"Haha, menarik aku akan menemanimu bermain kucing dan tikus denganmu!" Ucap Sean dalam hati masih berpura - pura tidak tahu.
Ruang istirahat pengantin.
Clara sudah berada di ruang istirahat pengantIn.
"Begitu aku keluar berganti pakain, dan acaranya selesai, lalu akan pergi rumah Keluarga Adiatmojo secara terang - terangan utnuk melihat lukisanya." Ucap Clara dalam hari sembari membetulkan riaanya.
"Klunting..."Suara pesan masuk di Hp Clara dari Ayah.
"AH pesan dari Ayah." Clara membuka pesan WAnya.
"Nak, ada hal buruk, Gisel sebagai pengantin perempuan melarikan diri dari pernikahanya! keluarga Cokro sudah mengetahuinya! cepat larilah!" Pesan yang masuk dari Ayah Clara.
"Apa!" Ucap Clara kaget.
"Ayah memang tidak bisa di andalkan, aku sudah curiga dari awal, tumben rencan ayah sangat mulus! menyebalkan dia baru memberi tahuku sekarang, pasti dia tidur di suatu tempat!" Pingkan memukul meja rias dengan marah.
"Ketika aku bertemu dengan Ayah pasti aku akan..." Clara dengan marah menuju Pintu keluar, dia memegang gagang pintu siap keluar.
"Mau kemana Kau?" Suara Seorang laki - laki paruh baya yang sudah berada di luar pintu. Dia Ayah dari Gisel Cokro. David Cokro.
"Habislah aku!" Ucap Clara dalam hati, dia sangat terkejut.
"Mari bicara masuklah!" Perintah Ayah Gisel Cokro, Ayah dari pengantin sesungguhnya.
Clara dan Ayah Gisel sudah berada di ruang istirahat mereka duduk di sofa dengan saling berhadapan.
"Kamu bukan putriku, siapa kamu?" Ayah Gisel membuka pembicaraan
"Aku hanya seorang pencuri, yang melihat perhiasan berlian begitu indah terlihat mahal. Aku datang untuk mencurinya." Clara berpura - pura merasa bersalah dan sedih.
"Tapi aku tidak tahu bagaimana, aku bisa didorong dan sudah memakai riasan serta baju pengantin ini, kemudian seseorang menyeretku ke acara, sebagai pengantin wanita." Clara mencoba mencari alasan yang tepat, mulutnya hanya asal biacara saja.
"......" Ayah Gisel terdiam.
"Apa alasanku masuk akal? alasan macam apa ini, bahkan aku sendiri tidak percaya?" Ucap Clara dalam hati dia sangat panik, dengan ucapanya yang bakhan dia sendiri tidak percaya.
"Pak...baik aku percaya." Ayah Gisel melemparkan sebuah cek di atas meja.
"Ini ada 100 juta, Teruslah berpura - pura sebagai putriku, sampai dia ditemukan!" Ayah Gisel berbicara dengan tegas.
"SItuasi macam apa ini, bagaimana bisa dia percaya? sepertinya Ayah Gisel Cokro sangat ingin mempertahankan status mantu di keluarga Adiatmojo?" Ucap Clara dalam hati.
"Ha...ha...ha, aku bisa memanfaatkan ini, sungguh rejeki nomplok." Tambah Clara dengan tersenyum jahat.
"Tambah seratus lagi." Clara mengajukan permintaan dengan ngacungkan kedua jarinya.
"Kamu!" Ayah Gisel terlihat tidak senang.
"Tunggu, pikirkan baik - baik sebelum marah." Clara berusaha memancong Ayah Gisel yang terlihat marah, dia tidak ingin sumber uangnya hilang.
"Anda tidak akan mungkin menemukan orang lain, selain aku yang sangat mirip dengan putrimu?" Clara masih mencoba membujuk Ayah Gisel.
"Hemmm...baiklah." Ayah Gisel dengan kesal, bersedia menambah Cek dengan nominal 100 juta lagi.
Clara sudah berada di rumah Sean Adiatmojo. Dia bersama Sean menuruni mobil mewah tepat di halaman dan depan pintu rumah Sean.
"He..he..he, aku sangat beruntung, aku mendapatkan 200 juta secara cuma - cuma, dan nanti ketika aku sudah melihat lukisanya, kemudian menyalinnya, aku kan mendapat 20 juta lagi, he...he..he aku akan kaya." Clara menuruni mobil dengan wajah sangat gembira.
