Share

Menikahi Kencan Butaku
Menikahi Kencan Butaku
Penulis: nophie

Bab 1. Salah Nomer!

" Jangan lupa Luna, jam 1 siang di hotel Astin, resto Atlantis, no meja 127, Hari Wijaya, Dosen." kata mama Nesti, dengan jelas. Lagi lagi mama Nesti mengaturkan sebuah blind date untuk Luna, tepatnya Aluna Mahadewi Permana, anaknya yang sudah berusia 27 tahun.

" Oke ma.. aku berangkat dulu sudah telat masuk kerja, bisa bisa gajiku dipotong oleh bosku kalau aku telat."sahut Luna sama mama Nesti dengan nada malas.

" Ingat! Kalau kamu tidak temui Hari, maka nama kamu akan mama coret dari kartu keluarga kita," ancam mama Nesti dengan nada geram, sudah berapa kali anak perempuannya itu membuat ulah hanya karena ia tak mau dijodoh jodoh kan dengan laki laki pilihan mamanya itu.

" Astaga ma, kemarin itu Luna ga suka sama orangnya." Bantah Luna dengan wajah cemberut karena ia tak suka dengan mamanya yang selalu menyuruhnya dan memaksannya menikah, bahkan ia pernah mengira kalau dirinya adalah anak angkat karena kekejaman dan pemaksaan mamanya.

" Jangan berdebat! Kamu kan tahu kalau mama tidak mungkin menjebloskan anaknya dengan seorang laki-laki yang tidak jelas bibit bebet dan bobotnya. Dan kali ini mama pastikan yang  ini orangnya tampan, walau  memang pakai kacamata tapi dia masih terhitung muda jadi jangan kamu tolak lagi," jelas mamanya sambil mendorong tubuh anaknya itu agar segera berangkat ke kantor.

Aluna Maladewi Permana bekerja sebagai design interior di sebuah perusahaan Gen Design, asia’s minded brand design.

" Ma aku berangkat dulu..bye!"katanya sambil mencebik kesal karena pemaksaan dari mamanya.

Singkat cerita ia sampai dikantor dan berkutat dengan pekerjaannya, ia bahkan hampir lupa kalau ia punya janji dan untunglah mamanya memberi pesan singkat memgingatkan pertemuannya pada hari itu.

Sebuah pemikiran yang impulsif tiba-tiba hadir di dalam otaknya sehingga Luna memutuskan untuk mengakhiri petualangannya berkencan buta yang selalu dijodoh jodohkan oleh Mamanya itu dia berniat kali ini dirinya akan menikahi saja siapapun orang yang dijodohkan oleh mamanya.

Toh sama saja kemanapun dia lari mamanya akan terus menekan dirinya dengan pertanyaan kapan dia akan menikah. Lalu setelah membereskan barang-barangnya.  jam 12.00 dirinya izin kepada pimpinannya untuk menemui si hari ini ini dan mengajaknya menikah langsung saja.

Kemudian Luna membawa berkas-berkasnya yang berupa KTP fotokopi kartu keluarga dan juga foto-foto dirinya mungkin saja itu dibutuhkan ketika mengambil berkas pernikahan di Kantor Catatan Sipil.

Lalu setelah mempersiapkan semua berkas-berkas itu Luna langsung bergerak ke hotel Astin di mana dirinya berjanji bertemu dengan Hari Wijaya.

Jam 12.30 dia sudah sampai di restoran Atlantis dan dia mendapati bahwa ada seseorang yang berpakaian cukup elegan dengan wajah yang cukup tampan sedang duduk di sebuah meja nomor 128 Aluna ini memiliki ingatan yang sangat buruk angka,  karena seingatnya tadi di sang Mama memberikan nomor 128 untuk meja di mana dia bertemu dengan si Hari Wijaya ini karena juga tidak ada orang lain lagi di resto Atlantis, selain laki-laki itu dan dirinya lalu kemudian Luna langsung mendekati laki-laki itu dan berkenalan dengan dirinya.

“Not bad lah pilihan mama kali ini.”monolognya dengan suara lirih.

" Hai maaf seingat saya kita janjian kencan buta di jam 13.00 Namun ternyata kamu cukup tepat waktu juga karena 12.30 anda sudah ada di tempat ini."

Luna menyapa seorang laki laki dingin yang ada di hadapannya itu, tapi karena merasa tak mengenalnya, maka laki-laki ini menatap Aluna dengan tatapan tidak mengerti sehingga membuat Aluna menjadi kesal.

" Namaku Aluna, kamu Hari kan?" tanya Luna dan hanya dijawab oleh laki-laki itu dengan anggukan kepala. Masih dengan tatapan datar dan tak mengerti. Ia pikir Luna ini adalah type type wanita penggoda yang sering mengejar ngejar dirinya.

" Oke kita to the point saja..? Eh sebentar saya lapar, saya pesan makan dulu... waiters!"panggil Luna dengan semangat membuat Harry hanya diam dan mengikuti scenario dari wanita yang ada di hadapannya itu.

Harry alias Harold Davidson menatap wanita yang ada di hadapannya itu dengan tatapan bingung juga menyelidik karena dia tidak kenal sama sekali dengan orang yang ada di hadapannya itu saat ini dia berada di resto Atlantis karena dirinya baru saja menchek audit keuangan Hotel Astin yang telah menjadi miliknya sejak ayahnya membeli tempat ini untuk dirinya.

