatakan palsu?" Clara masih berusaha santai dan tersenyum seperti biasa.

"Clara melarikan diri dengan cinta masa lalunya, dimalam sebelum pernikahan. Kamu benar - benar mirip denganya, kecuali tahi lalat yang ada dilehernya." Sean menjawab dengan nada ,engitimidasi. Wajahnya berubah dingin.

"Mesum! kenapa kamu memperhatikanku sedekat itu!" Clara tanpa sadar berteriak dengan memaki.

"Ehhhhh..." Clara baru sadar apa yang dia katakan membenarkan ucapan Sean.

"Hah, kamu mau apa? kamu sudah tahu identitasku, tapi kamu masih saja rept -repot meneruskan pertunjukan ini, dan mengespkspos diriku, kamu pasti punya rencana." Clara menjawab engan menghela nafas panjang.

"Katakan." Tambah Clara pasrah.

"Ternyata kamu tidak bodoh." Sean tersenyum menakutkan.

"Mama tiriku selalu memikirkan cara untuk menyingkirkanku dari kedudukan wakil presdir dan ingin menggantikan aku dengan putranya. Gisel Cokro dan Ibu tiriku adalah saudara jauh, alasan ibu tiriku menjadikan dia istriku adalah untuk bisa memata -mataiku." Jawab Sean menjelaskan panjang lebar.

"Dia akan segera mengatakan hal ini padamu." Tambah Sean dengan tersenyum.

"Jadi kamu mau aku jadi mata - mata dua sisi dan melaporkan tindakan ibu tirimu kepadamu?" Clara menjawab dengan wajah bingung.

" Yah benar." Sean menjawab dengan bangga.

"Sekarang, keadaan telah berubah, aku akan membantumu, tapi kamu harus membayar gajiku sesuai jabatan menager umum. dan gaji tambahan dalam jangka waktu selama aku menjadi istrimu." Jawab Clara bernegosiasi.

"Baiklah sesuai keinginanmu, aku janji., Tapi sebelum itu kita harus bertukas informasi." Tanpa berfikir lama Sean menyanggupi negosiasi Clara.

"Informasi apa?" Tanya Clara.

"Namaku Sean Adiatmojo, aku waki presdir dan penerus perusahaan Adiatmojo, bagaiman dengamu?" Sean memperkenalkan diri.

"Namaku Clara, aku..upsss!" Jawa Clara dengan cepat tapi tidak meneruskan ucapanya dengan menutup mulitnya menggunakan tangan.

"Halo,Vino, selidiki seseorang yang bernama Clara." Dengan sigap Sean menelfon bawahanya untuk menyelidiki identitas Clara.

"Astaga mati aku, aku tidak boleh membiarkan dia tahu kalau aku penipu, menjual barang - barang palsu." Ucap Clara dalam hati dengan wajah cengigisan panik.

Rumah Sean Adiatmojo.

"Hah, ahirnya sampai, kurasa aku sudah membeli bahan - bahan untuk melukis, apa ada yang terlewatkan?" Ucap Clara sembari menaiki tangga menuju kamarnya.

"Gisel Cokro!" Pangil seorang wanita paruh baya dari bawah tangga.

"Mama?" Jawab Clara sembari membalikan badanya.

"Jangan lupa kesepakatan kita. kamu bisa menyandang gelar Nyonya Sean dengan mengawasi Sean." Jawab Mama Tiri Sean tanpa basa - basi.

"Iya aku tahu Mama." Clara menjawab dengan tersenyum patuh.

"Sean benar - benar memprediksi dengan benar, aku baru saja sampai rumah sudah di hadang." Ucap Clara dalam hati.

Halaman Rumah Sean.

"Vino? Aku baru saja sampai rumah, aku di halaman menuju rumah. Ada apa?"Jawab Sean dari Hpnya.

"Aku sudah menerima datanya, dia anak yatim piatu yang di besarkan ayah angkatnya. Dia mahasiswa lulusan seni, ayahnya seorang pemabuk dan penipu dia memiliki banyak hutang dan hidup miskin." Jawab Vino dari balik Hpnya.

" Bukankah itu terlalu bersih." Sean masih belum puas dengan informasinya.

"Tidak juga, aku dengar dia juga beberapa kali mememangkam sejumlah penghargaan selama masih bersekolah, dia menjualnya dengan harga tinggi." Vino menjawab dengan panjang lebar.

"Tapi sekarang dia nhanya mengajar anak - anak melukis di pusat penitipan anak." Tambah Vino.

"Terus selidiki dengan benar." Jawab Sean sembari menutup telefonnya.

"Lir...ilir..lir..ilir, tandune wong sumilir, tak ijo royo - royo tak sumbang pengantin anyar, cah anom  - cah anom penekno blimbing kui, lunyu - lunyu penekno, penekno blimbing kui..........." Suara nyanyian penghantar tidur yang merdu.

"Suara ini?" Sean sangat terkejut mendngar nyanyian yang begitu familiar buatnya.

'"Halo? Sean ? apa kamu ,masih disitu?" Tanya  Vino, mendengar Sean tiba - tiba berhenti bertbicara.

"Tidak mungkin!" Sean berjlan dengan cepat menghampiri dari mana asal nyanyian itu?

"Lagu ini, lagu yang pernah dinyanyikan Mamaku waktu kecil." Ucap Sean berhenti di  taman belakang melihat Clara sedang melukis sembari bernyanyi dengan indah.

"Kamu?" Sean bertanya dengan tidak percaya.

"Kamu kembali?" Clara menjawab dengan menolehkan kepalanya yang melihat sean sudah berasa di belakangnya.

"Tadi kamu...." Sean bertanya tanpa meneruskan ucapanya.

"Siapa yang mengajarimu lagu yang kamu nyanyikan?" Tambah Sean dalam hati.

"Tadi? apa? Tanya Clara tidak mengerti.

"Sudahlah itu juga hanya lagu lama? bagaimana mungkin dia memiliki hubungan dengan ibuku?" Ucap Sean dalam hati tidak mau meneruskan pembicaraanya.

Tanpa sadar Sean menunduk melihat tepat didada Clara yang menggunkan gaun sedikit terbuka di bagian payu*aranya.

"Dasar mesum! apa yang sedang kamu lihat!" Clara dengan refleks menutup dadanya dengan tanganya.

"Hem..hem, sebenarnya ada perbedaan kamu dengan Gisel, misalnya...jika kamu menggunakan pakai yang sama seperti ini pada malam pernikahan pasti akan langsung kelihatan, besuk lagi jangan menggunakan pakaian dengan dada eheeem." Sean terbatuk - batuk kecil sembari membalikan badanya.

"Jadi masudmu dadaku kecil!" Clara berteriak marah sembari mengambil sendalnya bersiap melempar ke arah Sean.

"Pergilah!" Clara dengan keras melempas sendalnya.

"Sudah larut sayang, mari kita tidur." Sean mengejek Clara dengan menutup pintu menghalangi lemparan sendal Clara.

"Siapa sayangmu, dasar cabul!" Clara semakin mlam mendengar ucapan Sean.

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status