"Gisel, apa yang membuatmu sangat bahagia?" Suara Sean yang sudah berada di belakang Clara dengan memeluk pingang Clara, dia masih berpura - pura belum mengetahui jika pengantinya berbeda.
"Ha..ha..hari ini adalah pernikahan kita, tentu saja aku sangat bahagia." Clara menjawab dengan canggung, dia merasa risih dengan terus menghindar.
"Aaaaaaa!!! aku akan lebih bahagia jika kamu melepaskan tanganmu dari pinggangku!" Teriak Clara dalam hati masih berusaha lepas dari pelukan Sean.
"Melihatmu bahagia, aku juga sangat bahagia, ayo masuk kedalam kamu pasti sangat lelah." Sean masih memegang Pinggang Clara dengan erat.
"Oke." Jawab Clara singkat.
"Naiklah dulu kekamar kita, ada tamu menungguku di bawah, ada beberapa urusan bisnis yang harus aku selesaikan, kamarnya sudah dihias sesuai keinginanmu." Ucap Sean dengan lembut.
"OKe, aku yakin aku akan menyukainya." Clara berusaha tersenyum manis.
"Tuan Sean ini sepertinya bukan orang jahat. Dia memperlakukan istrinya dengan baik." UCap CLara dalam hati sembari menaiki tangga menuju kamar pengantinya.
"Mana sih? Oh itu dia...Ngeeekk." Clara membuka kamar Pengantinya.
"Wahhhh! Orang - ora kaya memang berbeda, kamar tidur ini lebih besar dari rumahku." Clara berteriak takjub melihat kamarv pengantinya.
"Ahhh, baiklah sebelum Gisel kembali aku akan menikmatinya terlebih dahulu." Clara meletakkan dompetnya, mendekati almari mencari baju santai kemudian berganti pakaian.
"Ini lebih baik, dan lebih baik lagi aku akan menyelesaikan urusanku terlebih dahulu." Clara melndekati meja rias mengambi ikat rambut kemudian mengikat rambutnya.
"Aku berada di rumah Sean, Ayah dan Ibu serta Adiknya berada di rumah sebelahnya, dan lukisan yang aku cari berada di aula belakang." Clara mengingat - ingat informasi dari Ayahnya.
"Oke aku sudah mengerti waktunya beraksi! Clara mengambi beberapa peralatan seperti tali tambang dan pengait kemudian melancarkan aksinya.
"Sean berada di ruang tamu. Aku tidak bisa pergi melewati ruang tamu, aku akan turun lewat sini saja." Clara menuju balkon kamarnya bersiap turun menggunakan perlengkapan yang dia bawa.
Dari ruangan lain Sean mengintai melihat Clara dari camera cctv yang tersembunyi.
"Bos, Haruskah kita turun tangan?" Tanya pengawal Sean yang berada di kursi dia duduk.
"Tidak." Sean menjawab dengan singkat.
"Sepertinya pengantin pengganti ini tidak bekerja sama dengan keluarga Cokro, apakah dia punya rencana sendiri?" Tanya Sean dalam hati masih terus mengawaso Clara.
"Menarik! aku kan membiarkan dia tinggal dan mengikuti permainanya." Sean tersenyum.
"Itu aneh, kenapa lukisan itu tidak dipajang, pelukis itu cukup terkenal, aku jadi harus membongkar - bongkar brangkas ini." Clara mengobrak - abrik brangkas tanpa sandi itu.
"Aha..aku menemukanya!" Clara tersenyum senang.
"Jadi ini lukisanya, lukisan yang bernilai 20 juta?" Ucap Clara lirih sembari mengamati lukisan dengan teliti.
"Ada jejak modifikasi disini dan catnya terasa lebih tebal." Clara meraba lukisan dengan teliti.
"Baiklah hanya seperti ini, aku sudah hafal, sekarang hanya mencari waktu untuk melukisnya!" Ucap Clara dengan senang.
"Bruk.." Suara Pintu aula yang tertutup.
"Lebih baik aku cepat kembali, jika Sean tahu aku tidak dikamar, dia kan curiga." Clara berlari menuju tali yang di ikatnya tadi.
"Tapi...malam ini adalah mlam pengantin baru! Berarti aku yang harus menggantikan Gisel bukan? tidak!!!" Teriak Clara dengan menghentikan larinya.
"Bagaimana ini?" Tambahnya dengan panik.
"Ah, sudahlah, pikir nanti saja." Clara kembali meneruskan larinya menuju tali dan naik kembali kemar pengantin.