" Jadi gini, aku tidak memiliki banyak waktu untuk berbicara dengan kamu, mas Hari. Aku ingin langsung mengatakan saja sembari menunggu pesanan aku keluar, aku menerima kencan buta ini dan kita langsung menikah saja karena aku sudah bosan dijodoh-jodohkan. Apapun yang terjadi nanti di pernikahan kita, biarlah kita akan tanggung bersama karena kita sudah sama-sama dewasa kan ? Yang penting untuk sementara kita tidak mengurusi urusan kita masing-masing jadi kamu tidur di kamar mu sendiri dan aku akan tidur di kamar aku sendiri jadi...."

Harry bisa mengerti sekarang, bahwa ternyata gadis ini salah orang tapi melihat wajahnya yang cantik dan tingkah lakunya yang lucu serta oover PD yang dimiliki oleh gadis ini entah kenapa laki-laki ini malah menikmati semua kesalahan fahaman yang dilakukan oleh gadis ini kepadanya dia juga tidak berusaha untuk membenarkan atau mengkoreksi apa yang yang dikatakan oleh gadis ini dia hanya menatap gadis ini dengan tatapan dalam karena dia ingin menguji sebenarnya gadis ini benar-benar salah orang atau memang sengaja.

Dan fix gadis ini salah orang...

" Kamu jangan diam saja,kamu bisa menambahkan beberapa poin-poin yang ingin kamu tambahkan dalam surat perjanjian kita ini jadi kita bisa sama-sama  enak dan tidak lagi dikejar-kejar oleh orang tua kita untuk menikah."

Harry tersentak ketika gadis ini menyodorkan surat berkas-berkas penting dirinya yang untuk mendaftar di Catatan Sipil dan menyerahkannya kepada hari untuk diurus oleh pasangannya, pokoknya Luna hanya terima beres. Jadi mau tak mau ia mengambil berkas berkas yang disodorkan kepadanya itu dan membaca secara cepat dokumen dokumen yang diberikan wanita itu kepadanya. Ternyata benar kalau wanita yang dihadapannya bernama Aluna.

Karena makanan sudah datang maka dengan asyiknya gadis itu menikmati makanan di hadapannya tanpa menawarkan apa-apa kepada Harry, sedangkan setelah Harry sendiri memastikan nama gadis itu memang benar-benar Aluna, ia kemudian menguji apa lagi drama yang akan gadis itu mainkan.

Jam sudah menunjukkan 13. 20 dan wanita itu sudah bersiap-siap untuk pergi karena ia merasa sudah menyampaikan semua keinginan nya kepada sang calon suami, dan Harry juga tidak bereaksi menolak bahkan berkas yang diberikan kepadanya sudah disimpannya untuk diteliti keasliannya.

Namun ponselnya berdering dengan keras di detik detik Luna akan berpamitan pulang kepada Harry dan setelah melihat ID caller penelponnya gadis itu langsung mendesah kasar dan langsung mengeluh dengan laki laki yang bernama Harry itu, dan Harry hanya menatap dengan sedikit bingung. Kenapa gadis itu malah terkesan sebal setelah tahu siapa yang meneleponya.

" Lihat, Mama masih saja menelpon kita padahal kita sudah bertemu dan sudah mengadakan perkenalan, bahkan sudah sepakat kalau kita akan menikah pura pura. Ya sudahlah biarlah aku angkat dulu ya,"ijinnya sambil mengangkat panggilan di ponselnya itu.

" Halo ma..." katanya setelah ia mengangkat ponselnya

" Kamu kenapa belum datang?" teriak mamanya yang kesal dengan kenakalan anak gadisnya itu.

" Kata siapa Aluna belum datang kalau sudah datang dari jam 12.30 dan saat ini kita sudah saling cocok dan hendak melakukan pernikahan dalam minggu ini kenapa Mama masih saja merusuh dan mengatakan bahwa Aluna belum bertemu dengan Mas Hari," bantah Luna dengan wajah menegang.

" Luna, kamu jangan bohong sama mama karena orangnya malah menelpon Mama katanya dia sudah menunggu dari jam 13. Tapi kamu belum datang juga akhirnya karena dia janjian di tempat lain maka dia harus meninggalkan tempat itu dengan segera. Kamu itu benar-benar memalukan, sudah gitu kamu berani berbohong lagi.." racau mamanya yang sudah sangat kesal dengan anak perempuannya yang ia anggap tak bisa diaturnya itu.

Seketika wajah Aluna memucat kalau orangnya telepon mama berarti siapa orang yang ada di hadapannya ini? Aluna tidak dapat berkata apa-apa dan wajah pucatnya itu menatap sang laki-laki yang dengan tenang menatap dirinya balik.

" Dengan pak Hari? "

Laki-laki itu tidak menjawab hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja tanda memang dirinya bernama Hari.

" Hari Wijaya?" Tanya Aluna dengan wajah yang semakin pucat karena kemudian Harry menggeleng gelengkan kepala.

“Namaku Harold Davidson,  biasa dipanggil Harry, dobel ‘R’, pemilik tempat ini, nona Aluna Mahadewi Permana,” jelas Harry dengan  nada lembut, karena ia tahu kalau wanita di hadapannya ini pasti malu karena wajahnya terlihat pucat karena kesalahan yang baru saja ia lakukan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status