Malampun tiba, Tepatnya di kamar pengantin. Clara berganti pakaian mengenakan gaun pengantinya Kembali.
( kembali kecerita awal)
"Keluar!!" Sean dengan keras berbicara di telingga Clara.
Dengan kasar Sean menarik selimut yang berada di bawah Clara tidur, membuat Clara terpental dari tempat tidur dan terjatuh di lantai.
"Hah, situasi macam apa ini? apakah aku menjadi istri yang baru menikah dan dicampakan suaminya." Clara bingung dan kaget dengan situasi yang terjadi.
"Kenapa aku merasa kesal! apa aku Clara tidak menarik sama sekali? apa tubuhku jelek?" Clara sangat kesal dengan perlakuan Sean.
"Wussss...." Suara angin yang tertiup di samping Clara seakan menghina Clara...
"Ahhh...Pinggangku terasa copot, tapi untunglah aku tidak harus kehilangan keprawananku." Clara berdiri menuju sofa yang terpisah sekat dengan tempat tidur.
"Tapi kenapa aku merasa kesal ya!" Gerutu Clara sembari berjalan memegangi pinggangnya menju sofa.
"Ah. untung kamar ini memiliki sofa yang terpisah dari tempat tidur." Clara melemparkan tubuhnya ke atas sofa yang empuk, dia menghela nafas panjang serasa sangat lega.
"Mulai hari ini aku adalh Gisel Cokro, aku harus lebih hati - hati mengekspos diriku." Clara berbaring di atas Sofa bersiap untuk tidur.
"Tok...tok..tok." Suara ketukan Pintu kamar.
Bersambung....
Villa belakang."Tap.. tap..tap." Suara langkah kaki."Kreeekkkk... krekkk." Suara pintu terbuka."Hiks..hiks..hiks." Suara tangisan seorang perempuan."Hahhhh." Clara terbangun dari tidurnya."Hah... Hah..Hah." Clara bangun terduduk dengan wajah terkejut.Sean yang sedang membaca berkas di samping Clara yang tertidur pulas, terkejut melihat Clara tiba - ntiba bangun dengan wajah ketakitan"Istriku, kamu kenapa?" Tanya Sean yang penasaran."Aku berteu dengan Ibumu di mimpi, dia menangis di kamarnya di kastil belakang." Jawab Clara dengan cemas."...." Sean terdiam sejenak."Bagaimana kalau kita pergi melihat ibu?" Tanya Sean merangkul Istrinya."Baiklah." Jawab Clara.Pemakamanan muslim."Ma, aku membawa Menantumu, untuk melihatmu." Sapa Sean di pusara ibumnya."Mama mertua, ini bunga untukmu, aku harap mama menyukainya." Ucap Clara dengan lembut."Kruyuk..kruyuk. ah aku lapar." Ucap clara sembari memegang perutnya."Maaf ma, ahir - ahir ini dia begitu pemalas hanya makan dan tidur sa
"Apakah i uku pernah kesini dulu?" Tanya Sean melihat kearah Ayah Sean."Tempat ini miliknya, kami membelinya ketika baru menikah, tetapi setelah ada kamu, dia tidak ingi datang sejauh ini." Jawab Ayah Sean mengangkat kepalanya melihat pemandangan."Di hari ulang tahunmu yang kesebelas, aku berjanji akan membawamu ke ke perkebunan saat cuaca musim semi, tapu itu tidak pernah terjadi." Ayah Sean membalikan pandanganya ke arah Sean dengan wajah bersalah."Maaf." Tambah Ayah Sean."Tapi ini tidak terlalu terlambat." Ayah Sean memegang pundak Sean."Sejujurnya jika kembali keawal, aku masih tidak setuju kalian menikah." Tambah Ayah Sean.Di kejauhan Clara menguping perbincangan Ayah dan anak yang bercengkrama asik."Gadis yang terobsesi dalam lukisan itu memiliki pikiran yang sederhana, aku bukan tidak mempercayai kamu akan menjadi pria yang baik, tapi di dalam kehidupan penuh perasaan, penuh dengan rintangan yang tidak pasti." Ayah Sean menghela nafas panjang."Terutama .... dia sangat m
"Tunggu aku tahu, kalian menginginkan uang, kan! suamiku adalah orang kaya dan ada foto kami di berita! tidakah kamu ingin menghasilkan lebih banyak uang?" Teriak Clara dengan wajah panik."Apa yang di akatakan benar." Laki - laki muda memperlihatkan ponsel di taganya."Hubungi suamimu, 3 miliar, dan kirim bersama dengan 5 miliar untuk anak ini." Ucap laki - laki paruh baya menyodorkan posel ke rah Clara."Halo, sayang... mereka igin 3 miliar dan di transfer ke rekening bersama dengan tebusan anak - anak." Ucap Clara di telefon Sean."Clara, dimana posisi kamu?" Sean menjawab dengan tenang."Ahhhhhh...."Teriak Clara kaget, ponselnya di ambil paksa."Ponsel.....!" Teriak Clara."Swosssss..." Penculik menjambak rambut Clara dengan cepat."Apa maksud dari kata - katamu terakhir?" Teriak penculik masih menjambak rambut Clara dengan kasar."Aku mengatakan kepadanya... harus menyelamatkanku..." Jawab Clara sembari menahan rasa sakit dikepalanya."!" Sean melihat ponselnya dengan kesal."Po
Kamar pengantin. "Sayang, apa yang sedang kamu tulis?" Tanya Clara keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. "Bukankah kita akan menghabiskan bulan madu besuk? aku sedang meyusun rencana perjalanan kita." Jawab Sean menoleh kerah Clara. "Baiklah." Clara duduk di atas tempat tidur. "Srrrruuuuuuurrrr." Suara mesin pengering rambut yang dinyalakan Sean. "Fiuhhhh." Suara rambut Clara yang berkibaran. "Cleguk.." Suara Sean menelan lidah melihat pemandangan dua gunung indah di depanya. "Sudah selesai?" Tanya Clara melihat Sean mematikan mesin pengering rambutnya. "Suamiku..." Sean berjalan maju dan tanpa kata kata terus menindih Clara yang berada di bawahnya. "Muaccchhhh...heeemmmzz...Muaaacch." Sean mencium leher Clara berjalan terus ke bawah hingga area terlarangnya. "AHhhhh...." Tangan Sean yang aktif meraba membuat Clara mengikuti alunan surga dunia. "Ahhhhhh...emmmmsss." Suara desahan Clara yang semakin menjadi. Bandara. CLara berjalan dengan langkah kaki bera
"Mungkin seharusnya Ayah juga harus berfikir bahwa aku sedang menyelamatkan hidupku, dengan begitu kamu bisa merasa baik." Jawab Sean santai."Aku yang tidak perduli dengamu..." Ayah merasa bersalah."Ayah selalu berbicara dengan baik, jika Ayah benar - benar berfikir seperti itu, Ayah tidak akan mempersulit Ayah mertuaku seperti itu." Jawab Sean kembali."Aku melawanya, itu adalah dendam antara aku dan dia, itu tidak ada hubunganya denganmu dan Nona Clara." Ayah menundukan kepalanya."Pernikahan tanpa orang tua sama sekali tidak bagus, jika kamu tidak keberatan kirimkan undangan untuku." Tambah Ayah Sean sembari meneteskan air mata."Ayah tulus?" Jawab Sean dingin tanpa ekspresi." Tentu saja! jika aku membuat masalah, aku akan .. menyuruh Alexi menamparku!" Ayah menjawab dengan nada tinggi, terkejut dengan jawaban Sean yang dingin.Rumah Ayah Clara." Cepat, cepat aku memohoya untuk berpartisipasi, aku akan melihat dia apakah dia dapat menahan diri dan tidak embuat masalah, jika dia
"Tidak ada apa -apa..." Clara menjawab sembari menghela nafas panjang."Masalag toko, aku sudah mencari orang dan menanyakanya." Sean menghapiri istrinya yang terduduk lelah."Aku sudah mengurusnya, jangan khawatri tentang hal ini, dia hanya tidak ingin kita bersama." Sean berjongkok sembari memegang tangan Clara dengan lembut."Dia benar - benar melakukan hal seperti itu untuk memisahkan kita!" Clara menjawab dengan wajah kesal."Jangan membahasnya lagi, tadi weding organizer bertanya kepada kita kontak hadian pernikahan apa yang kita inginkan, kamu bantu aku memilihnya, ya?" Tanya Sean duduk di samping Clara."Menurutmu mana yang lebih bagus?" Sean memperlihatkan gambar di ponselnya."Apakah kamu sudah selesai berlatih sekarang, mengapa kamu marah tidak marah tentang apapun?" Clara clara heran sembari memegang pipi Sean."Ini semua karena dilatih, sayang, aku hampir sekarat dan aku tidak melihatnya menegakan keadilan, apa yang yag kuharapkan?" Sean tersenyum melihat istrinya yang ke